LAPORAN OBSERVASI
(Proses Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di MTs Al-Inayah Bandung)
diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang diampu oleh
disusun oleh :
Kelompok 5
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
2018
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan karunianya
kepada penulis
sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan observasi
ini tepat pada waktunya.
Solawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada pemimpin umat yaitu Nabi Muhammad SAW.
Laporan
observasi ini penulis susun untuk menyelesaikan
salah satu mata kuliah yaitu, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang
mana di dalamnya membahas mengenai Proses Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di MTs Al-Inayah Bandung. Laporan obsevasi ini penulis susun
berdasarkan referensi dari beberapa sumber baik dari media cetak maupun media
elektronik. Dalam penyusunannya penulis banyak menghadapi rintangan
terutama mengenai fasilitas yang
terbatas. Namun alhamdulillah dengan segenap kemampuan, keyakinan dan juga
dukungan orang-orang terdekat, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan observasi
ini tepat pada waktunya.
Dengan
disusunnya laporan observasi penulis mengharapkan pembaca dapat memperoleh
wawasan yang lebih luas mengenai Proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
disekolah khususnya di MTs Al-Inayah Bandung.
Terimakasih tak lupa
penulis ucapkan kepada Bapak dosen pembimbing penulis yakni Bapak Supriyono, S.Pd., M.Pd. yang
telah membimbing
penulis dalam proses penyusunan laporan
ini. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam penyusunan
laporan ini. Untuk
itu kritik dan saran sangat penulis harapkan agar di lain kesempatan penulis
dapat menyusun laporan lebih
baik lagi. Sekian
yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini. Penulis berharap banyak
manfaat yang dapat diperoleh umumnya bagi pembaca dan khususnya untuk penulis
sendiri. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.
Bandung, 05 Mei 2018
Kelompok
5
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULULAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................................. 3
A. Landasan Teori (Mata Pelajaran IPS di MTS)....................................................... 3
B. Evaluasi Pembelajaran
IPS................................................................................ 6
C. Kurikulum....................................................................................................... 7
D. Metode
Pembelajaran...................................................................................... 10
E. Minat belajar Siswa........................................................................................ 11
F. Fasilitas
Pembelajaran..................................................................................... 12
G. Masalah-Masalah
Dalam Belajar....................................................................... 13
BAB III HASIL KAJIAN LAPANGAN....................................................................... 14
BAB IV PENUTUP................................................................................................... 18
A. Kesimpulan.................................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
iii
LAMPIRAN..............................................................................................................
iv
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
menjadi suatu mata pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat
menjawab masalah-masalah mendasar tentang individu, masyarakat, pranata sosial,
problem sosial, perubahan sosial, dan kehidupan masyarakat berbangsa, dari
waktu ke waktu.
Peserta didik diharapkan akan dapat menjawab
pertanyaan tersebut di atas melalui substansi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
diperlukan bagi peserta didik dalam proses menuju kedewasaan dan mencapai
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat di kelak kemudian hari. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu social.
Mata Pelajaran IPS bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut: Mengenal konsep-konsep yang penting dalam
kehidupan bermasyarakat dan lingkungannya. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis
dan kreatif, ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial. Memiliki kemampuan dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, serta berkebangsaan.
Mampu berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, baik secara lokal, nasional maupun global.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
mata pelajaran IPS dapat dilihat pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana minat belajar siswa di MTs ?
2.
Apa kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS di MTs ?
3.
Bagaimana metode yang diterapkan oleh guru dalam proses
pembelajaran IPS di MTs?
4.
Bagaimana guru mengaplikasikan pembelajaran agama dalam proses pembelajaran
IPS di MTs ?
5.
Apa saja masalah atau tantangan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran IPS di MTs ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui minat belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS di MTs
Al – Inayah Bandung
2.
Mengetahui kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS
di MTs Al –Inayah Bandung.
3.
Mengetahui metode yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran IPS
di MTs Al –Inayah Bandung
4.
Mengetahui cara guru mengaplikasikan pembelajaran agama dalam
proses pembelajaran IPS di MTs Al – Inayah Bandung.
5.
Mengetahui masalah atau tantangan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran IPS di MTs Al – Inayah
Bandung.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
1.
Pengertian pembelajaran IPS
Pembelajaran adalah suatu usaha yang bersifat sadar-tujuan,dengan
sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik dan
adanya interaksi antara pendidik dan terdidik. Pengajaran berlangsung sebagai
suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar,memengah
maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya,
tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah
sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang
pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan
dalam lingkungan yang terbatas, seperti lingkungan sekitar sekolah, masyarakat
atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan antar suatu negara dan negara
lain baik dimasa sekarang atau masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi
yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan
tentang masa lampau umat manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar IPS membahas
manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau,
sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan
yang jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh
memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.
Pembelajaran IPS mengajarkan manusia akan kebutuhannya, baik kebutuhan
untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya, memamfaatkan sumberdaya yang
ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun
kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.
Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di
permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota
masyarakat.
IPS yang juga dikenal dengan nama social studies adalah
bidang pengetahuan yang berkenaan dengan tingkah laku manusia dan lembaga
sosial lainnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan kegiatan
manusia. Kompleksitas kehidupan yang akan dihadapi siswa nantinya bukan hanya
akibat tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi saja, melainkan juga
kompleksitas kemajemukan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, IPS
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia dan
juga tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut.
Sebutan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan
dasar dan menengah di negara kita IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan
mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang
bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional. Karakteristik
ini terlihat dari perkembangan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah yang
cakupan materinya semakin meluas. Dinamika cakupan semacam itu dapat dipahami
mengingat semakin kompleks dan rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan
kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, ilmu pengetahuan
alam, teknologi, humaniora, lingkungan, bahkan sistem kepercayaan. Dengan cara
demikian pula diharapkan pendidikan IPS terhindar dari sifat ketinggalan zaman,
di samping keberadaannya yang diharapkan tetap koheren dengan perkembangan
sosial yang terjadi.
Pusat Kurikulum mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai integrasi
dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner
dariaspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Pusat Kurikulum, 2006: 5).
IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya,
masyarakat, bangsa, dan lingkungannya berdasarkan pengalaman masalalu yang bisa
dimaknai untuk masa kini, dan antisipasi masa akan datang.
2.
Tujuan pembelajaran IPS
Tujuan pembelajaran IPS adalah perilaku hasil belajar yang
diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran IPS. Pada pendidikan dasar dan mengenah
merupakan suatu yang integral dari suatu sistem pendidikan nasional pada
umumnya, yang telah diatur berdasarkan undang-undang sestem pendidikan
nasional.
Tujuan mata pembelajaran IPS pada
umumnya adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan dasar nilai-nilai moral
etik yang tinggi dan menjunjung tinggi nilai budaya bangsa serta membentuk
peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan, wawasan kebangsaan,
dan etika sosial, berakhlak sosial yang tinggi
Menurut Permendiknas No 22 tahun
2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan untuk:
a.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b.
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial .
c.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Keempat tujuan mata
pelajaran IPS di atas menunjukkan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang
memiliki tujuan membentuk siswa menjadi warga negara yang baik.
Tujuan pengajaran pendidikan
IPS mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru
harus bisa menekankan pada aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotorik.
Tujuan kognitif pembelajaran
IPS lebih mengarah pada tujuan memperoleh pengetahuan, pengertian, intelegensi,
dan ketrampilan berfikir siswa. Tujuan kognitif ini terbagi ke dalam enam
kelompok besar yaitu : pengetahuan, kemampuan, pemahaman, aplikasi, analisa,
sintesia dan evaluasi. Tujuan afektif pembelajaran IPS adalah menekankan pada
perasaan, emosi, dan drajat penerimaan dan penolakan siswa terhadap materi
pembelajaran IPS yang diberikan. Secara garis besar tujuan afektifdikelompokan
kedalam lima kelompok besar yaitu: penerimaan, jawaban atau sambutan,
penghargaan, pengorganisasian dan karakteristik nilai.sedangkan tujuan
psikomotorik dapat dikelompokan pada tujuh kelompok besar yaitu: pengindraan,
kesiapan bertindak, respon atau sambutan terbimbing, mekanisme atau tindakan
yang otomatis, ketrampilan yang dilakukan secara hati-hati, adaptasi dan
keaslian.
Melalui
evaluasi kita dapat mengetahui program pembelajaran sudah tercapai atau belum.
Sekaligus mengetahui faktor-faktor yang masih menyebabkan program ini berhasil,
untuk kemudian dilakukan perbaikan, di masa mendatang.
Prinsip-prinsip Penilaian
pembelajaran IPS
Berdasarkan pendapat para ahli, di tarik kesimpulan bahwa evaluasi
pembelajaran IPS mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur;
b.
Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjek penilaian
c.
Adil, berarti tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gendre;
d.
Terpadu, berarti penilaian oleh pendidikan merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e.
Terbuka, berarti prosedur penilai, kriteria penilai, dan dasar
pengambilan keputusan dapat di ketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f.
Menyerahkan dan berkesimpulan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspekkompetensi dengan mengungnakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
g.
Sistematis, berarti penilaian seara berencana dan berharao dengan
mengikuti langkah-langkah baku;
h.
Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan. Baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
1.
KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan
Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh
BSNP. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah
itu sendiri. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) terdiri
dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar
isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:
a.
kerangka
dasar dan struktur kurikulum,
b.
beban
belajar,
c.
kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan
d.
kalender
pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati. Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL,
ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite
sekolah.
Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya
diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas
Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional.
Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan
komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat.
Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun
akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan
kebutuhan masyarakat. (Sumber : id.wikipedia.org).
2.
Kurikurum
2013 (Kurtilas)
Inti
dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap
di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik
beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik
dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam
penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam,
sosial, seni, dan budaya.
Melalui
pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan,
dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih
produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai
persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
3.
Perbedaan
KTSP dengan Kurtilas
a.
Pada KTSP proses pembelajaran yang lebih dominan adalah aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif, sedangkan pada kurikulum 2013 dalam proses belajar
mengajar nantinya yang lebih dominan adalah afektif, psikomotor, baru kognitif.
Artinya siswa dalam proses lebih menonjolkan afektif dan
psikomotornya.
b.
Kurikulum 2013 sangat menekankan penyeimbangan antara aspek kognitif (intelektual),
psikomotorik (gerak) dan afektif (sikap). Berbeda dengan KTSP 2006 yang pada
tahap implementasinya cenderung lebih fokus pada aspek kognitifnya
c.
Aspek standar isi. Jumlah mata pelajaran yang ada di dalam setiap jenjang
di kurikulum 2013 berkurang. Contoh: untuk sekolah dasar yang awalnya 10
menjadi 6 mata pelajaran, tetapi esensi yang diharapkan dari setiap
pembelajaran tetap ada, sehingga cara yang digunakan didalam kurikulum 2013
adalah integrasi beberapa pelajaran ke pelajaran lain. Integrasi ini disebut
pembelajaran tematik. Pengurangan jumlah pelajaran pada kurikulum 2013 namun dmikian
berimbas pada penambahan waktu belajar. Untuk tingkat sekolah dasar penambhan 4
jam dalam 1 minggu.
d.
Standar proses pembelajaran. Perubahan yang signifikan terjadi pada
penedekatan pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran yang pada awalnya
menggunkan pendekatan behaviorisme dan kognitifisme, sekarang mulai bergeser
menuju kedekatan konstrutivisme. Hal ini akan berimbas pada guru di kelas yang
pada awalnya cenderung menggunkan guru sebagai sumber pembelajaran
(teacher-centered leaning), menjadi siswa dan lingkungannya sebagai sumber
(student-centered leaning).
e.
Perubahan standar penilaian. Pada kurikulum KTSP 2006 penilaian yang
dilakukan cenderung menggunakan penilaian akhir tanpa ada penilaian pada proses
pembelajaran. Pada kurikulum baru ini, penilaian akan di proses belajar turut
dimasukan. Nantinya akan ada penilaian forfolio terhadap forfolio terhadap
pribadi siswa.
Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru
menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa agar tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan
efektif. Metode-metode pengajaran yang dapat dipilih oleh guru antara lain:
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang umum dipakai. Dengan metode ceramah
dapat menyampaikan pengetahuan faktual yang banyak dan
generalisasi-generalisasi, namun kesemuanya ini tidak berarti banyak jika tidak
ada gambaran kongkret dalam bentuk contoh dan peragaan.
2.
Metode Diskusi
Jika metode ceramah dinilai belum cukup, maka setelah selesai berceramah
dapat diikuti dengan diskusi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Jumlah
siswa yang banyak dalam kelas menjadi masalah tersendiri untuk membuat semua
siswa ikut bicara dalam diskusi dengan alokasi waktu pelajaran yang terbatas.
3.
Metode Tanya Jawab
Metode ini berlangsung dalam interaksi antara guru dengan siswa setelah
guru selesai berceramah. Siswa mengajukan pertanyaan dan guru menjawabnya atau
dapat juga dijawab oleh siswa lain, dan sebaliknya guru yang bertanya dan siswa
yang menjawab.
4.
Metode Proyek
Proyek di sini adalah semacam “penelitian/observasi” yang dilakukan di luar
kelas/sekolah, dilaksanakan secara individu atau kelompok dan membuat laporan
dari hasil pengamatan untuk dibawa dan di presentasikan di kelas.
5.
Metode karya wisata
Siswa dibawa mengunjungi objek-objek pemukiman transmigran, situs
sejarah, panti sosial, dan sebagainya. Selain rekreasi, siswa juga bisa belajar
dari tempat yang mereka kunjungi.
6.
Metode Bermain Peran (Role-playing)
Di dalam metode ini melibatkan aspek kognitif (problem solfing) dan
afektif (sikap, nilai-nilai pribadi atau orang lain, membandingkan dan
mempertentangkan nilai-nilai, mengembangkan empati dan sebagainya).
7.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi yaitu
merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja, menunjukan atau
memperagakan tindakan, proses atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang
lain kepada seluruh atau sebagian siswa.Metode demonstrasi disertai dengan
penjelasan, ilustrasi, dan pertanyaan lisanatau peragaan secara tepat. (dalam
Canci, 1986 : 38).
1.
Pengertian Minat
Kata minat secara etimologi berasal dari bahasa
inggris “ interest” yang berarti kesukaan, perhatian (kecenderungan hati pada
sesuatu), keinginan. Jadi dalam proses belajar siswa harus mempunyai minat atau
kesukaan untuk mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung, karena dengan
adanya minat akan mendorong siswa untuk menunjukan perhatian, aktivitasnya dan
partisipasinya dalam mengikuti belajar yang berlangsung. Menurut Crow & crow (dalam Djaali, 2008:121)
mengatakan bahwa “minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang
untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”. Dari beberapa pendapat para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa pengertian minat adalah rasa ketertarikan, perhatian,
keinginan lebih yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan.
2.
Pengertian Belajar
Menurut Khodijah (2014; 50) belajar adalah sebuah
proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi,
ketrampilan, dan sikap yang baru melibatkan proses-proses mental internal yang
mengakibatkan perubahan perilaku dan sifatnya relative permanen. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah perubahan dalam diri
pelajarnya yang berupa, pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku akibat dari
interaksi dengan lingkungannya.
Jadi Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian,
keinginan lebih yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan.
Minat tersebut akan menetap dan berkembang pada dirinya untuk memperoleh
dukungan dari lingkungannya yang berupa pengalaman. Pengalaman akan diperoleh
dengan mengadakan interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun
belajar. Dan faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah
dorongan dari dalam individu. Dorongan motif sosial dan dorongan emosional. Minat belajar adalah kecenderungan individu untuk
memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan
pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku.
Dalam Keputusan Menteri P
dan K No. 079/1975, fasilitas belajar terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
1.
Bangunan dan perabot sekolah
Bangunan di sekolah pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan
pendidikan dan harus layak untuk ditempati siswa pada proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Bangunan sekolah terdiri atas berbagai macam ruangan.
Sedangkan perabot sekolah yang pada umumnya terdiri dari berbagai jenis mebel,
harus dapat mendukung semua semua kegiatan yang berlangsung di sekolah, baik
kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan administrasi sekolah.
2.
Alat pelajaran
Alat pelajaran adalah alat peraga dan buku-buku bahan ajar. Alat peraga
berfungsi untuk memperlancar dan memperjelas komunikasi dalam proses belajar
mengajar antara guru dan siswa. Buku-buku pelajaran yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar, biasanya terdiri dari buku pegangan, buku pelengkap,
dan buku bacaan.
3.
Media pendidikan
Media pengajaran merupakan sarana non personal yang digunakan atau
disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar
untuk mencapai tujuan instruksional. Media pengajaran dapat dikategorikan dalam
media visual yang menggunakan proyeksi, media auditif, dan media kombinasi.
1.
Jenis-jenis Masalah Belajar
Diantara banyak
siswa di sekolah ada siswa yang berprestasi, namun banyak pula yang dijumpai
siswa yang gagal. Secara umum, siswa-siswa yang mengalami penurunan atau
kenaikan nilai kognitifnya rendah, tidak
naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya dapat dianggap sebagai
siswa yang mengalami masalah belajar.
Seseorang siswa
dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak
berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu.
Masalah belajar meliputi banyak aspek, Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut :
Masalah belajar meliputi banyak aspek, Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut :
a. Keterampilan
Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi
yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
1.
Keterampilan dalam Belajar
2.
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih
tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
kemampuan belajar yang amat tinggi.
3.
Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4.
Kurang Motivasi dalam Belajar
Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam
belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
b.
Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar
Kondisi siswa yang
kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru,
tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
BAB
III
HASIL
KAJIAN LAPANGAN
Kami melakukan
observasi mengenai “Proses Pembelajaran IPS” di MTs Al-Inayah Bandung tepatnya di kelas
VII D. Observasi ini dilakukan pada hari Selasa , pada tanggal 20 Maret 2018
pada pukul 10.30 WIB. Kami diizinkan observasi di kelas VII D yang sedang
belajar IPS,dengan jumlah siswa 40 orang.
Pembelajaran IPS di
kelas VII D ini jadwal belajar IPS nya di jam pelajaran terakhir. Pembelajaran IPS setiap satu pertemuan adalah dua
jam pelajaran dan
satu jam pelajarannya sselama 40 menit. Jadi selama seminggu siswa belajar IPS
sekitar 80 menit per minggunya.
Pada saat kelas dengan
mata pelajaran IPS dimulai sebelum membahas materi guru mengabsensi siswa-siswa
sehingga dapat diketahui dari 40 siswanya hanya 38 orang yang masuk kelas dan 2
orang yang tidak hadir karena sakit,setelah itu guru memberi tahu 2 orang siswa
yang belum melakukan PTS ( Penilaian Tengah Semester) dalam pelajaran IPS untuk
mengerjakannya diruang guru agar fokus dan siswa yang lainnya dapat melanjutkan
belajar. Setelah itu guru memberi tahu nilai PTS ( Penilaian Tengah Semester)
karena satu minggu yang lalu mereka baru saja melakukan PTS pelajaran IPS. Guru
hanya memberi tahu nilai yang paling tinggi dikelas dan tidak menyebutkan
namanya tetapi hanya menyebutkan nomor urutan absensi saja. Guru sangat memberi
apresiasi kepada siswa yang nilainya paling tinggi dan memberi nasihat agar
bisa mempertahankan nilainya dan juga siswa-siswa yang lain untuk bisa belajar
lebih giat lagi agar bisa mendapatkan nilai yang maksimal.
Pembelajaran IPS dimulai
dengan mengulang materi yang telah di pelajari/ PTS ( Penilaian Tengah
Semester) lalu guru melakukan proses tanya jawab dan memberikan penghargaan
pada setiap siswa yang mencoba menjawab dengan penambahan bintang sebagai nilai
tambahan. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran IPS bermacam-macam.
Pada umumnya menggunakan metode diskusi yaitu dengan cara siswa
mempresentasikan ke depan kelas mengenai hasil yang didapatnya dari buku dalam
pembelajaran IPS. Buku yang digunakan adalah buku paket berbasis Kurikulum 2013
sebagai buku wajib dan buku LKS sebagai buku tambahan belajar siswa-siswi.
Adapun cara lain yang sering
digunakan oleh guru yaitu metode ceramah yang mana guru menjelaskan panjang
lebar mengenai materi IPS yang dibahas
dan siswa hanya sebagai pendengar dalam pembelajaran IPS. Seringkali metode
ini disertai dengan metode tanya jawab untuk memastikan siswa apakah dapat
menerima materi dengan baik atau tidak. Atau dengan guru memberikan kesempatan
kepada siswa-siswi untuk bertanya mengenai hal yang tidak siswa mengerti.
Tetapi masih ada saja siswa
yang tidak berperan aktif, dan tidak mau mengungkapkan pendapatnya dalam suatu
proses pembelajaran tersebut. Sehingga kurangnya motivasi siswa dalam
pembelajaran terutama pembelajaran IPS. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses pembelajaran IPS terpadu dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa, untuk mengetahui prestasi pembelajaran IPS terpadu dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa, dan untuk mengetahui faktor yang pendorong dan
penghambat pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Implementasi pembelajaran IPS terpadu tidak lepas dari guru dan
siswa. Guru menyampaikan proses belajar mengajar pembelajaran IPS terpadu
kepada siswa, di dalam proses belajar mengajar pembelajaran IPS terpadu adanya
faktor mendorong dan menghambat. Kemudian guru mengukur prestasi belajar siswa
dan siswa mengetahui seberapa prestasi belajar selama mengikuti proses
pembelajaran
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan
angket. Subjek penelitian ini adalah siswa MTs Al-Inayah Bandung.
Setelah selesai observasi
dikelas kami membagikan angket kepada siswa lalu memawancarai guru ips nya
metode yang dipakai oleh guru saat dikelas karena menggunakan kurikulum 2013
dengan tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik jika metode ceramah
tidak pernah lepas dari guru karena siswa tidak mungkin berjalan sendiri guru
tetap bisa menyampaikan dengan diselingi tanya jawab lisan dan juga tulisan.
Juga dengan metode jigsaw(guru memberi pertanyaan siswa mencari)dengan pembagian
kelompok.
Kurikulum 2013 itu tiap
individunya harus terkuasai dikelas apalagi yang rombongan belajarnya termasuk
kelas gemuk karena masih berjumlah 40 siswa harusnya 36 orang jadi
perindividunya harus diperdalami,yaitu dengan cara memberi reward pada siswa
untuk menumbuhkan keberanian setelah itu
didekati dulu lalu apa yang telah dia lakukan sebelumnya dirumah lalu pancing
dengan materi.
Cara guru menghubungkan
ips dengan agama dalam kurikulum 2013 itu ada KI dan K2 yaitu tentang cara
mengucapkan salam atau selalu mengucapkan salam ke guru, lalu mendoakan yang
sakit secara bersama-sama dikelas.
Adapun fasilitas dalam
pembelajaran IPS di MTs Al-Inayah Bandung.
sudah cukup memadai dibuktikan dengan adanya ruang kelas yang cukup luas beserta alatnya seperti papan tulis,buku yang cukup lengkap di perpustakaan,
proyektor untuk presentasi.
Pemahaman siswa yang
berbeda-beda merupakan hambatan guru dalam mengajar karena ips terpadu ini
mencakup 4 pelajaran mengenai ekonomi,sosiologi,sejarah,geografi. Kendalanya
pemahaman siswa itu di sejarah karena terjadi di masa lampau jadi siswa harus
berpikir bagaimana dulu dan sekarang kejadiannya seperti apa dengan sekarang.
Minat siswa terhadap ips
itu tergantung gurunya harus bisa menarik perhatian dengan bisa mengenal nama
siswa,dan menjalin kedekatan dengan setiap individu-individu siswanya lalu
dialihkan kepada materi yang akan disampaikan.apalagi sejarah mengenai kegiatan
masa lalu kita alihkan ke masa sekarang dengan apa yang terjadi sekarang dengan
kenyataan anak-anak sekarang misalnya dalam bermain,atau bergaul tapi
sangkutpautkan dengan materi.
Hasil
angket yang telah diisi oleh 36 siswa yaitu
Presentase angket
1. Siswa sangat antusias terhadap pembelajaran
ips disekolah
Setuju 58 % Sangat
Setuju 42%
2. Apakah pembelajaran ips penting untuk masa
depan?
Penting 47% Sangat
penting 53%
3. Apakah materi pembelajaran ips berdampak
pada perilaku sehari-hari?
Ya 86% Tidak
14%
4.apakah
dapat memahami materi yang guru sampaikan?
Ya 97% dan ada 1 orang yang tidak mengisi
5. Guru mengajar sesuai apa yang
diinginkan siswa
Setuju 50% Sangat setuju 44% Tidak
setuju 6%
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran adalah suatu usaha yang bersifat sadar-tujuan,dengan
sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik dan
adanya interaksi antara pendidik dan terdidik. Pembelajaran IPS mengajarkan
manusia akan kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan
kejiwaannya, memamfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan
bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam
rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia
Pemahaman siswa yang berbeda-beda merupakan
hambatan guru dalam mengajar karena ips terpadu ini mencakup 4 pelajaran mengenai
ekonomi, sosiologi, sejarah, geografi. Selain itu minat siswa terhadap IPS
tergantung dengan guru yang mengajar, seperti halnya seorang guru yang pandai
menarik perhatian dan mengetahui kondisi siswa yang akan diajarnya cenderung
lebih disenangi dan mudah diperhatikan dibanding guru yang hanya memberi
ceramah atau tugas.
B.
Saran
Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik
saat ini semakin kompleks. Untuk itu para pendidik khususnya para guru di MTS
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan
dan mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya
proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi
peserta didik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar