BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesulitan belajar yang dialami individu atau siswa yang belajar
dapat
diidentifikasi
melalui faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Faktor-faktor
kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri siswa sangat terkait
dengan
kondisi-kondisi fisiologis dan psikologisnya ketika belajar sedangkan faktor -
faktor
kesulitan belajar
yang berasal dari luar diri siswa banyak yang bersumber pada
kurangnya
fasilitas, sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan aktivitas atau
perbuatan
belajar.
Ketidakberhasilan
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai suatu
ketuntasan
materi tidak dapat dilihat hanya pada satu faktor saja, akan tetapi banyak
faktor yang
terlibat dan mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Faktor yang
dapat
dipersoalkan adalah: siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi dan
kegiatan-kegiatan
dalam proses belajar. Jadi, yang terpenting dalam kegiatan proses
diagnosis
kesulitan belajar adalah menemukan letak kesulitan belajar dan jenis
kesulitan
belajar yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikan
yang dilakukan
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Proses belajar
merupakan hal yang kompleks, di mana siswa sendiri yang
menentukan
terjadi atau tidak terjadinya aktivitas atau perbuatan belajar. Dalam
kegiatan-kegiatan
belajarnya, siswa menghadapi masalah-masalah secara intern
ekstern. Jika
siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka siswa tidak dapat belajar
dengan baik.
Dimyati dan Mudjiono (1994 : 228 – 235) mengatakan: Faktor-faktor
intern yang
dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar
adalah sebagai
berikut:
1. Sikap
terhadap belajar
2. Motivasi
belajar
3. Konsentrasi
belajar
4. Mengolah
bahan belajar
5. Menyimpan
perolehan hasil belajar
6. Menggali
hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya
diri siswa
9. Inteligensi
dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan
belajar
11. Cita-cita
siswa.
Selanjutnya,
berdasarkan faktor-faktor ekstern ditinjau dari siswa, ditemukan
beberapa faktor
yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Dimyati dan Mudjiono,
(1994)
menyebutkan faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:
1. Guru sebagai
pembina siswa belajar
2. Prasarana
dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan
penilaian
4. Lingkungan
sosial siswa di sekolah
5. Kurikulum
sekolah.
Dalam Buku II
Modul Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial,
Depdikbud
Universitas Terbuka (1985) menjelaskan: Bila telah ditemukan bahwa
sejumlah siswa
tidak memenuhi kriteria persyaratan ketuntasan materi yang
ditetapkan,
maka kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan kepada:
1. Bakat yang
dimiliki siswa yang berbeda antara satu dari yang lainnya,
2. Ketekunan
dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai bahan yang
dipelajarinya
3. Waktu yang
tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat
siswa yang
sifatnya individual dan usaha yang dilakukannya
4. Kualitas
pengajaran yang tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan serta
karakteristik individu
5. Kemampuan
siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya
6. Tingkat dari
jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan
perbaikannya
apa dengan cukup mengulang dengan cara yang sama mengambil
alternatif
kegiatan lain melalui pengajaran remedial.
Oleh karena itu ,dalam makalah ini
,sengaja kami bahas mengenai diagnostic kesulitan belajar , Karena sangat
kental dalam proses pembelajaran . Disini pula banyak akan banyak dibahas mulai
dari ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar sampai tahapan dalam mengidentifakasi
kesulitan belajar .
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ,
maka rumusan masalahnya , adalah “Bagaimana Diagnostik Kesulitan Belajar” yang
kemudian dirinci menjadi beberapa fokus masalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian Diagnosis ?
2.
Apa
pengertian Kesulitan Belajar ?
3.
Apa
Ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar ?
4.
Bagaimana
tahapan dalam mengidentifikasi dalam kesulitan belajar ?
5.
Bagaimana
cara mengetahui kesulitan belajar siswa ?
6.
Apa
tujuan layanan Diagnostik ?
7.
Apa
tujuan Identifikasi Kasus ?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas , maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
pengertian Diagnosis
2.
Mengetahui
pengertian kesulitan belajar
3.
Mengetahui
ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar
4.
Mengetahui
tahapan identifikasi dalam kesulitan belajar
5.
Mengetahui
tujuan layanan diagnostic
6.
Mengetahui
tujuan identifikasi kasus
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
dasar diagnostik kesulitan belajar
1.
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis merupakan istilah teknis
(terminology) yang kita adopsi dari bidang medis. Menurut Abin (2003:309), diagnostik kesulitan
belajar adalah suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta
latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan
berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan
untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan
pemecahannya.
Melalui adanya diagnostik
terhadap permasalahan siswa terutama yang berkaitan dengan proses belajar siswa
dilingkungan pendidikan, maka seorang pendidik ataupun pihak-pihak yang
bersangkutan dengan siswa yang mengalami kegagalan tersebut, dapat mengupayakan
adanya pemberian bantuan berupa layanan bimbingan kepada siswa tersebut agar
dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapinya sehingga siswa
dapat mencapai hasil yang diharapkan serta dapat mencapai tugas perkembangannya
dengan baik.
Sedangkan menurut Thorndike dan hagen
(1955:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai:
a.
Upaya
atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai
gejala-gejalanya (symptoms);
b.
studi
yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik
atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c.
keputusan
yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau
fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian diatas, dapat kita maklumi bahwa didalam
konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep
prognosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnostik nukan hanya
sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari
suatu kelemahan atau penyakit tertentu melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.
2.
Pengertian kesulitan belajar
Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat
diduga mengalami kesulitan belajar kalua yang bersangkutan menunjukan kegagalan
(failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai berikut.
a.
Siswa
dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau penguasaan (level of mastery)
minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang
dewasa atau guru. Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia angka nilai bats
lulus (passing grade, grade-standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60
atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal). Kasus siswa
semacam ini dapat digolongkan ke dalam lower group.
b.
Siswa
dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya ( berdasarkan tingkat
kemampuannya: intelegensi, bakat). Ia diramalkan (predict) akan dapat
mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan
kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
c.
Siswa
dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas
perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (hisorganismic
pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi
kelompok sosial dan usia yang bersangkutan ( norm-reference), kasus
siswa bersankutan dapat dikategorikan kedalam slow learnes.
d.
Siswa
dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai syarat bagi
kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Kasus siswa ini data digolongkan
ke dalam slow learnes atau belum matang sehingga mungkin harus menjadi
pengulang pelajaran
3.
Diagnostik
kesulitan belajar
Dengan mengaitkan kedua pengertian
dasar diatas (butir a dan b), kita dapat mengidentifikasi diagnostic kesulitan
belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristiknya
serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan
mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin seingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative
kemungkinan pemecahannya.
4.
Ciri-ciri
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Seperti telah dijelaskan murid yang
mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan-hambatan sehingga menampakan
gejala-gejala yang bisa diamati oleh oarng lain (guru pembimbing).
Berapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya:
a.
Menunjukan
prestasi yang rendah/ di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
b.
hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. ia berusaha dengan
keras tetapi nilainya selalu rendah.
c.
Lambat
dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya
dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
d.
Memumjukan
sikap yang kurang wajar seprti; acuh tak acuh,berpura-pura, dusta, dan
lain-lain.
e.
Menunjukan
tingkah laku yang berlainan.
f.
Misalnya:
Mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu
sedih.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajr itu biasa dikenal dengan
sebutan prestasi/kurang (under achiever). Anak ini terdorong memiliki IQ
tinggi tetapi prestasinya belajar rendah (di bawah rata-rata kelas). Secara
potensial mereka yang IQ-nya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Tetapi
anak yang mengalami kesulitan belajar itu berkaitan dengan aspek motivasi,
minat, sikap, kebiasaan, pola-pola pendidikan yang diterima dari keluarganya.
Dari gejala-gejala yang tempak itu, guru (pembimbing) bisa
menginterpretasi bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Disamping
melihat gejala-gejala yang tampak, guru pun bisa mengadakan penyelidikan antara
lain dengan:
a.
Observasi
Cara memperoleh data dengan langsung
mengamati terhadap objek.
Observasi mencatat gejala-gejala yang tampak pada diri subjek,
kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuaun pendidikan.
Data-data yang dapat diperoleh dengan observasi, misalnya:
1)
Bagaimana
sikap siswa dalam menghikuti pelajaran, adalah tanda-tanda cepat lelah, mudah
mengantuk, suka memusatkan perhatian pada pelajaran.
2)
Bagaimana
kelengkpan catatan, peralatan dalam pelajaran.
Murid yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukan gejala cepat
lelah, mudah mengantuk, sukar konsentreasi, catatanya tidak lengkap, dan
sebagainya.
b.
Interview
Interview adalah cara mendapatkan data dengan waqwancara langsung terhadap
orang yang siselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi
tentang orang yang diselidiki (guru, orang tua, teman intim). Untuk
menyelidiki murid yang mengalami kesulitan belajar, interview bisa dilaksanakan
secara langsung atau gtidak langsung: kepada orang-orang yang tahu tentang
keadaan diri anak.
c.
Tes diagnostic
Tes diagnostik adalah suatu cara mengumpulkan data
dengan tes. Menurut Cronbach, tes adalah: suatu prosedur yang sistematis untuk
membandingkan kelakuan dari dua orang atau lebih.
Untuk mengetahui murid yang
mengalami kesulitan belajar tes meliputi, tes buatan guru (teacher made
test) yang terkenal dengan tes diagnosting tes psikologis.
sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ rendah, tidak
memiliki bakat, mentalnya minder, dan lain-lain sehingga diperlukan tes
psikologis.
Untuk mengetahui IQ bisa digunakan:
1)
Tes
SPM (Standar Progressif Matrics).
2)
Tes
WAIS (Weschler Adult Intelligency Scale).
3)
Tes
Binet Simon (tes di buat oleh Binet dan Simon).
4)
Tes
bakat khusus: FACT (Flanagan Aptitude Classification Tes).
d.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengetahui sesuatu
dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan orang yang diselidiki.
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat :
1)
Riwayat
hidupnya;
2)
kehadiran
murid di dalam mengikuti pelajaran;
3)
memiliki
daftar pribadinya;
4)
catatan
hariannya;
5)
daftar
hadist di sekolah;
6)
kumpulan
ulangan;
7)
rapor,
dan lain-lainnya.
B. Mengidentifikasi
kasus kesulitan belajar
Terdapat
beberapa tahapan dalam mengidentifikasi kasus kesulitan belajar siswa yang
harus dipahami.
1. Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Seorang
siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat dilihat melalui hasil ujian yang
telah dikerjakan, kita dapat dilakukan dengan memberikan batas Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) atau passing grade dari suatu
kelompok atau kelas kemudian setelah dilakukan tes ujian dan hasil nilai telah
dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan acuan criterion-referenced atau criterion
norm-referenced (PAP atau PAN), dapat dicatat kelompok maupun
individu-individu yang belum bisa mencapai batas minimum kelulusan yang dapat
diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Ketika
menggunakan penilaian PAP dengan asumsi soal yang diberikan telah ada
pengembangannya sengan memenuhi syarat, langkah-langkah yang dapat ditempuh
adalah sebagai berikut:
a.
Menetapkan
angka kualifikas misalnya 5,5; 6 atau 7 sebagai batas lulus, atau jumlah
kesalahan minimal dengan ketentuan tergantung pada guru yang bersangkutan;
b.
Bandingkan
nilai setiap siswa dengan batas lulusan minimal yang telah ditetapkan dan catat
siswa-siswa yang nilainya dibawah angka kelulusan, siswa-siswa tersebut dapat
dipastikan sebagai siswa yang memiliki kesulitan belajar;
c.
Himpun
siswa-siswa yang nilainya berada dibawah angka lulus, kemungkinan bisa sebagai
kelompok mayoritas, seimbang maupun minoritas;
d.
Membuat
ranking ketika akan mengadakan prioritas layanan dengan menyelisihkan nilai
prestasi setiap siswa dengan angka kelulusan kemudian mengurutkan dari siswa
yang memiliki selisih paling besar (kesalahan paling banyak).
Dari langkah tersebut diatas dapat kita tandai:
1) Kelas atau kelompok sebagai kasus, penelitian dapat menunjukan ternyata
mayoritas kelas atau kelompok tersebut nilai prestasinya dibawah batas lulus;
2) Individu-individu siswa sebagai kasus, bahwasanya hanya sebagian kecil
(minoritas) dari kelas atau kelompok yang nilainya dibawah kelulusan dan perlu
adanya prioritas bimbingan berdasarkan hasil ranking.
Dari proses penandaan diatas
maka akan dapat dengan mudah diketahui kelas. Kelompok atau individu mana yang
belum memenuhi apa yang telah ditetapkan sehingga perlu adanya bimbingan
belajar.
Berbeda halnya ketika
pengukuran didasarkan pada criterion norm-referenced, maka nilai
prestasi rata-rata yang dijadikan ukuran pembanding bagi setiap prestasi
individu. Lengkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan formula tertentu
(nilai berbobot keseluruhan dibagi dengan banyaknya jumlah anggota atau
populasi kelas);
b. Menandai siswa-siswa dengan nilai dibawah rata-rata;
c. Membuat ranking siswa berdasarkan selisih nilai terhadap nilai rata-rata
kelasnya.
Langkah diatas akan dijadikan
acuan dalam memberikan layanan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa serta dapat juga dijadikan sebagai pembanding antara nilai rata-rata
kelas yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah mendeteksi
kesulitan belajar siswa dapat pula kita amati berdasarkan catatan-catatan
selama proses kegiatan belajar mengajar dengan beberapa catatan tentang (1)
cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); (2) ketekunan
dalam mengikuti pelajaran (kehadiran); (3) partisipasi dalam tugas kelompok;
(4) kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya. Secara lebih lanjut
penjelasan tentang catatan proses belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan catatan waktu belajar efektif, berkaitan dengan hal ini
lembaga-lembaga pendidikan tertentu, guru tertentu dan untuk bidang studi
tertentu sudah mulai ditetapkan waktu belajar efektif dengan alokasi waktu tertentu
(misal 40-50 menit tiap mata pelajaran). Dengan ketentuan waktu belajar efektif
tersebut dapat diperoleh catatan tentang siapa saja individu atau kelompok yang
biasa terlambat dalam menyelesaikan dan mengumpulkan tugas-tugasnya sehingga
dapat diidentikkan dengan siswa yang memiliki kesulitan belajar sehingga perlu
diadakan bimbingan bagi siswa tersebut.
b. Penggunaan catatan kehadiran dan ketidak-hadiran, melalui catatan ini
siswa-siswa yang didapati memiliki angka ketidak-hadiran tinggi (dapat juga
diranking) dapat diduga mengalami kesulitan belajar (jika tingkat kehadiran
dipehitungkan dalam penilaian).
c. Penggunaan catatan atau bagan partisipasi (participation
chart), melalui bidang studi tertentu yang menuntut siswa untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran, misalnya menjawab pertanyaan,
memberikan sanggahan atas jawaban teman dan sebagainya. Dengan kualifikasi
tertentu, kita akan mendapat gambaran berapa banyak aktivitas atau kontribusi
setiap siswa dalam kelasnya. Kita dapat menandai mana siswa yang aktif,
akomodatif dan pasif.
d. Penggunaan catatan dan bagan sosiometrik, dalam kondisi tertentu siswa
dituntut untuk dapat bekerjasama dan bisa saling menerima, saling percaya, dan
saling menyenangi sesama anggota dan juga pemimpinnya. Dari keadaan ini dapat
diperoleh gambaran tentang mana siswa yang banyak disenangi, dipilih oleh
teman-temannya dan mana yang tidak memilih atau dipilih dan mana yang paling
terisolasi.
2. Melokalisasikan dimana Letak Kesuliatan
Setelah
menemukan kelas, kelompok atau individu-individu yang diduga mengalami
kesulitan, langkah selanjutnya adalah menelaah hal-hal sebagai berikut:
a) Dalam mata pelajaran apa kesulitan itu terjadi?
b) Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan itu
terjadi?
c) Pada bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah kesulitan itu terjadi?
d) Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi?
a. Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, dalam hal
menganalisis mata pelajaran apa yang menjadi letak siswa mengalami kesulitan,
kesulitan dapat dilihat ketika dalam mata pelajaran tertentu, kelompok maupun
individu memperoleh hasil yang lebih rendah disbanding dengan mata pelajaran -
mata pelajaran yang lainnya.
b. Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian (ruang lingkup) bahan
yang manakah kesulitan itu terjadi, setiap bidang studi atau mata pelajaran
tentunya memiliki ruang lingkup bahasan/materi yang berbeda-beda sehingga
tingkat kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi satu mata pelajaran
berbeda dengan kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi dalam mata
pelajaran yang lainnya. Kesulitan siswa dapat dilihat pada bagian mana
kebanyakan siswa mengalami kesalahan dan kegagalan dalam menjawab soal yang
diberikan pada mata pelajaran tertentu.
c. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar, catatan tentang
keterlambatan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya, catatan ketidakhadiran,
kurang penyesuaian social, serta kekurangaktifannya dalam proses belajar
mengajar telah dapat menjelaskan posisi dari kasus yang bersangkutan.
3.
Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan
siswa mengalami berbagai kesulitan
Pada garis besarnya sebab
kesulitan dapat timbul dari dua hal yaitu:
a.
Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak
pada diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain disebabkan oleh :
1)
Kelemahan mental faktor kecerdasan,
intelegensia,atau kecakapan / bakat: khusus tertentu yan dapat diketahui
melalui test tertentu.
2)
Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan,
kaena sakit dan sebagainya.
3)
Gangguan, yang bersifat emosional
4)
Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran
bahan pelajaran tertentu.
5)
Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar
pelajaran-pelajaran tertentu.
b.
Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari
luar yang menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal
antara lain meliputi:
1)
Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak
merangsang siswa untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar
secara aktif”student aktif learning”)
2)
Sifat kurikulum yang kuran fleksibel.
3)
Ketidak seragaman pola dan standar administrasi.
4)
Beban belajar yang terlampau berat.
5)
Metode mengajar yang kurang memadai.
6)
Sering pindah sekolah.
7)
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
mengajar.
8)
Situasi rumah yang kuran mendorong untuk melakukan
aktivitas belajar.
4.
Perkiraan kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak
kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan, latar belakangnya,
faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita akan dapat memperkirakan beberapa
hal berikut:
a.
Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk
mengatasi kesulitannya atau tidak.
b.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi
kesulitan yang dialami siswa tertentu.
c.
Kapan dan dimana pertolongan itu dapat di berikan.
d.
Siapa yang dapat memberikan pertolongan.
e.
Bagaimana cara menolong siswa agar dapat
dilaksanakan secara efektif.
f.
Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam
menolong siswa tersebut.
5.
Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun
suatu rencana atau alternatif-alternatif
rencana yang akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi
masalah kesulitan belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi :
a.
Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan
kesulitan yang dialami siswa tersebut.
b.
Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai
terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat
didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang
berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada
yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing
penyuluh dan ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh
guru mata kuliah yang tahu persis tentang berbagai kesulitan yang bisa di alami
siswa dalam mata pelajarannya.
Rencana ini harus berisi tentang:
1)
Jadwal kegiatan pemberian bantuan.
2)
Cara bantuan diberikan.
3)
Tempat.
4)
Petugas yang akan memberikan bantuan.
5)
Tindak lanjut bantuan.
6.
Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah
kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau pengajaran paling tepat
dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat berupa :
a.
melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran
remidial pada mata pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial
dapat dilakukan oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan
suasana belajar siswa yang penuh motivasi.
b.
membagi tugas dan peranan kepada orang-orang
tertentu dalam memberikan bantuan pada siswa.
c.
Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa
yang bermasalah baik pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa
bahan, maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk
setiap saat diadakan revisi dan improvisasi.
d.
Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa
yang menurut perkiraan tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau
lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan
sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa
tersebut
.
C. Tujuan layanan diagnostik
Setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai tujuan yang baik yang
ingin dicapai, dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, begitu
pula dengan kegiatan ini. Pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar
melibatkan guru dan siswa, maka tujuan yang ingin dicapai juga berbeda antara
guru dan siswa.
1.
Siswa
Tujuan yang hendak dicapai setelah
pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan belajar ini bagi siswa adalah :
a.
Siswa
memahami dan mengetahui kekeliruannya.
b.
Siswa
memperbaiki kesalahannya.
c.
Siswa
dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesalahannya.
d.
Siswa
dapat mengusai pelajaran dengan baik.
e.
Siswa
dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
2.
Guru
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan
Diagnosis Kesulitan Belajar bagi Guru adalah :
a.
Guru
mengetahui kelemahan dalam proses belajar –mengajar.
b.
Guru
dapat memperbaiki kelemahannya tersebut.
c.
Guru
dapat memberikan layanan yang optimal kepada siswa sesuai dengan keadaan diri
siswa perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan baik.
D.
Tujuan
Identifikasi kasus
Tujuan dari identifikasi kasus adalah untuk menentukan siswa yang
mendapat masalah belajar Bahasa Inggris khususnya dan yang memerlukan bantuan
atau penanganan untuk meningkatkan motivasi atau hasil belajarnya.
1.
Menentukan
Pendekatan Dalam Menghadapi Permasalahan
Melihat masalah yang berkaitan
dengan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran atau belajar di
kelas, maka dapat dilakukan beberapa pendekatan sebagai berikut :
a.
Pendekatan
perintah dan larangan
Maksud dari pendekatan ini sebagai
suatu pemecahan masalah yang berkaitan dengan rendahnya motivasi untuk
berprestasi adalah dalam memberikan atau mengampu sebuah pembelajaran hendaknya
seorang guru mampu melakukan perintah lepada para siswanya untuk dapat belajar
secara optimal. Atau dengan kata lain perintah yang dimaksud adalah ketika
tidak memenuhi sebuah kewajiban belajar maka akan mendapat teguran, baik oleh
sekolah maupun orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan seorang anak.
Sedangkan pendekatan larangan yang dimaksud adalah dengan mensosialisasikan
tata tertib atau aturan yang mengikat kepada siswa agar dalam proses belajar
mengajar dapat berlangsung secara baik dan penyampaian materi dapat optimal.
Kemudian ada bentuk lain dari pendekatan ini, yaitu ketika siswa berada pada
sebuah kelompok belajar, maka seorang
siswa diharuskan atau dianjurkan untuk dapat bekerjasama dengan anggota lain,
dan dilarang untuk menonjolkan atau mementingkan kebutuhan pribadi yang
nantinya dapat menimbulkan kesenjangan.
b.
Pendekatan
Pemberian motivasi
Penerapan pendekatan jenis ini
maksudnya adalah dalam setiap diri seorang siswa sebenarnya terdapat berbagai
potensi yang antara satu dengan lanilla tidak sama. Seperti yang dikenal yaitu
dengan kecerdasan majemuk, melalui pendekatan motivasi inilah dapat digunakan
untuk mengungkapkan setiap potensi tersebut. Agar seorang siswa ketika berada
di sekolah tidak hanya berorientasi pada pencapaian nilai akademis atau nilai
raport yang tinggi melainkan ada aspek lain yang menjadi alasan bagi seseorang
untuk berangkat ke sekolah. Yaitu salah satunya ada beberapa materi yang menjadi hobi atau kegemaran
setiap anak tersebut. Selain itu juga dalam pendekatan ini harusnya setiap guru
mampu untuk mengenali setiap karakteristik dari para siswa, baik itu yang
pandai, kurang pandai, yang pendiam, yang hiperaktif, harus dapat dilihat oleh
seorang guru, hal ini dimaksudkan agar dalam pemberian motivasi juga tidak
salah.
c.
Pendekatan
akal sehat
Pelaksanaan dari pendekatan ini
adalah seorang siswa diajak untuk berfikir sekaligus melakukan sebuah
perencanaan tentang kehidupan masa mendatang yang akan dilalui atau
dilaksanakan. Contohnya adalah bahwa seorang guru dapat mengatakan, suatu saat
siswanya akan mengalami sebuah zaman yang ditandai dengan zaman komunikasi
instan, kemudian disusul berturut-turut dengan dunia yang tidak punya batas
ekonomi sehingga seseorang dapat menjalin kerjasama ekonomi dengan negara
manapun tanpa terhalang oleh batas tertentu, semakin sulitnya dalam mencari
pekerjaan ketika kualifikasi yang dimiliki tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena ketika harapannya adalah ketika siswa mendapat cerita yang semacam
itu akan dapat termotivasi untuk belajar lebih giat dan mengembangkan setiap
potensi yang dimiliki agar dapat hidup lebih baik.
d.
Pendekatan
isntruksional
Dalam hal ini, seorang guru dapat
melakukan beberapa langkah dibawah ini untuk menerapkan pedekatan ini, yaitu :
1)
Seorang
guru memberikan ceramah kepada siswa, selanjutnya setelah 20 menit pertama
memberikan pertanyaan tentang materi yang diberikan. Dan mengatakan yang dapat
menjawab akan mendapat tambahan nilai.
2)
Guru
memberikan pertanyaan setelah 15 menit pertama, tetapi dengan cara menunjuk
salah seorang siswa, jadi terdapat kemungkinan siswa untuk mendapat pertanyaan.
3)
Guru
memerintahkan kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya. Dan pada pertemuan berikutnya semua siswa yang ditunjuk oleh guru
wajib memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi, dan selanjutnya guru
juga menunjuk siswa lain untuk menjawab pertanyaan, jadi semua siswa juga
mendapat kemungkinan untuk menjawab maupun memberikan pertanyaan. Dalam hal ini
guru hanya sebagai fasilitator dan siswa dapat termotivasi untuk dapat belajar.
4)
Guru
membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa siswa dengan karakteristik
yang berbeda dalam satu kelompok. Kemudian memberikan instruksi untuk setiap
kelompok dapat mengenali setiap anggotanya. Setelah itu guru mengajak semua siswa melakukan observasi
atau belajar di luar kelas tetapi masih dalam kelompok. Tujuannya adalah agar
setiap kelompok dapat melakukan tugas yang diberikan oleh guru dapat berlangsung
secara maksimal dan tidak ada kesenjangan antar siwa.
5)
Guru
hendaknya menyiapkan rencana mengajar dalam satu jam pelajaran, yaitu ketika
waktu belajar dikelas dalam satu pertemuan adalah 90 menit, maka guru harus
mampu membaginya kedalam beberapa bagian agar penyampaian materi dapat lebih efektif
dan efisien. Contohnya adalah, 20 menit pertama untuk memberikan materi,
kemudian dilanjutkan dengan 20 menit berikutnya dengan tugas kelompok yaitu
mendiskusikan materi yang diberikan, kemudian 35 menit untuk diskusi kelas,
yaitu antara satu kelompok dengan kelompok yang lain saling memberikan dan
menjawab pertanyaan. 15 menit yang terakhir untuk mengevaluasi dan memberikan
kesimpulan terhadap pemberian materi pembelajaran.
6)
Pendekatan
Sosioemosional
Bentuk pendekatan ini dapat
dilakukan dengan mengajak para siswa untuk melakukan pembelajaran di luar
kelas. Atau lebih dikhususkan pada kehidupan manusia. Yaitu contohnya di
panti-panti asuhan yang ada beberapa orang anak tidak dapat bersekolah, karena
sudah ditinggalkan atau ditelantarkan oleh orang tuanya, yang tidak memiliki
biaya cukup untuk hidup. Sehingga ketika melihat fenomena tersebut setiap siswa
dapat mempelajari bagaimana sebaiknya dirinya bersikap menghadapi masa depan
yang semakin berat, dan tidak terkendali. Lantas dari pembelajaran tersebut,
guru selanjutnya memberikan tugas untuk melihat bagaimana keadaan atau kondisi
lingkungan tempat setiap siswa tinggal, lantas mencatat dan memberikan laporan.
Atas apa yang dilihat serta bagaimana langkah agar dapat menghadapainya atau
memecahkan fenomena tersebut.
Daftar Pustaka
Prof.Dr.H.
Abi Syamsuddin Makmum, M.A. (2016). Psikologi Kependidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Partowisastro
K. dan Hadisuparto. (1986). Diagnosa Pemecah Kesulitan Belajar. Jakarta
: Erlangga.
Drs.
Nasution N dkk. (1992). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan
TErtinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar