CATATAN PELAJAR: [BK] Makalah Teknik-teknik Dasar Pemahaman Individu

Saturday 4 August 2018

[BK] Makalah Teknik-teknik Dasar Pemahaman Individu


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kegiatan Bimbingan dan Konseling tidak serta merta berjalan tanpa arah dan tujuan, dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling ada cara dan teknik dalam memahami individu yang akan melakukan bimbingan dan konseling agar mengetahui arah dan tujuan dilakukannya bimbingan dan konseling. Setiap individu yang melakukan bimbingan dan konseling memiiki masalah yang berbeda, maka konselor harus bisa memahami setiap individu dengan berbagai teknik yang ada. Pemahaman yang dilakukan oleh konselor melalui beberapa cara yang harus diperhatikan seperti  Pendekatan dengan alat-alat yang digunakan  Aspek-aspek pribadi yang akan dikembangkan.
  Mengolah dan menginterprestasi data agar dapat digunakan untuk mendapatkan pemahaman terhadap individu.    Melakukan pelayanan Konselor harus memahami dan memperhatikan setiap individu dalam kegiatan bimbingan dan konseling yang meliputi keseluruhan kepribadian siswa beserta latar belakang yang berkaitan.
Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai pengalaman diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka dengan menolong mereka mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan bersumber dari diri mereka dan  bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu praktiknya harus mengikuti teknik-teknik pemahaman individu yang baik, agar kedepannya Bimbingan dan Konseling dapat memberikan kontribusi yang besar dalam pelaksanaanya




B.      Rumusan Masalah


1.    Apa yang dimaksud  teknik dasar pemahaman individu (tes dan non tes) ?
2.    Apa fungsi pemahaman individu dalam Bimbingan dan Konseling   pembelajaran pada umumnya?
3.    Apa Saja teknik pengumpulan data ?
4.    Apa  aspek-aspek individual (atribut psikologis) yang perlu dimakami dalam kegiatan Bimbingan dan konseling ?
5.    Apa saja aspek-aspek yang perlu dipahami oleh guru dalam kegiatan Bimbingan dan konseling ?

C.    Tujuan


1.      Agar Masyarakat mengetahui Teknik dasar pemahaman Individu.
2.      Agar Masyarakat mengetahui fungsi pemahaman individu dalam bimbingan dan konseling
3.      Agar Masyarakat mengetahui Teknik pengumpulan data  
4.      Agar Masyarakat mengetahui aspek-aspek individual (atribut psikologis) yang perlu dimakami dalam kegiatan Bimbingan dan konseling
5.      Agar Masyarakat mengetahui aspek-aspek yang perlu dipahami oleh guru dalam kegiatan Bimbingan dan konseling





 




BAB II

PEMBAHASAN



A.    Pengertian dan Teknik Dasar Pemahaman Individu

Pemahaman individu merupakan awal dari kegiatan bimbingan konseling. Tanpa adanya pemahaman terhadap iondividu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi.
Pemahaman individu oleh Aiken (1997:454) diartikan sebagai “Appraising the presence or magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human behavior and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating scale, check list, inventories, projective techniques, and tests”.

Pengertian tersebut diartikan bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, skala penilaian, daftar cek, inventori, teknik projektif, dan beberapa jenis tes.
Adapun hal-hal yang perlu dipahami dari seorang individu dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
·         Identitas diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan pribadi.
·         Kondisi jasmaniah dan kesehatan.
·         Kapasitas (intelegensi) dan kecakapan.
·         Sikap dan minat.
·         Watak dan temperamen.
·         Cita-cita sekolah dan pekerjaan
·         Aktivitas sosial.
·         Hobi dan pengisian waktu luang.
·         Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki.
·         Latar belakang keluarga siswa.

Adapun teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokkan menjadi teknik tes dan non tes. Teknik tes bisa membuat sendiri dan bisa pula mohon bantuan dari ahli lain yang kompeten untuk itu.

Teknik Tes
Teknik tes dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat dikelompokkan menjadi :
·         tes intligensi,
·         tes bakat,
·         tes bakat,
·         tes/Inventory minat,
·         tes bakat dan
·         tes prestasi belajar
Teknik Non Tes
Sedangkan teknik non tes terdiri dari :
·         Observasi
·         Catatan anekdot
·         Daftar Cek( Check List).
·         Skala Penilaian( rating Scale)
·         Angket
·         Biografi atau auto biografi
·         Sosiometri
·         Studi dokumentasi
·         Studi kasus( case study)

B.     Fungsi Pemahaman Individu Dalam Bimbingan Dan Konseling   Pembelajaran Pada Umumnya

Sebagai dasar untuk menentukan jenis bantuan yang diberikan. Pemberian bantuan layanan bk memerlukan dasar penentuan jenis layanan. Individu akan memperoleh bantuan yang terarah sehingga apa yang diharapkannya tercapai.

1.     Memberikan warna profesional pada layanan BK. Dalam hal ini setiap jenis dan strategi layanan memiliki dasa yang kuay sehingga dapat dilakukan secara sistematis. (Apabila terjadi kegagalan maka dapat ditelusuri kebelakang, ada dasarnya, jika ada kesalahan ada letaknya. Setiap langkah dalam memberikan layanan harus punya dasar. (misal diagnosis butuh data)

2.    Mendasari pelaksanaan setiap layanan BK karena dng Pemahaman individu dapat diketahui karakteristik masalah dan kebutuhan bimbingan dari individu yang bersangkutan

3.    Hasil dari P.I menjadi tumpuan dari setiap layanan BK, dalam hubungan dengan prediksi, diagnosis, evaluasi program layanan bg individu yang bersangkutan.

C.      Teknik Pengumpulan Data

1.      Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang minta informasi).
Kelebihan dan kekurangan wawancara

Kelebihan wawancara:
1)   Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid secara mendalam
2)   Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3)   Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
4)   Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.

Kelemahannya:
1)   Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
2)   Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
3)   Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancar

2.       Angket

Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket :
1)   Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
2)   Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
3)   Hindarkan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responder.

3.      Catatan Anekdot

Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
1)   Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
2)   Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
3)   Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid.

Catatan anekdot yang baik dimiliki syarat sebagai berikut :

1)   Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
2)   Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap tentang suatu peristiwa mengenai murid
3)   Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat.

4.      Otobiografi (Riwayat atau Karangan) dan Catatan Harian

Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dsb. Yang  Penggunaan otobiografi mempunyai bebrapa kelemahan. Pertama, seringkali murid hanya menuliskan peristiwa-peristiwa yang berarti bagi murid tapi belum tentu berarti untuk guru dalam kepentingan layanan bimbingan dan konseling. Kedua, peristiwa-peristiwa lama seringkali banyak yang terlupakan. Ketiga, ada kecenderungan murid membuang hal-hal yang kurang sesuai dengan harapan murid dan menggantinya dengan halyang sesuai. Keempat, seringkali murid tidak mau memberikan otobiografinya untuk dibaca oleh orang lain.
Karangan pribadi ni dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
1)   Terstruktur yaitu karangan pribadi  disusun berdasarkan  tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya
2)   Tidak terstruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas.

5.      Sosiometri

Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial (saling penerimaan atau penolakan) di antara murid dalam suatu kelas, kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Melalui teknik ini guru dapat mengetahui tentang:
1)   Murid yang populer
2)   Yang terisolir
3)   Klik(kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid).
Sosiometri dapat digunakan untuk :
1)   Memperbaiki hubungan insani
2)   Menentukan kelomppok belajar/kerja
3)   Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala kelompok.

6.      Studi Kasus

Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh dan mendalam serta menggungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh dari berbagai pihak.
Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
1)   Menentukan murid yang bermasalah
2)   Memperoleh data
3)   Menganalisis data
4)   Memberikan layanan bantuan.
h. Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan suatu pertemuan di antara beberapa unsur di sekolah untuk membicarakan seorang atau bebrapa murid yang mempunyai masalah.
Unsur-unsur yang dapat turut berpartisipasi dalam konferensi kasus dapat terdiri atas, konselor, guru-guru yang mengenal benar murid yang menjadi kasus, kepala sekolah, psikolog, dokter, petugas perpustakaan, orang tua siswa atau personel lain yang mengenal dekat dengan murid.

D.    Aspek-Aspek Individual (Atribut Psikologis) Yang Perlu Dimakami Dalam Kegiatan Bimbingan Dan Konseling

Atribut psikologis merupakan objek pengukuran dalam tes psikologi. Anastasi (1997 : 4) mengatakan bahwa pada dasarnya tes psikologi adalah alat ukur yang objektif dan dibakukan atas sampel-sampel tertentu. Tes psikologi merupakan pengetesan yang bersangkutan dengan pengukuran dan evaluasi. Dalam hal ini objek pengukuran adalah atribut psikologis namun sample perilaku adalah sesuatu yang dapat diukur secara langsung.

A.Intelegensi Quotient (IQ)

Pada dasaranya intelegensi merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah. Banyak definisi yang mengartikan intelektual diantaranya Thornbike (Sobur, 2003) mengatakan bahwa intelgensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulasi yang diterimanya. Selain itu, kita lebih mengenal intelgensi merupakan kecerdasan yang dimiliki individu dalam menyelesaikan persoalan atau masalah.
Colman (Sobur, 2003 : 156) menegaskan bahwa intelegensi merupakan kemempuan seseorang dlam menyesuaikan dengan lingkungannya. Individu yang memiliki inelegensi yang tinggi akan mampu menyelesaikan persoalan dengan baik. Selain itu, mampu untuk menyesuaikan dengan lingkungan.
Kemampuan individu yang bertautan dengan aspek kognitif atau biasa disebut Kecerdasan Intelektualyang bersifat tunggalsebagaimana yang dikembangkan oleh Charles Spearman (1904) dengan teori “Two Factor”-nya, atau Thurstone (1938) dengan teori “Primary Mental Abilities”-nya. Istilah IQ mula-mula diperkenalkan oleh Alfred Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian, Lewis Terman dari Universitas Stanford berusaha membakukan tes IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mempertimbangkan norma-norma populasi sehingga selanjutnya dikenal sebagai tes Stanford-Binet.
Untuk dapat mengetahui taraf intelegensi seseorang,orang dapat menggunakan tes intelegensi. Dengan tes intelegensi diharapkan orang akan dapat mengungkap intelegensi seseorang, dan akan diketahiu keadaan tarafnya. Orang yang pertama kali menciptakan tes  intelegensi adalah Binet. Tes intelegensi Binet pertama kali disusun pada tahun 1905, yang kemudian mendapatkan bermacam-macam revisi baik dari Binet sendiri maupu  dari para ahli yang lain. Dalam tahun 1916 tes Binet direvisi dan diadaptasi disesuaikan penggunaanya di Amerika yang dikenal denagn revisi Terman dari Stanford University dan dikenal dengan Stanford Revision. Juga dikenal dengan Intelegensi Stanford-Binet. Untuk memperoleh IQ digunakan rumus IQ=MA/CA. untuk menghindarkan adanya pecahan maka rumus tersebut kemudian dikalikan dengan 100, sehingga rumusnya berbentuk: IQ=MA/CA X 100. MA merupakan mental age atau umur mental, CA dalah chronological age atau umur kronologis atau umur sebenarnya.
Ternyata tes intelegensi mengalami perkembangan terus. Dalam tahun 1939 David Weschsler menciptakan individual intellegensi test, yang dikenal dengan Wechsler Bellevue Intellegence Scale atau sering dikenal denagn tes intelegensi WB. Selain itu intelegensi juga dapat diketahui dengan test tentara. Dalam tes tersebut  dipergunakan psikotenik, ialah ilmu jiwa yang mempelajari kesanggupan seseorang untuk memegang suatu jabatan yangb sesuai dengan kecerdasan masing-masing.




2. Emotional Quotient (EQ)

Daniel Goleman (1999), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakniKecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ).Kecerdasan emosi merupakan salah satu jalan agar kita mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain. Tidak dapat dipungkiri, banyak individu yang gagal dalam membina hubungan sosialnya dikarenakan memiliki kecerdasan emosinya yang rendah. Segal (2000 : 24) menegaskan bahwa tanpa kesadaran emosi, tanpa kemampuan untuk mengenali dan menghargai perasaan kita serta bertindak jujur sesuai dengan perasaan tersebut, kita tidak pernah dapat berhubungan baik dengan orang lain, kita tidak pernah berhasil dalam hidup ini, kita tidak dapat mengambil keputusan dengan mudah, dan kita sering terombang-ambing tanpa pernah bersenutuhan dengan perasaan kita sendiri.
Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. 
Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup. Dalam pengukurannya, EQ sulit untuk diukur akan tetapi dalam kecerdasaan emosi yang menjadi indikatornya adalah kemampuan atau keterampilan individu dalam mengelola emosi agar menjadi lebih baik.

3. Spiritual Quotient (SQ)
Temuan ilmiah yang digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, dan riset yang dilakukan oleh Michael Persinger pada tahun 1990-an, serta riset yang dikembangkan oleh V.S. Ramachandran pada tahun 1997 menemukan adanya God Spot dalam otak manusia, yang sudah secara built-in merupakan pusat spiritual (spiritual centre), yang terletak diantara jaringan syaraf dan otak. Begitu juga hasil riset yang dilakukan oleh Wolf Singer menunjukkan adanya proses syaraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan yang secara literal mengikat pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna. Pada God Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah manusia yang terdalam (Ari Ginanjar, 2001). Kajian tentang God Spot inilah pada gilirannya melahirkan konsep Kecerdasan Spiritual, yakni suatu kemampuan manusia yang berkenaan dengan usaha memberikan penghayatan bagaimana agar hidup ini lebih bermakna. Dengan istilah yang salah kaprahnya disebut Spiritual Quotient (SQ).
Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah  kecerdasan makna atau value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan yang menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.
 Creativity Quotient (CQ)
 Kreativitas merupakan sesuatu yang baru atau hal yang baru. Individu yang memiliki kreativitas yang tinggi biasanya memiliki kemampuan daya imajinasi yang kuat. Semiawan dkk (Sobur : 161) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan suatu produk yang baru. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa kreativitas memiliki hubungan dengan intelgensi. Penelitian Torrance (Sobur : 162) menggambarkan bahwa adanya hubungan keterkaitan antara kreativitas dan intelgensi. Anak-anak yang memiliki kreativitas tinggi mempunyai taraf intelgensi (IQ) di bawah rata-rata IQ teman sebayanya. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai fakta yang jelas karena banyak ditemukan individu yang IQ tinggi dan memiliki daya kreativitas yang tinggi. Untuk itu, dapat disimpulkan diantara keduanya memiliki hubungan anatara kreativitas dan intelgensi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Creativity Quotient (CQ) adalah kecerdasan yang berkekuatan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Individu yang memiliki daya kreativitas (CQ) yang tinggi biasanya selalu ingin menciptakan sesuatu yang berbeda dan memiliki nilai tersendiri.
Pengukuran terhadap daya kreativitas memiliki hubungan dengan IQ akan tetapi ada perbedaaan. Supriadi (Sobur, 2003 : 162) menegaskan bahwa cara berpikir intelgensi (IQ) bersipat memusat (konvergen) sedangkan daya kreativitas bersipat menyebar (divergen). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Getzels & Jackson (Sobur, 2003) memberikan penjelasan bahwa orang yang kreativiasnya tinggi dimungkinkan memiliki IQ yang rendah. Untuk itu, kedua peneliti membuat empat kelompok orang yaitu :
Kreativitas rendah, intelgensi rendah Kreativitas tinggi, intelegensi tinggi Kreativitas rendah, intelegensi tinggi Kreativitas tinggi, intelegensi tinggi Dengan demikian kecerdasan kreativitas (CQ) memiliki hubungan dengan kecerdasan intelektual (IQ) akan tetapi hubungan ini akan dijadikan kriteria untuk menentukan bakat seseorang.

E.     Aspek-Aspek Yang Perlu Dipahami Oleh Guru
1. Aspek Kultural

Perkembangan zaman terutama zaman yang serba canggih banyak menimbulkan modernisasi di segala bidang kehidupan manusia dan tentunya lembaga pendidikan tidak terlepas dari fungsi sebagai kehidupan masyarakat , dalam menifestasinya mampu membantu manusia (siswa) agar bisa mencarikan pemecahannya dari berbagai problem yang ada akibat dari modernisasi yang mengglobal akan tetapi lembaga pendidikan hendaknya membantu secara individu maupun secara kelompok di sekolah.

2. Aspek pendidikan

Secara makro pendidikan di artikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan bantuan oleh orang dewasa kepada anak didik yang belum dewasa. Dimana suatu kegiatan yang baik dan ideal hendaknya mencakup tiga aspek yaitu pengajaran kurikuler , kepemimpinan dan pembinaan peserta didik untuk menghindari kesulitan belajar sekecil mungkin karena layanan bimbingan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga pada proses selanjutnya siswa dapat belajar semaksimal mungkin dan menuju keberhasilan yang telah di cita-citakan.

3. Aspek psikologis

Aspek psikologis ini sangat berkaitan sekali dengan persoalan siswa dimana siswa tersebut di tuntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, artinya tidak ada kecenderungan untuk mengabaikan kegiatan sekolah, tidak membuat gaduh dikelas, tidak selalu menyendiri dan respek terhadap persoalan-persoalan yang berkembang di sekolah.
Kita ketahui bahwa tidak semua siswa mampu menjadi seorang siswa, artinya banyak siswa yang membutuhkan penanganan secara serius terkait dengan kenakalan. maka untuk mengatasi hal itu di butuhkan penaganan khusus yakni berupa bimbingan dan penyuluhan.

4. Aspek lingkungan

Karena siswa tidak apat terpantau secara langsung maka kemungkinan –kemungkinan terjadi kenakalan, ada penyelewengan di luar sekolah sangat mungkin sekali. Untuk itulah dibutuhkan semacam bimbingan secara khusus untuk membekali siswa setelah pulang kerumahnya masing-masing.

BAB III

PENUTUP


A.        Kesimpulan


Pemahaman individu merupakan awal dari kegiatan bimbingan konseling. Tanpa adanya pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi.  Dalam penerapan teknik pemhaman individu ini dilaksanakan dua hal, yaitu tes dan non tes.

Teknik pemahaman individu dilakukan untuk mengevaluasi dan mencari permasalahan mengenai bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh siswa pada umumnya, teknik ini juga mempermudah guru Bimbingan dan Konseling, juga pihak terkait dalam menyelesaikan permasalahan. Teknik pemahaman individu ini juga teknik yang digunakan untuk mengetahui minat dan bakat peserta didik, sehingga memaksimalkan minat dan bakat tersebut menjadi sebuah prestasi yang baik bagi sekolah, lingkungan, maupun keluarga

DAFTAR PUSTAKA


Aiken, L. R. (1997). Psychological testing and assessment. (edition). Tokyo: Allin and Bacon.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (1998). Layanan Konseling Perorangan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (1998). Layanan Bimbingan Kelompok dan Layanan Konseling Kelompok. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2004). Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sukardi, D. Ketut. (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.

Surya, H. M. (1998). Buku Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Universitas Terbuka.

No comments:

Post a Comment