Iklan

Kamis, 06 Juni 2024

Peristiwa Renovasi Ka’bah dan Penyelesaian Pertikaian Peletakkan Hajar Aswad

Sejarah Nabi Muhammad 

Peristiwa renovasi Ka’bah dan Penyelesaian Pertikaian Peletakkan Hajar Aswad


 

Bersamaan dengan usia Nabi Muhammad yang menginjak 35 tahun, orang orang Quraisy sepakat untuk merenovasi Ka’bah, karena Ka’bah itu berupa susunan batu-batu, lebih tinggi dari badan manusia, tepatnya sembilan hasta yang dibangun sejak masa Ismail, tanpa ada atapnya, sehingga banyak pencuri yang sering mengambil barang-barang berharga yang tersimpan di dalamnya.

Lima tahun sebelum kenabian, kota Makkah dilanda banjir sehingga meluap ke Baitul Haram, sehingga sewaktu waktu bisa membuat Ka’bah menjadi runtuh. Kondisi seperti itu membuat bangunan Ka’bah semakin rapuh dan dinding-dinding nya pun sudah pecah-pecah. Sementara itu, orang-orang Quraisy dihinggapi rasa bimbang antara merenovasi dan membiarkannya apa adanya. Namun, akhirnya mereka sepakat untuk hanya memasukkan bahan-bahan bangunan yang baik-baik. Mereka tidak menerima dana dari penghasilan para pelacur, jual beli dengan sistem riba, dan perampasan terhadap harta orang lain. Meski sudah demikian, mereka tetap merasa takut untuk merobohkan nya. Akhirnya Al-Walid bin Mughirah Al-Makhzumi mengawali perubahan bangunan Ka’bah, lalu diikuti oleh semua orang, setelah tahu tidak ada sesuatu pun yang menimpa Al-Walid. Mereka terus bekerja merobohkan setiap bangunan Ka’bah, hingga sampai rukun Ibrahim. Setelah itu mereka siap membangunnya kembali.

Mereka membagi sudut-sudut Ka’bah dan mengkhususkan setiap kabilah dengan bagiannya sendiri-sendiri. Setiap kabilah mengumpulkan batu-batu yang baik dan mulai membangun. Orang yang bertugas menangani urusan pembangunan Ka’bah ini adalah seorang arsitek berkebangsaan Romawi yang bernama Baqum—nama aslinya adalah Pachomius.

Segala pembangunan sudah sampai di bagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa yang berhak mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad itu ditempatnya semula. Perselisihan ini terus berlanjut selama empat atau lima hari, tanpa ada keputusan. Bahkan, perselisihan itu semakin meruncing dan hampir saja menjurus kepada pertumpahan darah di tanah suci.

Akhirnya, Abu Umayyah bin Al-Mughirah Almachzumi tampil dan menawarkan jalan keluar dari perselisihan di antara mereka, dengan menyerahkan urusan ini kepada siapa pun yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Mereka menerima cara ini. Allah menghendaki orang yang berhak tersebut adalah Rasulullah. Tatkala mengetahui hal ini mereka berbisik-fisik, “Inilah Al-Amin. Kami rela kepadanya. Inilah dia Muhammad.”

Setelah mereka semua berkumpul di sekitar beliau dan mengabarkan apa yang harus beliau lakukan, maka beliau meminta sehelai selendang, lalu beliau meletakkan Hajar Aswad tepat di tengah-tengah selendang, lalu meminta pemuka-pemuka kabilah yang saling berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang. Kemudian ia memerintahkan kepada mereka untuk mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya, beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakannya di tempat semula. Ini merupakan cara pemecahan masalah yang sangat jitu dan memuaskan hati semua orang.

Orang-orang Quraisy kehabisan dana dari penghasilan yang baik. Maka mereka menyisakan di bagian utara, kira-kira enam hasta, yang kemudian disebut Al-Hijr atau Al-hathim. Mereka membuat pintu nya lebih tinggi dari permukaan tanah agar tidak bisa dimasuki kecuali oleh orang orang yang sangat menginginkannya. Setelah bangunan Ka’bah mencapai ketinggian 15 hasta, mereka memasak atap yang di sangga dengan enam tiang.

Setelah selesai, Ka’bah itu berbentuk segi empat yang ketinggiannya kira-kira mencapai 15 meter, panjang sisinya di tempat Hajar Aswad dan sebaliknya adalah 10x10 meter. Hajar Aswad itu sendiri diletakkan dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan pelataran untuk thawaf. Sisi yang ada pintunya dan sebaliknya setinggi 12 meter. Adapun pintunya setinggi 2 meter dari permukaan tanah. Di sekeliling luar Ka’bah ada pagar dari bagian bawah luas-luas bangunan, di bagian tengahnya dengan ketinggian 0,25 meter dan lebarnya 0,33 meter. Pagar ini dinamakan Asy-Syadzarawan. Namun, kemudian orang-orang Quraisy meninggalkannya.


Al-Mubarakfuri, S. (2011). Sirah Nabawiyah: Sejarah Hidup Nabi Muhammad. Jakarta: Ummul Qura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammadﷺ menjadi Rasul

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammad ﷺ menjadi Rasul Ketika usia Rasulullah ﷺ telah mendekati 40 tahun, beliau lebih senang mengasingkan ...