Tujuan
Pendidikan Islam dalam
Al-Quran
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
perspektif Islam, tujuan pendidikan adalah sebagai pengubah karakter individu.
Selain itu Islam juga mempunyai konsep yang mendasar mengenai tujuan pendidikan
yang lebih membentuk manusia yang kamil, sehingga memiliki keseimbangan baik
jasmani maupun rohani. Kesemuanya itu bertujuan untuk menjalankan tugas hidup
sebagai khalifah fil ard yang diharapkan mampu mengubah peradaban dinegeri ini.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah
telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalui
syariat Islam Dalam perspektif Islam, konsep tujuan pendidikan dalam Islam
termaktub dalam Alquran yang pada dasarnya merupakan konsep yang ideal. Akan
tetapi realitanya masih kurang dalam penerapannya. Dalam hal ini perlu adanya
rumusan lebih dasar tujuan pendidikan Islam agar sesuai digambarkan dalam
Alquran.
Menurut Imam al- Ghazali, tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai ialah kesempurnaan manusia yang puncaknya adalah dekat kepada Allah, kesempatan manusia yang puncaknya adalah kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi, menurut al-Ghazali ada dua tujuan pendidikan yang ingin dacapai sekaligus, yaitu kesempurnaan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta kesempurnaan manusia yang bertujuan kebahagiaan dunia akhirat (insān kāmil). Namun kita seringkali tidak memahami bagaimanakah tujuan pendidikan itu sendiri. Bahkan kita sebagai calon pengajar dalam pendidikan Agama kebanyakan masih belum mengetahui, oleh karena itu makalah ini dibuat agar para calon pengajar mengerti makna penting dari Tujuan Pendidikan Islam yang sesuai dengan Alquran.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian tujuan pendidikan Islam ?
2.
Apa Tujuan Pendidikan dalam Perspektif Islam?
3.
Kajian ayat-ayat Alquran mengenai tujuan
pendidikan islam?
4.
Bagaimana analisis kandungan ayat-ayat Alquran
mengenai tujuan pendidikan islam?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui bagaimana pengertian tujuan
pendidikan Islam ?
2.
Untuk mengetahui apa tujuan pendidikan dalam
Perspektif Islam?
3.
Untuk mengetahui bagaimana kajian ayat-ayat
Alquran mengenai tujuan pendidikan islam?
4. Untuk mengetahui bagaimana analisis kandungan ayat-ayat Alquran mengenai tujuan pendidikan islam?
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan berasal dari
kata ‘didik’, dengan memberinya awalan ‘pe’ dan akhiran ‘kan’, yang mengandung
arti ‘perbuatan’ (hal, cara, dan
sebagainya). Pendidikan berasal dari kata
yunani “paedagogie‟ yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian
istilah ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan ‟education‟ yang berarti pengembangan atau bimbingan. (Nafis, 2011, p. 1). Pendidikan
adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk
menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup
sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik
dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.
Jadi
Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan
sseseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan
nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan
kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam
telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun
ukhrawi. pengertian tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh, diantaranya. Ki
Hadjar Dewantoro: Tujuan pendidikan adalah mendidik anak agar menjadi manusia
yangsempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan manusia yang
selarasdengan alamnya (kodratnya) dan masyarakatnya.
Menurut Hasan Langgulung,
pendidikan dapat dilihat dari dua segi. Pertama dari sudut masayarakat kedua dari sudut individu. Pendidikan dari
sudut individu adalah proses untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan, jadi pendidikan adalah proses menampakkan atau manifest
dari yang tersembunyi atau latent pada anak didik. Sedangkan dari sudut masyarakat pendidikan adalah menekankan atau
memanfaatkan kemampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan dengan mencarinya
pada alam di luar manusia. (Langgulung, 1988, p. 57)
Dalam
khazanah pendidikan Islam terdapat sejumlah istilah yang merujuk langsung pada
pengertian pendidikan dan pengajaran seperti at-Tarbiyah (Pendidikan),
at-Ta‘dîb (Pendidikan yang bersifat Akhlaq), at-Ta‘lîm
(Pengajaran), at-Tabyîn (Penjelasan) dan at-Tadrîś
(Pengajaran). Begitu juga, dalam sumber ajaran Islam, al-Qurân dan
Hadîts, banyak ditemukan perintah yang berkaitan dengan belajar dan berpikir. Menurut Ahmad Munir, bahwa pendidikan
diartikan dengan Tarbiyah ketika proses pengajaran dalam konteks ini
lebih bersifat pendiktean untuk mengentaskan anak didik dari masa kanak-kanak
menuju ke arah kedewasaan. Keteladanan yang dicontohkan orangtua kepada anak
pada hakikatnya adalah usaha yang dilakukan untuk membimbing anak ke arah
kemandirian dan sikap bertanggungjawab.
Begitu juga menurut Abdul
Fattah Jalal tidak berbeda seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Munir, bahwa
pendidikan disebut juga Tarbiyah yaitu proses yang berkaitan erat dengan persiapan dan pemeliharaan pada masa
kanak-kanak di dalam keluarga. Sedangkan menurut Muhammad Muntahibun, mengutip
pendapat Fahr al-Razi, istilah rabbayani
tidak hanya mencakup ranah kognitif, tetapi juga afektif. Sementara
Sayyid Qutb menafsirkan rabbayani
sebagai pemeliharaan jasmani anak dan mentalnya. Dua pendapat ini
memberi gambaran bahwa istilah Tarbiyah mencakup tiga domain pendidikan yaitu
kognitif (cipta), afektif (rasa), dan psikomotorik (karsa) dan dua aspek
pendidikan jasmani dan rohani. (Nafis, 2011, p. 15)
Selain Tarbiyah, kata
pendidikan tidak bisa terlepas dari kata Ta’lim. Ta’lim merupakan kata benda
buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata allama. Sebagian para ahli
menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan sedangkan Ta’lim diterjemahkan
dengan pengajaran. Menurut Abdul Mujib,
yang mengutip karya Muhammad Rasyid Ridha mengartikan Ta’lim yaitu proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada Jiwa Individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu. “pengertian ini didasarkan pada firman Allah SWT. Dalam QS.
