Pemaknaan Tuhan dalam Perspektif Yahudi dan Nasrani
Abstrak
Pembuatan artikel ini bertujuan untuk membandingkan agama-agama samawi khususnya agama Yahudi
dan Nasrani. Dalam membahas tentang sejarah nya, kitab nya, Tuhan yang
disembahnya, selain itu juga dalam artikel ini membahas bagaimana konsep akidah
dalam agama Yahudi dan Nasrani dan bagaimana Nabi Muhammad mencontohkan sikap
toleransi dalam menghadapi orang-orang Yahudi dan Nasrani, bagaimana kita tidak
menzalimi penganut agama Yahudi dan Nasrani lewat ucapan dan tindakan. Penelitian tentang “Pemaknaan Tuhan dalam Perspektif Yahudi dan Nasrani”
menggunakan metode pengumpulan data kualitatif melalui analisis mengenai
beberapa dokumen berupa jurnal dan e-book yang berisi data dan fakta yang
actual mengenai Yahudi dan Nasrani
Kata kunci: Tuhan, Yahudi,
Nasrani, Muhammad
A.
Pendahuluan
Konsep agama yang
bersifat politeisme dan menyembah berdasarkan sifat-sifat kekuatan benda atau
imajinasi dari manusia adalah awal dari pencarian kekuatan yang lebih dari
manusia atau alam semesta. Hal tersebutlah yang membuat manusia menyembah
matahari, lautan, gunung, pohon besar, dan hingga patung-patung yang dianggap
memiliki kekuatan dan memberi kehidupan. Perjalanan sejarah para nabi pada
pernyataannya memberi garis merah tentang satu hal yaitu ketauhidan kepada
Allah. Berpijak pada hal tersebut ketika adanya esensi substansi tuhan yang
berbeda berarti ada penyimpangan yang dilakukan oleh manusia dalam keterbatasan
pemikirannya. Juga dimungkinkan karena proses kabar yang memerlukan waktu,
disebabkan jarak yang harus ditempuh dengan perjalanan tradisional (jalan kaki)
pada masa itu. Periode setelah nabi Adam pun semua nabi-nabi mengajarkan ajaran
keesaan Allah sebagai pencipta alam semesta ini. Pembuktian kisah pencarian
tuhan seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam firmannya surat al anam ayat
76-79 yaitu ketika nabi Ibrahim mencari sebuah hakikat Tuhan. Ajaran tentang
keesaan Allah disampaikan oleh para nabi dan rasul. Seperti firman Allah dalam
Q.S: AlAnbiya : 25
“Dan tidaklah kami mengutus sebelum
engkau seorang Rasulpun melainkan kami wahyukan kepadanya: bahwasanya tiada
Tuhan yang sebenarnya disembah melainkan Aku, maka sembahlah Aku.”.
Kerasulan nabi ada yang dikabarkan dalam kitab namun ada yang tidak dikabarkan.
Hanya saja menjadi sesuatu yang istimewa dan ada kekhususan Sebagian besar waktu kita cenderung
mencari filsafat Yunani atau sejarah pemikiran Eropa untuk momen-momen yang akan
mengungkap realitas yang tidak jelas dan misterius yang kita sebut dengan syntagm yang dengan demikian memperoleh
nilai simbolis dan memusatkan pada dirinya sendiri sebagian kecil dari kekayaan
pikiran manusia. Yunani hanya untuk dapat
meninggalkan salah satu dimensi arkeologi budaya Eropa dan menemukan, di dalam
urat Ibrani, sebuah "cerita" yang menjelaskan sifat misterius dari
hubungan antara manusia dan dewa. Orang Yunani yang sama tahu bahwa hal-hal Pada tahun 1967, sejarawan abad pertengahan Lynn White Jr.
menyampaikan ceramah yang berusaha untuk memperjelas hubungan antara agama dan
keprihatinan yang berkembang tentang dampak manusia terhadap lingkungan. White
menuduh bahwa monoteisme mengatur kemanusiaan dan alam bertentangan. Tradisi
monoteistik, menggunakan bab pertama dari Kejadian sebagai prooftext, berusaha
untuk menjebak dunia alam, yang memiliki tatanan internalnya sendiri, untuk
kebutuhan manusia. Manusia duduk di puncak alam dan mungkin menundukkannya
sesuka hati. White berargumentasi bahwa “dahulu manusia adalah bagian dari alam; sekarang dia adalah
pelaku eksploitasi alam”
(White, 1967, 1205).
Tradisi pagan yang lebih tua memandang alam sebagai hidup, setiap batu, anak
sungai, dan belukar yang dihuni oleh roh, yang perlu didoakan jika manusia
mengubah bagian lingkungan itu. Itu bukan milik manusia; itu dimiliki, jika itu
kata yang tepat, oleh roh itu. Itu tidak bisa diambil dengan paksa; izin harus
dicari. Dalam keadaan yang dibayangkan sebelum munculnya monoteisme, manusia
mengakui ketergantungan mutlak mereka pada dunia alam untuk memenuhi setiap
kebutuhan mereka. Alam dikhawatirkan sebanyak itu dicintai, tetapi ada
pengakuan mengenai batas-batas kontrol manusia terhadap alam. Tetapi
monoteisme, dalam rasa lapar untuk membasmi penyembahan berhala (penyembahan
sesuatu selain Tuhan yang satu), “memungkinkan untuk mengeksploitasi
alam dalam suasana ketidakpedulian terhadap perasaan benda-benda alam” (White, 1967,
1205). Dunia alam itu bodoh dan bisu, tidak cerdas dan tidak hidup. Alam tidak
menyediakan model perilaku manusia, tidak seperti wahyu ilahi. Sebuah awal yang terkenal midrash rabbin (sekitar 400 SM) sejenis homili Yahudi pada Torah menangkap ide ini. Abraham, patriark
pola dasar tauhid, menghancurkan ayahnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa definisi yudaisme
(yahudi) dan kristen (nasrani)?
2. Bagaimana ajaran aqidah
(ketuhanan) yahudi dan nasrani?
3. Bagaimana meyikapi Yahudi dan
Nasrani berdasarkan sunnah Nabi Muhammad saw?
C. Metode Penelitian
Penelitian
tentang “Pemaknaan Tuhan dalam Perspektif Yahudi dan Nasrani”
menggunakan metode pengumpulan data kualitatif melalui analisis mengenai
beberapa dokumen berupa jurnal dan e-book yang berisi data dan fakta yang actual
mengenai Yahudi dan Nasrani.
D.
Hasil dan Pembahasan
1.
Definisi Yudaisme (Yahudi) dan Kristen (Nasrani)
1.1 Definisi Yudaisme (Yahudi)
Yahudi adalah
agama samawi (yang berdasarkan wahyu dari Allah). Agama ini ada
sekitar 2000 tahun sebelum agama Islam turun. Kitab sucinya adalah
at-Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa.(Lagrone, 2018) Ada
beberapa pendapat mengenai asal kata Yahudi, diantaranya yang paling mendekati
kebenaran adalah bahwa kata yahūd
diambil dari kata hāda-yahūdu yang
berarti raja’a- yarji’u (kembali). Makna
ini diperkuat oleh QS.al-A‘raf [7]: 156, “Innā
hudnā ilak, artinya sesungguhnya aku (Musa) telah kembali kepadamu.”Ayat
ini menjelaskan bahwa kedatangan Nabi Musa kepada kaumnya untuk
mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Ada beberapa nama lain untuk kaum
Yahudi, diantaranya, Banī Israīl, al-‘ibriyyūn/al-’ibrāniyyūn, Qaum Musa (pengikut
Musa), dan Ahl al-Kitāb. Nama-nama inilah yang sering dipakai oleh al-Quran
untuk menyebut mereka. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam QS.Al-Baqarah [2]: 43,
67, 83, 120; Al-Mā’idah [5] Ali-‘Imran [3]:64; al-A‘rāf [7]:156 . Pada
awalnya orang-orang Yahudi merupakan pengikut Nabi Musa. Mereka
merupakan pengikut yang baik, karena mengikuti ajaran-ajaran yang disampaikan
oleh Nabi Musa. Namun, setelah Nabi Musa wafat mereka banyak melakukan tahrīf (mengubah
isi) Taurat dan banyak melakukan pelanggaran pada ajaran-ajaran mereka. Yudaisme,
seperti yang disebutkan di atas, adalah agama yang berorientasi pada teks.
Dengan demikian, memahami hubungan antara Yudaisme dan Anthropocene membutuhkan
evaluasitradisi, teks-teks suci Taurat dan
Talmud (interpretasi Yahudi otoritatif Taurat, diedit dalam bentuk akhir
sekitar abad ke-5 Masehi). Dari teks-teksnya, Yudaisme juga merupakan agama
berdasarkan hukum. Tekanan pada hukum untuk membimbing perilaku berarti bahwa
manusia lemah dan bebas-lemah karena kita membutuhkan batasan
hukum untuk memiliki masyarakat sipil dan bebas karena kemungkinan memilih
jalur yang berbeda. Meskipun
tampaknya tidak dapat dimengerti, kesulitan Allah menentukan keterikatan
orang-orang yang mengasihi dia. Dalam kesadaran ilahi, Abraham adalah
"orang yang mengasihi Aku" - cinta yang lebih kuat daripada kematian,
bahkan kematian putranya, Ishak.(“ Akedah – Meanings and Interpretations in the
Dialogue between Christianity and Judaism,” n.d.)
1.2 Definisi Kristen (Nasrani)
Kristen (Nasrani) Adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup,
sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih.(Breuer & New, 1995) Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru
selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka
beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus
Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokia (Kisah Para Rasul 11:26). Agama Kristen termasuk salah satu dari
agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran, kematian dengan penyaliban,
kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga, sebagaimana dijelaskan
dalam Perjanjian Baru, (Chester &
Duncan, 2010) umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang
dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau
Kitab suci Yahudi). Kekristenan adalah monoteisme, yang percaya akan tiga
pribadi (secara teknis dalam bahasa Yunani hypostasis) Tuhan atau Tritunggal.
Tritunggal dipertegas pertama kali pada Konsili Nicea Pertama (325) yang
dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I. Pemeluk agama Kristen mengimani bahwa
Yesus Kristus atau Isa Almasih adalah Tuhan dan Juru Selamat, dan memegang
ajaran yang disampaikan Yesus Kristus. Dalam kepercayaan Kristen, Yesus Kristus
adalah pendiri jemaat (gereja) dan kepemimpinan gereja yang abadi (Injil Matius 18: 18-19). Umat Kristen
juga percaya bahwa Yesus Kristus akan datang pada kedua kalinya sebagai Raja
dan Hakim akan dunia ini. Sebagaimana agama Yahudi, mereka menjunjung ajaran
moral yang tertulis dalam Sepuluh Perintah Tuhan.
Bila kata “Tuhan” saja digunakan tanpa keterangan
lain dalam bahasa Indonesia membuat kalimat tidak memiliki makna yang jelas.
Kata “Tuhan” dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang kurang jelas dan tidak
spesifik. Bisa saja kata “Tuhan” dipakai untuk menunjukkan Rabb, bisa juga menunjukan
apapun yang disembah selain Rabb. Dalam bahasa Arab, kata “Rabb”, memiliki tiga
unsur makna yaitu: Yang Menciptakan, Yang Memiliki, dan Yang Mengatur.
Maksudnya Rabb adalah yang menciptakan, yang memiliki, dan yang mengatur alam
semesta ini. (Firdaus, 2015, pp. 102–106)
Dalam tradisi keagamaan, termasuk Yudaisme dan
Kristianitas, menunjukkan keragaman bentuk dan interpretasi yang serupa,
mengedepankan unsur-unsur lokal dan universal. Ziarah dalam semua agama
berfungsi untuk memproyeksikan orang percaya melintasi garis lokalitas atau
kelompok langsung. Peziarah - dan pengunjung ke kuil dan tempat-tempat suci -
berangkat dari rumah dengan harapan reaffikontak rming dengan pusat spiritual,
menghadapi 'oranglain' dan kembali ke rumah dengan kesadaran tajam perbedaan
dan kesamaan(Eickelmandan Piscatori,2003; sangkaan , 1975). Apakah ke Mekah,
Yerusalem, Ayodhya, Roma, tempat-tempat suci Shi'seorang Muslim, atau ke kuil
orang-orang kudus Sephardic (zaddiqim) di Afrika Utara dan Israel, ziarah dan
kunjungan menciptakan kesatuan karena mereka menyoroti perbedaan lokalitas. Di
Mediterania (untuk Kristen, Muslim, dan Yahudi), seperti untuk Asia Selatan
(untuk Hindu dan Muslim), ziarah dan kunjungan sering melibatkan ruang sakral
bersama (Albera dan Couroucli, 2012; Pemberton dan Nijhawan, 2008). (Eickelman & College, 2015)
2.
Ajaran Aqidah (Ketuhanan) Yahudi Dan Nasrani
Munculnya
monoteisme, manusia mengakui ketergantungan mutlak mereka pada dunia alam untuk
memenuhi setiap kebutuhan mereka. Alam dikhawatirkan sebanyak itu dicintai,
tetapi ada pengakuan mengenai batas-batas kontrol manusia terhadap alam. Tetapi
monoteisme, dalam rasa lapar untuk membasmi penyembahan berhala (penyembahan
sesuatu selain Tuhan yang satu), “memungkinkan
untuk mengeksploitasi alam dalam suasana ketidakpedulian terhadap perasaan
benda-benda alam”
(White, 1967, 1205).
Dunia alam itu bodoh dan bisu, tidak cerdas dan tidak hidup.
Di samping hal itu, orang-orang
Yahudi banyak menyelewengkan ajaran yang telah mereka dapatkan dari Nabi Musa
As. Dalam al-Quran, QS.at-Taubah
[9]: 30, dijelaskan bahwaorang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata:
"Al-Masih itu putera Allah."
Demikianlah, itu ucapan mereka dengan lisan mereka sendiri. Mereka sebenarnya meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dari ayat ini nampak jelas bahwa
orang-orang Yahudi telah menghina Allah, karena telah menyamakan Allah dengan
makhluk-Nya. Padahal Allah SWT tidak beranak dan juga tidak diperanakkan.
Al-Quran membantah kekeliruan orang-orang Yahudi tersebut. Bantahan Allah ini
ditegaskan dalam QS.al-Ikhlas [112]: 3: “Dia
tiada beranak dan tiada pula diperanakkan.” Terkait dengan ‘Uzair
sebagai putera Allah, dalam Tafsīral-Marāghī dijelaskan bahwa ia adalah seorang
pendeta (kāhin) Yahudi yang hidup sekitar 457 SM. Menurut kepercayaan
orang-orang Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan kembali
wahyuwahyu Allah di kitab Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman
As. Sehingga segala sumber yang dijadikan rujukan utama adalah yang berasal
dari ‘Uzair. Menurut
kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair
adalah satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya
menisbatkan ‘Uzair sebagai anak Allah. (Saidurrahman, 2014)
Dari perspektif Islam penyelewengan
dalam masalah akidah merupakan kekeliruan yang amat besar. Sekitar 1/3 dari
kandungan al-Quran menjelaskan tentang akidah/kepercayaan atas semua rukun iman
yang harus diyakini oleh setiap manusia. Besarnya persentasi
ayat-ayat keimanan itu merupakan bukti bahwa aspek keislaman yang satu ini
menempati posisi yang amat signifikan. Dengan demikian amatlah tepat jika
al-Quran banyak mengulasnya. Sementara dalam ayat lain Allah juga menjelaskan bahwa
orangorang Yahudi selalu mengungkapkan sesuatu yang bersifat peyoratif tentang
Allah. Lihat misalnya padaayat berikut ini,di dalamnya dijelaskan bahwa orang-orang Yahudi
berkata: "Tangan Allah terbelenggu",
sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang
telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah
terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan al-Quran yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan
kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan
dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan
api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan
Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” 10 Ayat ini dengan jelas
menguraikan penghinaan orang-orang Yahudi terhadap keesaan Allah itu. Mereka
mengatakan bahwa tangan (kekuasaan) Allah telah terbelenggu (dari kebaikan). Mereka menganggap Allah
bakhil. Padahal tangan mereka yang sebenarnya terbelenggu dari kebaikan dan
mereka lebih menyukai kebakhilan. Mereka tidak bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang telah diberikan kepada mereka, tetapi justru mereka selalu
kufur nikmat.
3. Meyikapi Yahudi dan Nasrani Berdasarkan Sunnah Nabi
Muhammad Saw
Pendapat dan tradisi Yahudi
berkembang selama ribuan tahun diskusi dan putusan. Keputusan biasanya
didasarkan pada preseden dan prinsip. Ide-ide yang menyimpang dicatat bersama
dengan apa yang menjadi normatif. Pada abad ke-7, Islam menawarkan titik awal yang berbeda.
Itu tidak mengajarkan satu jalan menuju keselamatan (2:212), atau penganiayaan
terhadap mereka yang tidak memilikinya. Sejak saat Rasulullah mulai berkhotbah,
jelas bahwa 'siapa pun yang mengikuti
bimbingan, mengikutinya hanya untuk kebaikan jiwanya sendiri'. Bagi mereka
yang tersesat, kaum Muslim disarankan untuk mengatakan: 'Saya hanya seorang pemberi peringatan' (27:93). Al Qur'an penuh
dengan ayat-ayat yang melarang paksaan, yang tidak perlu dijabarkan secara
lengkap di sini (2: 257, 10: 100, 50:46, 109: 7, dll) .
Selain pengajaran
lisan, praktik contoh nabi Muhammad Saw menunjukkan bagaimana dia, sebagai
pengatur kota Madinah dan kemudian penguasa Mekkah, memisahkan posisinya
sebagai penguasa dari otoritasnya sebagai pemimpin agama. Di Madinah, orang
Yahudi dan Kristen hidup berdampingan dengan umat Islam, dan tidak diwajibkan
mengikuti Muhammad Saw dalam ajaran agamanya. Karena mereka memiliki yurisdiksi
mereka sendiri, berdasarkan agama masing-masing, mereka bahkan diizinkan untuk
memiliki pengadilan mereka sendiri. Setelah mengambil Mekah, berhala-berhala
dipindahkan dari Kabah, tetapi penyembah berhala tidak dianiaya. Selain itu, berpijak
pada nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjungnya, inilah peristiwa ketika Nabi Muḥammad Saw. mengutus Mu‘ādz ibn
Jabal ke Yaman, sebuah daerah yang pada saat itu masyarakatnya banyak yang
memeluk agama Yahudi dan Nasrani, Nabi Muḥammad memberikan pesan penting kepada
Mu‘ādz untuk tidak berbuat zalim kepada siapa pun yang secara implisit
terkandung dalam peringatan Nabi untuk menjauhi doa orang yang dizalimi
(larangan untuk berbuat zalim kepada orang lain), karena tidak ada penghalang
di antaranya dan Allah.
Perang-perang awal
yang dilakukan oleh kaum Muslim dijelaskan dalam Al Qur'an untuk membebaskan
orang-orang dari penganiayaan agama dan melindungi 'Masjid, Gereja dan
Synagoges' dari kehancuran (22:41). Ayat 'melawan
mereka sampai agama hanya untuk Allah' (2: 194) sering dikutip untuk
menyarankan perang pertobatan, tetapi sebenarnya berarti sebaliknya: kaum
Muslim berjuang melawan penganiayaan sampai orang dapat memilih untuk melayani
Tuhan keluar dari kehendak bebas mereka sendiri. Seperti yang tersisa dari ayat
itu menunjukkan, 'tidak ada permusuhan
diizinkan kecuali melawan para agresor'.
Perbedaan yang lebih
halus di atmosfer yang diciptakan oleh Islam berkaitan dengan keragaman agama,
adalah bahwa semua manusia, terlepas dari agama mereka, dianggap memiliki
'sifat' yang mampu memahami kebenaran (30:31). Itu dapat mencapai kesadaran
akan Tuhan, memperluas belas kasihan kepada makhluk lain (3:314, 5:83), dapat
diampuni, dan dapat mencapai keselamatan (2:63, 3:114-115). Islam mengaku
menarik sifat ini. Bertentangan dengan ajaran Kristen, yang menganggap semua
bayi baru lahir menjadi 'anak-anak murka (Efesus 2: 3), dilahirkan dalam dosa
asal hanya untuk ditebus oleh iman kepada Kristus-nabi Muhammad Saw mengajarkan
bahwa semua anak, dan sebagai konsekuensinya semua manusia, dilahirkan tanpa
dosa. Untuk sifat universal manusia ini, Islam menambahkan ajaran bahwa Allah
telah mengutus para nabi ke semua bangsa di bumi (35:25), yang semuanya harus
diperlakukan sama benarnya (3:85) (“Islam-in-Christian-tolerance-201001,”
n.d.)
E.
Kesimpulan
Dari beberapa
pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa makna Tuhan secara umum
adalah sesuatu yang disembah oleh manusia dan yang Maha Mengatur seluruh alam
semesta ini.
Hanya di Eropa modern yang sejarawan Kristen telah membuat
upaya yang pasti terhadap pengurangan elemen perspektif-dalam dalam
historiografi Kristen. Tentu saja, ini terutama berkaitan dengan cakrawala
pemikiran sempit yang terbentuk sesuai dengan kesadaran diri dari tiga
denominasi Kristen yang muncul di Eropa Tengah setelah perang agama abad keenam
belas dan ketujuh belas (Perdamaian Agama Augsburg 1555 dan Perdamaian dari
Westphalia 1648)
Agama
Yahudi adalah agama samawi
(yang berdasarkan wahyu dari Allah). Agama ini ada sekitar 2000 tahun sebelum agama Islam
turun. Kitab sucinya
adalah at-Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa. Agama Nasrani meyakini Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang
menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka
adalah Alkitab.
Orang
Yahudi banyak menyelewengkan ajaran yang telah mereka dapatkan dari Nabi Musa
As. Dalam al-Quran, QS.at-Taubah
[9]: 30, dijelaskan bahwaorang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata:
"Al-Masih itu putera Allah."
Demikianlah, itu ucapan mereka dengan lisan mereka sendiri. Mereka sebenarnya meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
Praktik contoh Nabi Muhammad Saw.
menunjukkan bagaimana dia, sebagai pengatur kota Madinah dan kemudian penguasa
Mekkah, memisahkan posisinya sebagai penguasa dari otoritasnya sebagai pemimpin
agama.
F.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kedepannya agar
penelitian ini menjadi pembahasan yang mendalam tuntas maka pada penelitian
selanjutnya, diharapkan penulis dapat mencari sumber-sumber jurnal
internasional maupun non-internasional yang berhubungan dengan “Pemaknaan Tuhan
dalam Perspektif Yahudi dan Nasrani” lebih banyak lagi dan tentunya yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dan dapat menguasai Program Mendeley juga dapat mentransliterasi
Arab-Latin.
DAFTAR PUSTAKA
Akedah – Meanings and Interpretations in the
Dialogue between Christianity and Judaism. (n.d.).
Breuer,
M., & New, P. (1995). REVIEWS The Broken Staff : Judaism Through Christian
Eyes , Frank E . Manuel Modernity Within Tradition : the Social History of Jewish
Orthodoxy in Imperial Frank E . Manuel asserts in The Broken Staff "
Judaism Through Christian Eyes . History of Europea, 21(1), 67–74.
Chester,
D. K., & Duncan, A. M. (2010). Responding to disasters within the Christian
tradition , with reference to volcanic eruptions and earthquakes. Religion,
40(2), 85–95. https://doi.org/10.1016/j.religion.2009.12.005
Eickelman,
D. F., & College, D. (2015). Transnational Religious Identities ( Islam
, Catholicism , and Judaism ): Cultural Concerns. International Encyclopedia
of Social & Behavioral Sciences (Second Edi, Vol. 24). Elsevier.
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-8.84053-2
Firdaus.
(2015). Konsep al-Rububiyah (Ketuhanan) dalam alQuran. Jurnal Diskursus
Islam, 3(1), 102–118.
Islam-in-Christian-tolerance-201001.
(n.d.).
Lagrone,
M. (2018). Judaism and the Anthropocene. Encyclopedia of the
Anthropocene. Elsevier Inc.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-809665-9.10473-2
Saidurrahman.
(2014). SIKAP DAN PANDANGAN ORANG-ORANG YAHUDI TERHADAP ISLAM Saidurrahman
Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Sumatera Utara Pendahuluan Dalam tradisi
agama Ibrahim ( Yahudi , Kristen dan Islam ), 1 Yahudi dikenal sebagai agama
yang tertua . Ketiga agama ini be, 25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar