Iklan

Jumat, 31 Mei 2024

Jurnal Artikel Pemaknaan Tuhan dalam Perspektif Yahudi dan Nasrani

Pemaknaan Tuhan dalam Perspektif Yahudi dan Nasrani


Abstrak

Pembuatan artikel ini bertujuan untuk membandingkan agama-agama samawi khususnya agama Yahudi dan Nasrani. Dalam membahas tentang sejarah nya, kitab nya, Tuhan yang disembahnya, selain itu juga dalam artikel ini membahas bagaimana konsep akidah dalam agama Yahudi dan Nasrani dan bagaimana Nabi Muhammad mencontohkan sikap toleransi dalam menghadapi orang-orang Yahudi dan Nasrani, bagaimana kita tidak menzalimi penganut agama Yahudi dan Nasrani lewat ucapan dan tindakan. Penelitian tentang “Pemaknaan Tuhan dalam Perspektif Yahudi dan Nasrani” menggunakan metode pengumpulan data kualitatif melalui analisis mengenai beberapa dokumen berupa jurnal dan e-book yang berisi data dan fakta yang actual mengenai Yahudi dan Nasrani

Kata kunci: Tuhan, Yahudi, Nasrani, Muhammad

A.    Pendahuluan

Konsep agama yang bersifat politeisme dan menyembah berdasarkan sifat-sifat kekuatan benda atau imajinasi dari manusia adalah awal dari pencarian kekuatan yang lebih dari manusia atau alam semesta. Hal tersebutlah yang membuat manusia menyembah matahari, lautan, gunung, pohon besar, dan hingga patung-patung yang dianggap memiliki kekuatan dan memberi kehidupan. Perjalanan sejarah para nabi pada pernyataannya memberi garis merah tentang satu hal yaitu ketauhidan kepada Allah. Berpijak pada hal tersebut ketika adanya esensi substansi tuhan yang berbeda berarti ada penyimpangan yang dilakukan oleh manusia dalam keterbatasan pemikirannya. Juga dimungkinkan karena proses kabar yang memerlukan waktu, disebabkan jarak yang harus ditempuh dengan perjalanan tradisional (jalan kaki) pada masa itu. Periode setelah nabi Adam pun semua nabi-nabi mengajarkan ajaran keesaan Allah sebagai pencipta alam semesta ini. Pembuktian kisah pencarian tuhan seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam firmannya surat al anam ayat 76-79 yaitu ketika nabi Ibrahim mencari sebuah hakikat Tuhan. Ajaran tentang keesaan Allah disampaikan oleh para nabi dan rasul. Seperti firman Allah dalam Q.S: AlAnbiya : 25 “Dan tidaklah kami mengutus sebelum engkau seorang Rasulpun melainkan kami wahyukan kepadanya: bahwasanya tiada Tuhan yang sebenarnya disembah melainkan Aku, maka sembahlah Aku.”. Kerasulan nabi ada yang dikabarkan dalam kitab namun ada yang tidak dikabarkan. Hanya saja menjadi sesuatu yang istimewa dan ada kekhususan Sebagian besar waktu kita cenderung mencari filsafat Yunani atau sejarah pemikiran Eropa untuk momen-momen yang akan mengungkap realitas yang tidak jelas dan misterius yang kita sebut dengan syntagm yang dengan demikian memperoleh nilai simbolis dan memusatkan pada dirinya sendiri sebagian kecil dari kekayaan pikiran manusia. Yunani hanya untuk dapat meninggalkan salah satu dimensi arkeologi budaya Eropa dan menemukan, di dalam urat Ibrani, sebuah "cerita" yang menjelaskan sifat misterius dari hubungan antara manusia dan dewa. Orang Yunani yang sama tahu bahwa hal-hal Pada tahun 1967, sejarawan abad pertengahan Lynn White Jr. menyampaikan ceramah yang berusaha untuk memperjelas hubungan antara agama dan keprihatinan yang berkembang tentang dampak manusia terhadap lingkungan. White menuduh bahwa monoteisme mengatur kemanusiaan dan alam bertentangan. Tradisi monoteistik, menggunakan bab pertama dari Kejadian sebagai prooftext, berusaha untuk menjebak dunia alam, yang memiliki tatanan internalnya sendiri, untuk kebutuhan manusia. Manusia duduk di puncak alam dan mungkin menundukkannya sesuka hati. White berargumentasi bahwa dahulu manusia adalah bagian dari alam; sekarang dia adalah pelaku eksploitasi alam (White, 1967, 1205). Tradisi pagan yang lebih tua memandang alam sebagai hidup, setiap batu, anak sungai, dan belukar yang dihuni oleh roh, yang perlu didoakan jika manusia mengubah bagian lingkungan itu. Itu bukan milik manusia; itu dimiliki, jika itu kata yang tepat, oleh roh itu. Itu tidak bisa diambil dengan paksa; izin harus dicari. Dalam keadaan yang dibayangkan sebelum munculnya monoteisme, manusia mengakui ketergantungan mutlak mereka pada dunia alam untuk memenuhi setiap kebutuhan mereka. Alam dikhawatirkan sebanyak itu dicintai, tetapi ada pengakuan mengenai batas-batas kontrol manusia terhadap alam. Tetapi monoteisme, dalam rasa lapar untuk membasmi penyembahan berhala (penyembahan sesuatu selain Tuhan yang satu), memungkinkan untuk mengeksploitasi alam dalam suasana ketidakpedulian terhadap perasaan benda-benda alam (White, 1967, 1205). Dunia alam itu bodoh dan bisu, tidak cerdas dan tidak hidup. Alam tidak menyediakan model perilaku manusia, tidak seperti wahyu ilahi. Sebuah awal yang terkenal midrash rabbin (sekitar 400 SM) sejenis homili Yahudi pada Torah menangkap ide ini. Abraham, patriark pola dasar tauhid, menghancurkan ayahnya.

B.    Rumusan Masalah

1.     Apa definisi yudaisme (yahudi) dan kristen (nasrani)?

2.     Bagaimana ajaran aqidah (ketuhanan) yahudi dan nasrani?

3.     Bagaimana meyikapi Yahudi dan Nasrani berdasarkan sunnah Nabi Muhammad saw?

 

C.    Metode Penelitian

Penelitian tentang “Pemaknaan Tuhan dalam Perspektif Yahudi dan Nasrani” menggunakan metode pengumpulan data kualitatif melalui analisis mengenai beberapa dokumen berupa jurnal dan e-book yang berisi data dan fakta yang actual mengenai Yahudi dan Nasrani.

D.    Hasil dan Pembahasan

1.     Definisi Yudaisme (Yahudi) dan Kristen (Nasrani)

1.1  Definisi Yudaisme (Yahudi)

Yahudi adalah agama samawi (yang berdasarkan wahyu dari Allah). Agama ini ada sekitar 2000 tahun sebelum agama Islam turun. Kitab sucinya adalah at-Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa.(Lagrone, 2018) Ada beberapa pendapat mengenai asal kata Yahudi, diantaranya yang paling mendekati kebenaran adalah bahwa kata yahūd diambil dari kata hāda-yahūdu yang berarti raja’a- yarji’u (kembali). Makna ini diperkuat oleh QS.al-A‘raf [7]: 156, “Innā hudnā ilak, artinya sesungguhnya aku (Musa) telah kembali kepadamu.”Ayat ini menjelaskan bahwa kedatangan Nabi Musa kepada kaumnya untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Ada beberapa nama lain untuk kaum Yahudi, diantaranya, Banī Israīl, al-‘ibriyyūn/al-’ibrāniyyūn, Qaum Musa (pengikut Musa), dan Ahl al-Kitāb. Nama-nama inilah yang sering dipakai oleh al-Quran untuk menyebut mereka. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam QS.Al-Baqarah [2]: 43, 67, 83, 120; Al-Mā’idah [5] Ali-‘Imran [3]:64; al-A‘rāf [7]:156 . Pada awalnya orang-orang Yahudi merupakan pengikut Nabi Musa. Mereka merupakan pengikut yang baik, karena mengikuti ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa. Namun, setelah Nabi Musa wafat mereka banyak melakukan tahrīf (mengubah isi) Taurat dan banyak melakukan pelanggaran pada ajaran-ajaran mereka. Yudaisme, seperti yang disebutkan di atas, adalah agama yang berorientasi pada teks. Dengan demikian, memahami hubungan antara Yudaisme dan Anthropocene membutuhkan evaluasitradisi, teks-teks suci Taurat dan Talmud (interpretasi Yahudi otoritatif Taurat, diedit dalam bentuk akhir sekitar abad ke-5 Masehi). Dari teks-teksnya, Yudaisme juga merupakan agama berdasarkan hukum. Tekanan pada hukum untuk membimbing perilaku berarti bahwa manusia lemah dan bebas-lemah karena kita membutuhkan batasan hukum untuk memiliki masyarakat sipil dan bebas karena kemungkinan memilih jalur yang berbeda. Meskipun tampaknya tidak dapat dimengerti, kesulitan Allah menentukan keterikatan orang-orang yang mengasihi dia. Dalam kesadaran ilahi, Abraham adalah "orang yang mengasihi Aku" - cinta yang lebih kuat daripada kematian, bahkan kematian putranya, Ishak.(“ Akedah – Meanings and Interpretations in the Dialogue between Christianity and Judaism,” n.d.)

 

1.2  Definisi Kristen (Nasrani)

Kristen (Nasrani) Adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih.(Breuer & New, 1995) Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokia (Kisah Para Rasul 11:26). Agama Kristen termasuk salah satu dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran, kematian dengan penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga, sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Baru, (Chester & Duncan, 2010) umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi). Kekristenan adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam bahasa Yunani hypostasis) Tuhan atau Tritunggal. Tritunggal dipertegas pertama kali pada Konsili Nicea Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I. Pemeluk agama Kristen mengimani bahwa Yesus Kristus atau Isa Almasih adalah Tuhan dan Juru Selamat, dan memegang ajaran yang disampaikan Yesus Kristus. Dalam kepercayaan Kristen, Yesus Kristus adalah pendiri jemaat (gereja) dan kepemimpinan gereja yang abadi (Injil Matius 18: 18-19). Umat Kristen juga percaya bahwa Yesus Kristus akan datang pada kedua kalinya sebagai Raja dan Hakim akan dunia ini. Sebagaimana agama Yahudi, mereka menjunjung ajaran moral yang tertulis dalam Sepuluh Perintah Tuhan.

Bila  kata “Tuhan” saja digunakan tanpa keterangan lain dalam bahasa Indonesia membuat kalimat tidak memiliki makna yang jelas. Kata “Tuhan” dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang kurang jelas dan tidak spesifik. Bisa saja kata “Tuhan” dipakai untuk menunjukkan Rabb, bisa juga menunjukan apapun yang disembah selain Rabb. Dalam bahasa Arab, kata “Rabb”, memiliki tiga unsur makna yaitu: Yang Menciptakan, Yang Memiliki, dan Yang Mengatur. Maksudnya Rabb adalah yang menciptakan, yang memiliki, dan yang mengatur alam semesta ini. (Firdaus, 2015, pp. 102–106)

Dalam tradisi keagamaan, termasuk Yudaisme dan Kristianitas, menunjukkan keragaman bentuk dan interpretasi yang serupa, mengedepankan unsur-unsur lokal dan universal. Ziarah dalam semua agama berfungsi untuk memproyeksikan orang percaya melintasi garis lokalitas atau kelompok langsung. Peziarah - dan pengunjung ke kuil dan tempat-tempat suci - berangkat dari rumah dengan harapan reaffikontak rming dengan pusat spiritual, menghadapi 'oranglain' dan kembali ke rumah dengan kesadaran tajam perbedaan dan kesamaan(Eickelmandan Piscatori,2003; sangkaan , 1975). Apakah ke Mekah, Yerusalem, Ayodhya, Roma, tempat-tempat suci Shi'seorang Muslim, atau ke kuil orang-orang kudus Sephardic (zaddiqim) di Afrika Utara dan Israel, ziarah dan kunjungan menciptakan kesatuan karena mereka menyoroti perbedaan lokalitas. Di Mediterania (untuk Kristen, Muslim, dan Yahudi), seperti untuk Asia Selatan (untuk Hindu dan Muslim), ziarah dan kunjungan sering melibatkan ruang sakral bersama (Albera dan Couroucli, 2012; Pemberton dan Nijhawan, 2008). (Eickelman & College, 2015)

 

2.     Ajaran Aqidah (Ketuhanan) Yahudi Dan Nasrani

Munculnya monoteisme, manusia mengakui ketergantungan mutlak mereka pada dunia alam untuk memenuhi setiap kebutuhan mereka. Alam dikhawatirkan sebanyak itu dicintai, tetapi ada pengakuan mengenai batas-batas kontrol manusia terhadap alam. Tetapi monoteisme, dalam rasa lapar untuk membasmi penyembahan berhala (penyembahan sesuatu selain Tuhan yang satu), memungkinkan untuk mengeksploitasi alam dalam suasana ketidakpedulian terhadap perasaan benda-benda alam (White, 1967, 1205). Dunia alam itu bodoh dan bisu, tidak cerdas dan tidak hidup.

Di samping hal itu, orang-orang Yahudi banyak menyelewengkan ajaran yang telah mereka dapatkan dari Nabi Musa As. Dalam al-Quran, QS.at-Taubah [9]: 30, dijelaskan bahwaorang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al-Masih itu putera Allah." Demikianlah, itu ucapan mereka dengan lisan mereka sendiri. Mereka sebenarnya meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dari ayat ini nampak jelas bahwa orang-orang Yahudi telah menghina Allah, karena telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Padahal Allah SWT tidak beranak dan juga tidak diperanakkan. Al-Quran membantah kekeliruan orang-orang Yahudi tersebut. Bantahan Allah ini ditegaskan dalam QS.al-Ikhlas [112]: 3: “Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan.” Terkait dengan ‘Uzair sebagai putera Allah, dalam Tafsīral-Marāghī dijelaskan bahwa ia adalah seorang pendeta (kāhin) Yahudi yang hidup sekitar 457 SM. Menurut kepercayaan orang-orang Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan kembali wahyuwahyu Allah di kitab Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman As. Sehingga segala sumber yang dijadikan rujukan utama adalah yang berasal dari ‘Uzair. Menurut kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya menisbatkan ‘Uzair sebagai anak Allah. (Saidurrahman, 2014)

Dari perspektif Islam penyelewengan dalam masalah akidah merupakan kekeliruan yang amat besar. Sekitar 1/3 dari kandungan al-Quran menjelaskan tentang akidah/kepercayaan atas semua rukun iman yang harus diyakini oleh setiap manusia. Besarnya persentasi ayat-ayat keimanan itu merupakan bukti bahwa aspek keislaman yang satu ini menempati posisi yang amat signifikan. Dengan demikian amatlah tepat jika al-Quran banyak mengulasnya. Sementara dalam ayat lain Allah juga menjelaskan bahwa orangorang Yahudi selalu mengungkapkan sesuatu yang bersifat peyoratif tentang Allah. Lihat misalnya padaayat berikut ini,di dalamnya dijelaskan bahwa orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan al-Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” 10 Ayat ini dengan jelas menguraikan penghinaan orang-orang Yahudi terhadap keesaan Allah itu. Mereka mengatakan bahwa tangan (kekuasaan) Allah telah terbelenggu (dari kebaikan). Mereka menganggap Allah bakhil. Padahal tangan mereka yang sebenarnya terbelenggu dari kebaikan dan mereka lebih menyukai kebakhilan. Mereka tidak bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada mereka, tetapi justru mereka selalu kufur nikmat.

 

3.     Meyikapi Yahudi dan Nasrani Berdasarkan Sunnah Nabi Muhammad Saw

Pendapat dan tradisi Yahudi berkembang selama ribuan tahun diskusi dan putusan. Keputusan biasanya didasarkan pada preseden dan prinsip. Ide-ide yang menyimpang dicatat bersama dengan apa yang menjadi normatif. Pada abad ke-7, Islam menawarkan titik awal yang berbeda. Itu tidak mengajarkan satu jalan menuju keselamatan (2:212), atau penganiayaan terhadap mereka yang tidak memilikinya. Sejak saat Rasulullah mulai berkhotbah, jelas bahwa 'siapa pun yang mengikuti bimbingan, mengikutinya hanya untuk kebaikan jiwanya sendiri'. Bagi mereka yang tersesat, kaum Muslim disarankan untuk mengatakan: 'Saya hanya seorang pemberi peringatan' (27:93). Al Qur'an penuh dengan ayat-ayat yang melarang paksaan, yang tidak perlu dijabarkan secara lengkap di sini (2: 257, 10: 100, 50:46, 109: 7, dll) .

Selain pengajaran lisan, praktik contoh nabi Muhammad Saw menunjukkan bagaimana dia, sebagai pengatur kota Madinah dan kemudian penguasa Mekkah, memisahkan posisinya sebagai penguasa dari otoritasnya sebagai pemimpin agama. Di Madinah, orang Yahudi dan Kristen hidup berdampingan dengan umat Islam, dan tidak diwajibkan mengikuti Muhammad Saw dalam ajaran agamanya. Karena mereka memiliki yurisdiksi mereka sendiri, berdasarkan agama masing-masing, mereka bahkan diizinkan untuk memiliki pengadilan mereka sendiri. Setelah mengambil Mekah, berhala-berhala dipindahkan dari Kabah, tetapi penyembah berhala tidak dianiaya. Selain itu, berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjungnya, inilah peristiwa ketika Nabi Muḥammad Saw. mengutus Mu‘ādz ibn Jabal ke Yaman, sebuah daerah yang pada saat itu masyarakatnya banyak yang memeluk agama Yahudi dan Nasrani, Nabi Muḥammad memberikan pesan penting kepada Mu‘ādz untuk tidak berbuat zalim kepada siapa pun yang secara implisit terkandung dalam peringatan Nabi untuk menjauhi doa orang yang dizalimi (larangan untuk berbuat zalim kepada orang lain), karena tidak ada penghalang di antaranya dan Allah.

Perang-perang awal yang dilakukan oleh kaum Muslim dijelaskan dalam Al Qur'an untuk membebaskan orang-orang dari penganiayaan agama dan melindungi 'Masjid, Gereja dan Synagoges' dari kehancuran (22:41). Ayat 'melawan mereka sampai agama hanya untuk Allah' (2: 194) sering dikutip untuk menyarankan perang pertobatan, tetapi sebenarnya berarti sebaliknya: kaum Muslim berjuang melawan penganiayaan sampai orang dapat memilih untuk melayani Tuhan keluar dari kehendak bebas mereka sendiri. Seperti yang tersisa dari ayat itu menunjukkan, 'tidak ada permusuhan diizinkan kecuali melawan para agresor'.

Perbedaan yang lebih halus di atmosfer yang diciptakan oleh Islam berkaitan dengan keragaman agama, adalah bahwa semua manusia, terlepas dari agama mereka, dianggap memiliki 'sifat' yang mampu memahami kebenaran (30:31). Itu dapat mencapai kesadaran akan Tuhan, memperluas belas kasihan kepada makhluk lain (3:314, 5:83), dapat diampuni, dan dapat mencapai keselamatan (2:63, 3:114-115). Islam mengaku menarik sifat ini. Bertentangan dengan ajaran Kristen, yang menganggap semua bayi baru lahir menjadi 'anak-anak murka (Efesus 2: 3), dilahirkan dalam dosa asal hanya untuk ditebus oleh iman kepada Kristus-nabi Muhammad Saw mengajarkan bahwa semua anak, dan sebagai konsekuensinya semua manusia, dilahirkan tanpa dosa. Untuk sifat universal manusia ini, Islam menambahkan ajaran bahwa Allah telah mengutus para nabi ke semua bangsa di bumi (35:25), yang semuanya harus diperlakukan sama benarnya (3:85) (“Islam-in-Christian-tolerance-201001,” n.d.)

E.    Kesimpulan

Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa makna Tuhan secara umum adalah sesuatu yang disembah oleh manusia dan yang Maha Mengatur seluruh alam semesta ini.

Hanya di Eropa modern yang sejarawan Kristen telah membuat upaya yang pasti terhadap pengurangan elemen perspektif-dalam dalam historiografi Kristen. Tentu saja, ini terutama berkaitan dengan cakrawala pemikiran sempit yang terbentuk sesuai dengan kesadaran diri dari tiga denominasi Kristen yang muncul di Eropa Tengah setelah perang agama abad keenam belas dan ketujuh belas (Perdamaian Agama Augsburg 1555 dan Perdamaian dari Westphalia 1648)

Agama Yahudi adalah agama samawi (yang berdasarkan wahyu dari Allah). Agama ini ada sekitar 2000 tahun sebelum agama Islam turun. Kitab sucinya adalah at-Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa. Agama Nasrani meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab.

Orang Yahudi banyak menyelewengkan ajaran yang telah mereka dapatkan dari Nabi Musa As. Dalam al-Quran, QS.at-Taubah [9]: 30, dijelaskan bahwaorang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al-Masih itu putera Allah." Demikianlah, itu ucapan mereka dengan lisan mereka sendiri. Mereka sebenarnya meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.

Praktik contoh Nabi Muhammad Saw. menunjukkan bagaimana dia, sebagai pengatur kota Madinah dan kemudian penguasa Mekkah, memisahkan posisinya sebagai penguasa dari otoritasnya sebagai pemimpin agama.

F.    Saran

Dalam penulisan makalah ini, menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kedepannya agar penelitian ini menjadi pembahasan yang mendalam tuntas maka pada penelitian selanjutnya, diharapkan penulis dapat mencari sumber-sumber jurnal internasional maupun non-internasional yang berhubungan dengan “Pemaknaan Tuhan dalam Perspektif Yahudi dan Nasrani” lebih banyak lagi dan tentunya yang dapat dipertanggung jawabkan. Dan dapat menguasai Program Mendeley juga dapat mentransliterasi Arab-Latin.  

DAFTAR PUSTAKA

 Akedah – Meanings and Interpretations in the Dialogue between Christianity and Judaism. (n.d.).

Breuer, M., & New, P. (1995). REVIEWS The Broken Staff : Judaism Through Christian Eyes , Frank E . Manuel Modernity Within Tradition : the Social History of Jewish Orthodoxy in Imperial Frank E . Manuel asserts in The Broken Staff " Judaism Through Christian Eyes . History of Europea, 21(1), 67–74.

Chester, D. K., & Duncan, A. M. (2010). Responding to disasters within the Christian tradition , with reference to volcanic eruptions and earthquakes. Religion, 40(2), 85–95. https://doi.org/10.1016/j.religion.2009.12.005

Eickelman, D. F., & College, D. (2015). Transnational Religious Identities ( Islam , Catholicism , and Judaism ): Cultural Concerns. International Encyclopedia of Social & Behavioral Sciences (Second Edi, Vol. 24). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-8.84053-2

Firdaus. (2015). Konsep al-Rububiyah (Ketuhanan) dalam alQuran. Jurnal Diskursus Islam, 3(1), 102–118.

Islam-in-Christian-tolerance-201001. (n.d.).

Lagrone, M. (2018). Judaism and the Anthropocene. Encyclopedia of the Anthropocene. Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-809665-9.10473-2

Saidurrahman. (2014). SIKAP DAN PANDANGAN ORANG-ORANG YAHUDI TERHADAP ISLAM Saidurrahman Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Sumatera Utara Pendahuluan Dalam tradisi agama Ibrahim ( Yahudi , Kristen dan Islam ), 1 Yahudi dikenal sebagai agama yang tertua . Ketiga agama ini be, 25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammadﷺ menjadi Rasul

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammad ﷺ menjadi Rasul Ketika usia Rasulullah ﷺ telah mendekati 40 tahun, beliau lebih senang mengasingkan ...