Al-Baqarah ayat 31 tentang ‘allama’
Tuhan kepada Nabi Adam as. Proses transmisi itu dilakukan secara
bertahap sebagaimana Nabi adam menyaksikan dan menganalisis asma‟ (nama-nama)
yang oleh Allah kepadanya. (Mujib, 2006, p. 19)
Menurut Ahmad Munir, ta’lim
dalam konteks ini yaitu proses pengajaran dilakukan seorang guru kepada peserta
didiknya secara rutin, maka harus mampu memberikan pengaruh terhadap perubahan
intelektual peserta didik. Perubahan intelektual tersebut tidak berhenti pada
penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru, tetapi juga mempengaruhi
terhadap perilaku belajar peserta didik, dari malas menjadi rajin atau dari
yang tidak kreatif menjadi kreatif. (Munir, 2008, p. 50).
Kata pendidikan juga dapat
diambil dari kata Ta’dib. Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan
santun, tatakrama, adab. Budi pekerti, akhlak, moral, dan etika. Menurut Abdul Mujib, bahwa Ta’dib yang seakar
dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan. Artinya orang
yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban. Sebaliknya, peradaban yang
berkualitas dapat diraih melalui pendidikan. (Mujib, 2006, p. 20)
Ajaran
Islam mengajarkan bahwa manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan membawa
fitrah (kecenderungan untuk menerima kebenaran Islam) tetapi orang tua dan
lingkugannya yang menjadikan lain dari fitrahnya itu, sebagaimana sabda Rosulullah
SAW berikut ini:
كُلُّ
مَوْلُودِ يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ
يُنُـصِّرَانِهِ اَويُمَجِّسَانِهِ
Artinya: “Setiap anak yang dilahirkan
kedunia ini dalam keadaan fitrah, kemudian Ibu Bapaknyalah yang menjadikan ia
seorang Yahudi, Nasroni dan Majusi”.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapatlah kita merumuskan bahwa pendidikan
adalah Usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar
terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia. Pendidikan dalam suatu sistem
pendidikan yang memungkinkan seseorang mengarahkan kehidupannya, sesuai dengan
cita-cita Islam, sehingga dapat membantu cita-citanya. Moh. Saltut,
mendefinisikan pendidikan agama Islam sebagai berikut:
“Pendidikan
Islam adalah mengembangkan, mengajak sera mendorong umat manusia lebih
maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia,
sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik berhubungan dengan akal,
peasaan maupun perbuatan.” Pendidikan Islam adalah proses mendekatkan manusia
kepada tingkat kesempurnaan, dan mengembangkan kemampuannya”.
B. Tujuan Pendidikan
Agama Islam
Tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitar di mana individu itu hidup.
Menurut D Marimba dalam bukunya “Pengantar Filsafat Pendidikan Islam” sebagaimana dikutip oleh Arief Armai, menyebutkan bahwa; setiap usaha mengalami permulaan dan juga mengalami Akhir. Ada usaha yang terhenti karena gagal sebelum mencapai tujuan, akan tetapi usaha tersebut belum dapat disebut berakhir, karena pada umumnya suatu usaha baru berakhir setelah tujuan akhir tercapai. Dengan demikian fungsi tujuan yang pertama, adalah mengakhiri usaha. Fungsi kedua dari tujuan adalah mengarahkan usaha. Fungsi ketiga sebagai titik tolak untuk mencapai tujuantujuan lain. Fungsi ke empat memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha tersebut.
Muhammad Fadhil al-Jamali
merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan empat macam yaitu: (1) Mengenalkan manusia akan perannya diantara
sesama mahluk dua tanggung jawabnya dalam hidup ini; (2)
Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggungjawabnya dalam tata
hidup bermasyarakat; (3) Mengenalkan
manusia akan alam dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya
serta memberi kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat darinya. (4)
Mengenalkan manusia akan pencipta alam (Allah) dan menyuruhnya beribadah
kepada-Nya
1. Tujuan-tujuan
individual yang berkaitan dengan individuindividu, pelajaran (learning) dan
dengan pribadi-pribadi mereka, dan apa yang berkaitan dengan
individu-individu tersebut ada perubahan
yang diinginkan pada tingkah laku,
aktivitas dan pencapaiannya, dan pada pertumbuhan yang diingini pada pribadi
mereka, dan pada persiapan yang
dimestikan kepada mereka pada kehidupan
dunia akhirat
2. Tujuan
Sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dengan
tingkah laku masyarakat umumnya, dan dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan
ini tentang pertumbuhan, memperkaya pengalaman, dan kemajuan yang diinginkan.
3. Tujuan-tujuan
professional yang berkaitan dengan pendidikan
dan pengajaran sebagai Ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai
suatu aktivitas diantara aktivitas-aktivitas
masyarakat
Dengan
demikian dapat disimpulkan konsep tujuan pendidikan Islam adalah suatu gagasan
menuju perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelah menjalani proses
pendidikan, baik perubahan pada tingkahlaku pribadinya dan perubahan pada
masyarakat sekitarnya di tempat subyek didik berada
BAB III
KAJIAN AYAT
KAJIAN AL-QUR’AN DALAM QS.
AL-BAQARAH AYAT 151, QS. ALI ‘IMRAN AYAT 164,
DAN QS. AL-JUMU’AH AYAT 2
A.
Q.S Al-Baqarah Ayat 151
1.
Redaksi dan Terjemah
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ
يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Sebagaimana (Kami telah
menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui”
2. Asbabul Nuzul
Asbab Al-Nuzul pada Qur‟an Surat al-Baqarah ayat 151, masih
berkaitan dengan ayat sebelumnya (Qur‟an Surat al-Baqarah ayat 150). Ibnu Jarir
meriwayatkan dari jalur as-Suddi dengan sanad-sanadnya , dia berkata, „Ketika
kiblat shalat Rasulullah dipindahkan ke arah Ka‟bah setelah sebelumnya ke arah
Baitul Maqdis, orang-orang musyrik Mekah berkata, „Muhammad bingung dengan
agamanya sehingga kiblatnya mengarah kepada kalian. Dia tahu bahwa kalian lebih
benar darinya dan dia pun akan masuk ke dalam agama kalian.
Dalam tafsir An-Nur menyebutkan Asbab
al-Nuzul pada Qur‟an Surat al-Baqarah ayat 151, berkaitan dengan
komentar-komentar orang kafir pada ayat sebelumnya yaitu berkenaan dengan
perubahan kiblat dari bait al-Maqdis ke Masjid al-Haram. Ketika Nabi Muhammad
SAW. Masih bermukim di Mekkah, jika beliau shalat selalu menghadap ke arah batu
yang berada di masjid al-Aqsa (Bait al-Maqdis) Yerusallem, sebagaimana
dilakukan para Nabi Bani Israil sebelumnya. Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW.
Sangat menginginkan berkiblat ke Ka‟bah dan selalu berharap semoga Allah SWT.
Mengganti kiblat yang berlaku dari Bait al- Maqdis ke Ka‟bah di Masjidil Haram.
Lantaran ini, Nabi SAW. mengumpulkan antara menghadap ke Ka‟bah dan ke Sakhrah
dengan cara shalat di sebelah selatan Ka‟bah dan menghadap ke utara. Tetapi
setelah bermukim di Madinah, saat shalat Nabi SAW. hanya menghadap ke Bait
al-Maqdis, karena tidak bisa mengumpulkan keduanya, seperti halnya saat masih
berada di Mekah, enam belas bulan lamanya Nabi SAW. berkiblat ke Bait al-Maqdis
saat beribadah. Selama dalam rentang waktu itu, Nabi selalu berharap kepada
Allah supaya menjadikan Ka‟bah sebagai kiblat umat Islam, karena Ka‟bah adalah
kiblat Nabi Ibrahim.
3. Penafsiran
a. Tafsir lafadh كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ
رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا
Sungguh Aku Allah SWT. Berkehendak
menyempurnakan nikmat-Ku kepada kalian, yakni dengan memberikan kekuasaan
kepada kalian terhadap Baitullah yang aku jadikan sebagai kiblat kalian dan
membersihkan kalian dari penyembahan berhala. Allah SWT. juga menyempurnakan
nikmat dengan mengutus seorang Rasul dari kalangan sendiri, yakni Nabi Muhammad
SAW. Kiblat berada di negara umat Islam dan Rasul adalah dari kalangan mereka
sendiri. Rasul SAW. membacakan ayat-ayat Allah yang membimbing ke jalan yang
benar, rasul SAW. Memberi petunjuk ke jalan hidayah. Hidayah tersebut adalah
ayatayat al-Qur‟an dan lain-lain yang merupakan bukti dan dalil yang
menunjukkan keesaan dan keagungan Allah SWT., serta menunjukkan kebijaksanaan
Allah SWT. yang maha mengatur tatanan langit dan bumi.
Tafsir An-Nuur menjelaskan ayat ini menerangkan
dalil dan keterangan yang menunjukkan kepada keesaan Allah SWT. dan kebesaran
kodrat (kekuasaan)Nya, serta keindahan tasharuf (pengelolaan,
pengaturan)Nya di langit dan di bumi. Jalan memperoleh kenikmatan yang demikian
banyak itu bagi mereka mukmin dengan cara Tuhan menunjukkan kebenaran disertai
dalil dan keterangan yang meyakinkan, bukan dengan jalan taklid dan
menggantungkan diri kepada pendapat orang lain. Dengan jalan itu akal memiliki
kemerdekaan (kebebasan) berfikir dan jadilah agama sebagai petunjuk dan
pembimbing bagi akal
b. Tafsir kalimat وَيُزَكِّيكُمْ
Rasulullah SAW. membersihkan jiwa umat manusia
dari berbagai kotoran perbuatan yang hina, seperti kebiasaan jahiliyyah yang
merajalela. Misalnya mengubur anak perempuan hidup-hidup, membunuh anak dengan
maksud meringankan beban penghidupan, dan gemar mengalirkan darah lantaran persoalan
yang sangat sepele. Di samping itu, Rasulullah SAW. Selalu menanamkan benih akhlak yang mulia, sehingga kalian menjadi manusia yang
mempunyai akhlak karimah. Dengan bekal kesucian ini, akhirnya mereka bias mampu menundukkan kerajaan-kerajaan besar yang tadinya menghina mereka. Mereka memperkenalkan kepada semua bangsa berupa keutamaan dan keistimewaan, termasuk keadilan dan politik yang baik di dalam mengatur umat
manusia.
c.
Tafsir kalimat وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ
“Serta mengajarkan kepada Kamu al-Kitab”, ditafsirkan dalam kalimat tersebut mencakup
segala hal yang disebutkan di muka, yaitu pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an dan
penjelasan terhadap materi pokok di dalamnya, yaitu hikmah. Hikmah adalah buah
pendidikan dari kitab ini, yakni penguasaan yang benar dan dating bersama
hikmah pada suatu masalah, dengan suatu timbangan yang benar serta mengetahui
tujuan perkaraperkara dan arahan-arahannya. Begitu juga akan terealisir hikmah
ini secara masak mendapatkan bimbingan dan penyucian dari Rasulullah SAW. dengan
ayat-ayat Allah.
d. Tafsir kalimat
وَالْحِكْمَةَ
Hikmah ialah pengetahuan
yang disertai dengan berbagai rahasia dan manfaat hukum, sehingga dapat mendorong seseorang untuk
mengamalkannya sesuai dengan petunjuk.
e. Tafsir kalimat وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ
تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Al-Maraghi menjelaskan bahwa, Nabi Muhammad
SAW. juga mengajarkan pengetahuan yang tidak bersumber dari akal dan analisa.
Pengetahuan tersebut hanya bisa diperoleh melalui wahyu, seperti pemberitaan
tentang alam ghaib, perjalanan para Nabi dan riwayat terdahulu yang masih
tampak kurang jelas bagi kalian, dan kisah-kisah yang sama sekali tidak
diketahui oleh ahli kitab.
4. Konsep Tujuan Pendidikan Islam Dalam QS.
Al-Baqarah Ayat 151
Konsep Tujuan Pendidikan Islam yang dimaknai
sebagai sebuah konsep pendidikan menuju perubahan yang lebih baik, dengan
melihat Asbab Al-Nuzul, dan penafsiran ayat, maka dalam QS. Al-Baqarah
Ayat 151 mengandung Konsep Tujuan Pendidikan Islam. Di dalam ayat tersebut
terdapat relevansi dengan konsep tujuan pendidikan Islam. Yaitu Rasulullah SAW.
sebagai pendidik jagad raya ini, beliau mengajarkan bagaimana cara melatih diri
agar senantiasa sadar akan segala nikmat Allah SWT. yang telah diberikan kepada
hamba Allah SWT. Nikmat itu terlalu banyak dan besar sehingga tidak dapat
dihitung sama sekali, sehingga kesyukuranlah yang harus dipanjatkan kepada
Allah SWT.
Salah satu nikmat yang tiada tara adalah Allah
SWT. telah mengutus hambanya yang beriman yaitu Rasulullah SAW., untuk
mengabdikan dirinya kepada umatnya dengan cara yang baik dan tulus untuk
mengajarkan apa yang telah dimiliki kepada umatnya.
Oleh karena itu, terdapat kaitan dalam QS. Al- Baqarah
Ayat 151 dengan konsep tujuan pendidikan Islam yaitu terletak pada kata yuzakkiihim
dan yu’allimu. Rasulullah SAW. adalah pendidik bagi para umatnya. Berbagai
tahap menuju konsep tujuan tersebut, Pertama menyucikan bangsa Arab, yang
tadinya masih dalam keadaan tersesat. Kedua mengajarkan al-Kitab dan al- Hikmah
kepada umatnya hal-hal yang belum diketahui.
Kalimat
“mengajarkan apa yang mereka belum ketahui”, ini merupakan nikmat tersendiri,
mencakup banyak hal dan melalui sekian cara. Memang sejak dini al-Qur‟an mengisyaratkan
dalam wahyu pertama Iqra, bahwa ilmu yang diperoleh manusia diraih dengan dua
cara. Pertama, upaya belajar mengajar, dan kedua anugerah langsung dari Allah
SWT. berupa ilham dan intuisi.
B. Q.S Ali-Imran Ayat 164
1. Redaksi dan Terjemah
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ
بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ
قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya
: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata”.
2. Asbabul Nuzul
Al-Qur’an
Surat Ali-Imran ayat 164, turun serangkaian dengan ayat-ayat sebelumnya.
Diriwayatkan, ketika tersebar isu bahwa Nabi Muhammad SAW, wafat terbunuh dalam
perang Uhud, maka para Munafik berkata pada kawannya; “siapa yang akan
menjadi utusan kepada Ibnu Ubay agar dia meminta keamanan kepada Abu Sufyan untuk
kita?” Adapula diantara mereka yang berkata; “seandainya Muhammad SAW,
adalah Nabi, tentu tidak terbunuh. Kembalilah kamu (muslim) kepada saudara saudaramu
dan agamamu dahulu”. “Dengarlah Abu Sufyan berkata, “kami mempunyai Uzza (nama
berhala) dan kamu tidak mempunyainya”.
Pada awalnya kaum muslimin telah
berhasil memenangkan peperangan, akan tetapi karena sebagian dari mereka
berambisi untuk mengambil harta rampasan dan meninggalkan posko, maka lawan
balik menyerang kepada sebagian yang tersisa di posko, hingga akhirnya kaum
muslimin terkalahkan
Kemudian
Nabi Muhammad SAW, bersabda, ‟bukankah kalian aku tugasi jangan meninggalkan
posisi itu sebelum ada perintah dariku?” mereka menjawab, “kami tinggalkan
saudara-saudara kami dalam keadaan siaga”. Kemudian dijawab oleh Nabi SAW,
“Bahkan kalian mengira kami akan menggelapkan ghanimah dan tidak membagibagikannya”
3. Penafsiran
a. Tafsir kalimat لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ
بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Nabi SAW, berasal dari mereka.
Maksudnya beliau berasal dari kalangan bangsa Arab. Dengan demikian mereka akan
lebih cepat menanggapi ajakannya, mengambil hidayah dan petunjuknya. Sang Nabi
akan lebih dipercaya oleh mereka dibandingkan jika beliau bukan berasal dari
kalangan mereka
Dalam Tafsir An-Nuur menjelaskan Rasul Muhammad
SAW., yang dilahirkan di negeri mereka, senantiasa bersifat benar, memelihara
amanat, menyeru kepada Allah SWT., berpaling dari dunia, tidaklah patut
disangka berkhianat. Tampilnya Nabi SAW, dari golongan mereka sendiri adalah
suatu nikmat Allah Yang Maha Besar yang dicurahkan kepada mereka yang beriman.
Orang mukmin pada ayat ini adalah umat beriman
yang mengambil manfaat dengan kedatangan Nabi SAW. Walaupun Nabi Muhammad SAW,
berasal dari suku Arab, beliau adalah rahmat bagi segala alam. Sebagaimana
dalam Tafsir Al-Manar, menjelaskan bahwa min anfusihim adalah jenis
manusia bukan jenis Arab. Seperti yang termakktub dalam QS. Al-Anbiya ayat 107,
wamaa arsalnaaka illa rahmatil lil ‘aalamiin. “Dan tidaklah kami
mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”
b. Tafsir Kalimat يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
Nabi
membacakan untuk mereka ayat-ayat Allah SWT yang menunjukkan kekuasaan, keesaan
dan pengetahuan-Nya, agar jiwa manusia terarah padanya untuk mengambil faedah
dan teladan darinya (Al Maraghi, 1993).
Artinya Nabi Muhammad menyampaikan dan membacakan ayat-ayat yang diterimanya
kepada kaumnya.
c. Tafsir Kalimat وَيُزَكِّيهِمْ
Sesungguhnya
Nabi Muhammad menyucikan dan membersihkan jiwa mereka dari akidah palsu,
bujukan bujukan wasaniy dan kotorannya. Sebab, bangsa Arab dan lainnya
sebelum Islam, hidup dalam kekacauan akhlak, akidah dan etika. Kemudian Nabi
Muhammad SAW, mencabut dari mereka akar-akar wasaniy dan mengenyahkan
akar-akar bathil dari akidah mereka. Seperti kepercayaan mereka bahwa dibalik
sebab-sebab alam yang berkaitan dengan kejadian-kejadian itu, terdapat pula
manfaat-manfaat yang bisa diharapkan dan bahaya yang dikhawatirkan. Hal
tersebut timbul dari sebagian mahluk (Al Maraghi, 1993).
Muhammad
SAW membersihkan dan menyucikan mereka dari segala kepercayaan yang sesat.
Muhammad menyuruh mereka mengerjakan yang Ma’ruf dan meninggalkan yang munkar
d. Tafsir kalimat وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
Nabi SAW mengajari mereka al-Kitab (al-Qur’an) dan
hikmah (Hadits). Mengajarkan al-Kitab berarti memaksakan mereka agar mau
belajar menulis dan membebaskan mereka dari kebuta hurufan menuju cahaya dan
ilmu pengetahuan. Nabi SAW minta agar mereka menulis al-Qur’an dan beliau
membentuk sekretaris-sekretaris wahyu
Begitu pula Nabi Muhammad SAW mengajari mereka
tentang hikmah (hadits), membimbing mereka memahami segala sesuatu dan
mengetahui rahasiarahasianya, memahami hukum-hukumnya, menjelaskan masalah dan
hukum yang terkandung di dalamnya (al-Qur’an melalui hikmah/hadits). Kemudian
Nabi SAW memberikan petunjuk mengenai cara-cara mengambil istidlal,
cara-cara mengetahui hakikat segala perkara dengan bukti-bukti
(argumentasi-argumentasinya)
Dalam Tafsir An-Nuur dijelaskan bahwa Nabi
Muhammad SAW mendidik mereka untuk mempelajari ilmu tulis dan ilmu baca.
Muhammad SAW memang berhasil membebaskan umatnya yang buta huruf menjadi umat
yang hidupnya disinari ilmu pengetahuan. Mereka diperintahkan menuliskan
al-Qur’an. Hak itu mendesak mereka untuk belajar menulis dan membaca. Nabi SAW
sendiri mengangkat beberapa orang penulisnya. Dengan usaha itu berkembanglah
pelajaran tulis baca di kalangan bangsa Arab
Pada Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dijelaskan “...Dan
mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah...” orang-orang yang
dituju dalam firman ini adalah orang-orang pribumi yang bodoh-bodoh, yang tidak
tahu tulis baca dan lemah pikirannya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan
sedikitpun yang berbobot untuk ukuran internasional dalam bidang apapun. Mereka
pun tidak mempunyai cita-cita yang besar dalam kehidupan mereka yang melahirkan
pengetahuan yang bertaraf internasional dalam bab apapun.
Maka risalah inilah yang menjadikan mereka
sebagai guru jagad, hukama atau pemberi kebijakan dunia, dan pemilik akidah,
pemikiran, sistem sosial, dan tata aturan yang menyelamatkan manusia secara
keseluruhan dari Jahiliahnya pada masa itu. Mereka dinantikan peranannya dalam
perjalanan ke depan untuk menyelamatkan kemanusiaan dari kejahiliahan modern
yang mengekspresikan segala ciri khas jahiliyah tempo dulu, baik dalam bidang
akhlak, sistem social kemasyarakatan, maupun mengenai pandangan mereka terhadap
sasaran dan tujuan hidup, meskipun sudah terbuka bagi mereka ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan materi, produk-produk perindustrian, dan kemajuan peradaban
e. Tafsir kalimat وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ
مُبِينٍ
Sungguh mereka sebelum masa kenabian berada
dalam kesesatan yang nyata. Sebab tidak ada kesesatan yang lebih parah selain
kesesatan suatu kaum yang musyrik kepada Allah SWT dengan menyembah
berhala-berhala, dan mereka memperturutkan khayalan-khayalan mereka. Tetapi
selain itu, mereka juga orang-orang umiy, tidak bisa membaca dan
menulis, sebagai suatu sarana yang bisa membimbing mereka untuk mengetahui
kesesatan yang sedang mereka alami selamaini. Sesungguhnya Allah SWT.
Menjadikan kenabian ini sebagai anugerah. Sebab beliau diturunkan sesudah
malapetaka atau kejahiliyahan sehingga hal itu terasa amat agung di hati
mereka. Sebab diutusnya rasul sebelumnya sudah sangat lama. Mereka tidak
mengetahui kebenaran, sehingga manfaatnya lebih luas dirasakan dan lebih
merasuk ke dalam hati
Muhammad SAW diangkat menjadi rasul atau sebelum
Islam turun, orang-orang mukmin berada dalam kesesatan yang nyata. Mereka
penyembah berhala. Selain itu mereka juga buta huruf, tidak mampu membaca dan
menulis
4. Konsep Tujuan Pendidikan Islam dalam Q.S
Ali-Imran Ayat 164
Setelah mengamati asbab
al-Nuzul dan penafsiran ayat. Bahwa ayat dalam QS. Ali Imran Ayat 164 memiliki
korelasi dengan ayat dalam QS. Al-Baqarah ayat 151. Penulis dapat memberikan
gambaran bahwa pada ayat ini terdapat konsep tujuan pendidikan Islam yang tidak
jauh berbeda dengan Qur‟an Surat al-Baqarah ayat 151. Menyambung dari konsep
tujuan pendidikan Islam pada Qur’an Surat al-Baqarah ayat 151, bahwa pada ayat
ini terdapat konsep tujuan pendidikan Islam yang mengarahkan pada perubahan
sosial untuk masyarakat di sekitarnya. Seperti pada kalimat وَإِنْ
كَاوُىْا مِهْ قَبْمُ نَفِى ضَلاَلٍ مُبِيْهٍ Sungguh mereka sebelum masa kenabian berada
dalam kesesatan yang nyata.
Seorang pendidik mengarahkan peserta
didik agar mampu menjadi para pemberi kebijakan bagi masyarakat, mampu
memberdayakan umat di sekelilingnya. Membawa masyarakat pada kemodernan
sehingga ummat islam akan mampu bersaing dengan orang-orang non muslim,
sehingga Islam kembali mengalami kejayaan. Walaupun secara sekilas itu tidak
mudah, akan tetapi melihat perjuangan Rasulullah SAW pada masa itu yang sangat
gigih berjuang memajukan masayarakat Arab pada masanya, sehingga mampu
mencerahkan umat manusia yang dahulu kala memang dalam keadaan sesat yang
nyata. Dengan demikian, pendidik memiliki peran urgent untuk menjadikan
perubahan yang signifikan pada peserta didiknya, lingkungan, dan masyarakatnya.
C. Q.S Al Jumu’ah Ayat 2
1. Redaksi dan Terjemah
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا
مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
2. Asbabul Nuzul
Sebab turun Qs. Al-Jumu‟ah
ayat 2, tidak bisa terlepas dari ayat sebelumnya. Ayat ini turun berkaitan
dengan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada umat beliau. Bila
dibandingkan dengan Nabi dan umat-umat sebelumnya, maka Nabi Muhammad SAW dan umatnya
adalah mahluk yang paling mendapat keutamaan.
Sebagaimana dijelaskan dalam
surat lainnya yaitu surat As-Shaff ayat 6;
وَإِذْ
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ
إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا
بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُمْ
بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku,
yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang
akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul
itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:
"Ini adalah sihir yang nyata”.
Semua itu merupakan isyarat
bahwa dialah yang dinubuwahkan oleh Nabi Isa. Berdasarkan ayat di atas
bahwasanya kedatangan Nabi Muhammad SAW sudah diprediksikan kalau beliau adalah
utusan bagi umatnya, yang pada akhirnya mampu memberikan perubahan sosial dan
kebijakan yang mampu eksis di dunia.
3. Penafsiran
a. Tafsir Kalimat هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا
مِنْهُمْ
Dialah
yang mengutus rasul-Nya SAW kepada bangsa yang umiiy, yang tidak membaca
dan tidak pula menulis, yaitu orang-orang Arab. Telah dikeluarkan dari
Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud dan An-Nasai dari Ibnu Umar, beliau mengatakan,
“kami adalah Ummiy. Kami tidak menulis juga tidak menghitung”.
Rasul
ini termasuk mereka, yaitu seperti mereka. Namun demikian, ia membacakan kepada
mereka ayat-ayat al-Kitab untuk menjadikan mereka suci dari kotoran-kotoran
akidah dan amal perbuatan, dan untuk mengajari mereka syari’at dan
urusan-urusan intelektual yang menyempurnakan jiwa dan mendidiknya
b. Tafsir kalimat يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
Nabi
Muhammad SAW membacakan kepada mereka ayat-ayat al-Qur’an yang di dalamnya
terdapat petunjuk dan bimbingan mereka menuju kebaikan dua kampung, sedang dia
pun seorang umi yang tidak dapat membaca, menulis agar kenabiannya tidak
diragukan dengan kata-kata mereka, bahwa dia telah mengambilnya dari
kitab-kitab orang terdahulu
Begitu
juga dalam tafsir An-Nuur menjelaskan bahwa Nabi Muhammad bertugas membacakan
ayat-ayat Allah SWT kepada mereka, meskipun Muhammad SAW sendiri tidak pandai
menulis dan membaca
c. Tafsir kalimat وَيُزَكِّيهِمْ
Selain
bertugas membacakan ayat-ayat Allah SWT, Nabi Muhammad SAW juga bertugas
membawa manusia kepada kesucian jiwa, kebersihan budi pekerti, serta
menumbuhkan perasaan yang hidup pada diri mereka
d. Tafsir kalimat وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
Mengajarkan
mereka syari’at, hukum dan hikmah serta rahasianya. Sehingga mereka tidak
menerima sesuatu pun dari padanya dengan rindu dan puas
Beliau
pula yang telah mengajarkan al-Qur’an dan hikmah yang berguna, yang dapat kita
petik dari ucapannya dan perbuatannya. Beliau jugalah teladan yang utama dan
pemimpin agung yang menuntun umatnya kepada jalan yang benar dan membawanya
kepada ilmu pengetahuan dalam segala bentuknya
e. Tafsir kalimat وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ
مُبِينٍ
Orang-orang
Arab dahulu berada dalam agama Ibrahim. Kemudian mereka mengganti, mengubah dan
menggeser tauhid untuk menjadi syirik, dan yakin menjadi ragu-ragu. Mereka
telah mengada-adakan hal yang tidak diizinkan Allah SWT sehingga akan
bijaksanalah jika Allah SWT mengutus Muhammad SAW dengan membawa syari’at besar
yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi manusia, penjelasan mengenai
urusan-urusan dunia dan akhirat yang mereka butuhkan, seruan yang membawa
keridaan Allah SWT dan kenikmatan dalam syurga-syurgaNya yang penuh nikmat, dan
larangan yang menyebabkan kemurkaan-Nya dan mendekatkan pada neraka
Dengan
begitu Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW untuk membawa satu agama yang benar
dan merupakan pelita hidup bagi seluruh manusia. Nabi mengajarkan kitab dan
hikmah kepada mereka. Selain itu juga membersihkan jiwa mereka dari kotoran
syirik dan pekerti-pekerti yang buruk
4. Konsep Tujuan Pendidikan Islam dalam Q.S Al
Jumu’ah Ayat 2
Berdasarkan
penjelasan asbab al-Nuzul dan penafsiran ayat dalam Qur’an Surat al-Jumu’ah
ayat 2, dapat diambil garis merah bahwa ayat ini berkaitan dengan ayat dalam
QS. al-Baqarah ayat 151, dan QS. Ali Imran Ayat 164. Di dalamnya sama-sama
menggambarkan konsep tujuan pendidikan Islam sebagai sarana perubahan sosial.
Pada Qur’an Surat al-Jumu’ah ayat 2, Tujuan pendidikan Islam diantaranya
mengarahkan pada diri sendiri agar selalu memacu diri untuk berubah menjadi
lebih baik. Baik secara vertikal dan horizontal. Ayat ini secara vertikal
komponen-komponen dalam pendidikan mampu mengubah diri untuk selalu mendekatkan
diri pada Allah SWT serta bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Oleh-Nya.
Kemudian,
secara tidak langsung Allah SWT telah memberi nikmat berupa para pendidik yang
bertugas menyadarkan peserta didiknya atau umatnya untuk selalu mendekatkan
diri pada Allah SWT. Secara horizontal pendidik memiliki tugas untuk
mengembangkan bakat mereka sekaligus memberikan solusi yang tepat terhadap
problem yang dimiliki oleh masing-masing peserta didiknya. Mula-mula pendidik
menyucikan atau menunjukkan bahwa perbuatan tindakan yang telah dilakukan itu
salah. Setelah menjelaskan bahwa tindakan peserta didiknya tidak tepat, setelah
itu maka pendidik memberikan solusi. Adapun solusi yang tepat adalah dengan
mengajari mereka dengan tekun.
Seorang
pendidik tidak boleh cepat putus asa menghadapi masyarakatnya, meskipun mereka
sebelumnya masih dalam keadaan sesat atau belum tau apa-apa. Tugas seorang
pendidik adalah memberikan pengarahan yang benar secara bijak. Agar para
peserta didik mudah menerimanya dengan baik dan dapat mengamalkan apa yang
diajarkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
zaman. Karena pada dasarnya konsep tujuan pendidikan Islam adalah mampu sebagai
agen perubahan menuju kebaikan. Dengan demikian, konsep tujuan pendidikan Islam
yang ideal adalah mampu mengubah masyarakat menjadi imbang secara vertikal dan
horizontal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Merujuk
kembali pada rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama, Konsep
Tujuan Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Qs. Al-Baqarah:151, Qs. Ali ‘Imran:
164, dan Qs. Al-Jumu’ah: 2, adalah sebagai sarana perubahan sosial. Hal ini
bisa dilihat pada setiap ayat dari masing-masing ketiga surat yang saling
berhubungan dan memiliki kandungan yang sama. Berikut konsep tujuan pendidikan
Islam dalam al-Qur’an Qs. Al-Baqarah:151, Qs. Ali ‘Imran: 164, dan Qs.
Al-Jumu’ah: 2.
1.
Konsep Tujuan Individual Dalam Pendidikan Islam
Pada
awal dari ketiga ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT mengutus hamba-Nya
yaitu Nabi Muhammad SAW untuk para umatnya. Dengan diutusnya Rasulullah SAW.,
terdapat suatu kebesaran Allah SWT yang diberikan kepada mahluk-Nya. Allah SWT
menyempurnakan nikmat dengan mengutus seorang Rasul SAW dari kalangan sendiri,
dengan begitu ada sebuah tanda nikmat dari Allah SWT yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW dan umatnya.
Dengan
diutusnya Rasul SAW dari kalangan mereka sendiri, maka masyarakat akan lebih mudah
menerima ajaran yang diberikan Nabi SAW. Sebab, kedekatan mereka sangat
mempengaruhi dinamika dan perubahan yang ada dalam masyarakat. Dialah yang
mengutus rasul- Nya SAW kepada bangsa yang umiiy, yang tidak membaca dan tidak
pula menulis, yaitu orang-orang Arab.
Dengan
begitu tujuan individual dari ketiga ayat tersebut adalah mensyukuri atas
nikmat Allah SWT yang diberikan kepada manusia, berupa diutusnya Rasulullah SAW
di muka bumi ini. Dengan mensyukurinya secara otomatis pula mereka telah
mengimani Allah SWT., Rasul- Nya dan wahyu yang diberikan kepada Rasulnya.
Tujuan individual yang bertujuan untuk mengubah secara pribadi dari segi
sikapnya atau tingkah lakunya yang mencerminkan keimanan kepada Allah SWT dan
RasulNya tanpa keraguraguan.
2.
Konsep Tujuan Sosial dalam Pendidikan Islam
Mulai
dari awal ayat pada setiap masing-masing surat dan ayat menjelaskan tentang
suatu proses dalam pembelajaran. Dalam ketiga ayat ini Nabi Muhammad SAW
membacakan ayat-ayat Allah SWT kepada umatnya. Proses selanjutnya Nabi Muhammad
SAW menyucikan umatnya. Nabi Muhammad SAW menyucikan umatnya dengan mendoktrin
mereka bahwa aktivitas yang dilakukan umatnya adalah sesat, sehingga Nabi
Muhammad SAW memilih metode ini dalam hal mencerahkan muridnya. Beliau mulai
membersihkan aktivitas jahiliyyah umatnya.
Selanjutnya
Nabi Muhammad SAW mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat keduniaan dan
keakhiratan. Dengan mengajarkan al-Kitab, umat Nabi Muhammad SAW akan
mendapatkan pencerahan dalam hal dunia akhirat. Kemudian untuk mengimbangi
memahami ilmu pengetahuan dari al-Kitab maka Nabi Muhammad SAW mengajarkan
al-Hikmah yang dapat diartikan kebijaksanaan. Artinya Nabi Muhammad SAW
mengajarkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kemajuan dan perubahan yang dinamis
yaitu menuju perubahan sosial.
Dari
tiga proses yang dilakukan Rasulullah SAW kepada umatnya, dapat dijadikan
pedoman para ulama dan pendidik. Seorang pendidik sudah seharusnya mampu
memberikan pencerahan-pencerahan pada peserta didiknya. Sehingga para pendidik
akan mampu melahirkan para peserta didik yang unggul dalam spiritual dan
intelektual.
3.
Konsep Tujuan Tertinggi dalam Pendidikan Islam
Konsep
tertinggi tujuan tertinggi pendidikan Islam merupakan wujud dari puncak segala
tujuan yang paling urgent. Sebab, dapat dilihat bahwa pendidikan Islam itu lebih
banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang terwujud. Tujuan pendidikan
yang ingin dicapai dengan pembacaan, penyucian, dan pengajaran sebagaimana disebutkan
dalam ayat tersebut sama dengan pengabdian kepada Allah. Menghambakan diri
kepada Allah SWT dapat dimaknai secara luas, tidak hanya bentuk beribadah
kepada Allah SWT tetapi, dengan melakukan perubahan pada masyarakat, misalnya
mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan, skills dan lainnya yang dapat mendorong
masyarakat untuk berubah, juga dinamakan pengabdian kepada Allah SWT.
Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam meliputi
aspek kejiwaan yang abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Dengan kata lain
pendidikan Islam secara filosofis berorientasi kepada nilai-nilai Islam.
Artinya segala tindakan yang mencerminkan nilai-islam dapat dikatakan sebagai
bentuk penghambaan kepada Allah SWT.
Dengan
demikian dapat dikatakan konsep tujuan tertinggi dalam Pendidikan Islam adalah
mencakup semua hal yang diharapkan dalam pendidikan Islam. Adapun kesemuanya
itu meliputi sikap seorang hamba kepada Tuhannya. Kemudian disambung dengan
hubungan yang selaras dengan masyarakat sekitar, sehingga melahirkan perubahan
sosial.
B. Saran
Bagi
para pendidik Islam pada khususnya, sudah seharusnya untuk memahami perannya
sebagai pendidik. Memahami konsep tujuan pendidikan Islam dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-harinya. Adapun pada dasarnya sebuah konsep pendidikan yang
harus menciptakan perubahan sosial. Dengan melihat perjuangan Nabi Muhammad SAW
diharapkan pendidik muslim mampu meniru kesabaran beliau dalam mendidik
umatnya. Beliau mendidik dari nol hingga mengalami perubahan yang signifikan.
Selain itu pendidik muslim juga diharapkan mampu melahirkan generasi-generasi
yang dapat diunggulkan sebagai khalifah fil ardhi, sehingga mampu memberikan
kebijaksanaan dalam rangka perbaikan kesejahteraan dan kemajuan umat islam.
Hingga pada akhirnya mampu mengembalikan kejayaan umat Islam seperti dahulu
kala.
DAFTAR PUSTAKA
Al Maraghi, A. M. (1993). Tafsir
al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang.
Al-Jamali, M. F. (1986). Filsafat
Pendidikan Islam dalam Al-Quran, terj. Judial Falasani. Surabaya: Bina
Ilmu.
Al-Syaibani, O. M.-T. (1979). Falsafah
Penndidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam,. Jakarta: Ciputat Pres.
Ash-Shiddieqy, T. M. (Jilid 1). Tafsir
Alquranul Majid Annur. Jakarta: Cakrawala Publishing.
Azizah. (2018). Tujuan Pendidikan Islam
dalam QS. AL-BAQARAH dan QS. AL-MUNAFIQUN. IAIN Salatiga, 20.
B, M. R. (2017). Konsep dan Tujuan
Pendidikan Islam. Jurnal UIN Alauddin Makassar, 38.
Langgulung, H. (1988). Pendidikan
Islam Menghadapi Abad Ke- 21. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Marimba, A. D. (1990). Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Ma’arif.
Mujib, A. (2006). Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Kencana.
Munir, A. (2008). Tafsir Tarbawi.
Yogyakarta: SUKSES Offset,.
Nafis, M. M. (2011). Ilmu Pendidikan
Islam, (Yogyakarta:Teras, 2011), hlm. 1. . Yogyakarta: Teras.
Quthb, S. (2000). Fi Zhilalil Qur’an,
terj. As’ad Yasin, dkk. Jakarta: Gema Insani.
Wahyuddin. (2010). Asbabun Nuzul sebagai
Langkah Awal Menafsirkan Al-Qur'an. Jurnal Sosial Humaniora ITS, 1.
Web, T. (2010, Februari Jum'at). Tafsir Web. Retrieved from tafsirweb.com: https://tafsirweb.com/983-quran-surat-al-baqarah-ayat-247.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar