Iklan

Jumat, 13 Juli 2018

Makalah [BK] Diagnostik Kesulitan Belajar


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesulitan belajar yang dialami individu atau siswa yang belajar dapat
diidentifikasi melalui faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Faktor-faktor kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri siswa sangat terkait
dengan kondisi-kondisi fisiologis dan psikologisnya ketika belajar sedangkan faktor - faktor
kesulitan belajar yang berasal dari luar diri siswa banyak yang bersumber pada
kurangnya fasilitas, sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan aktivitas atau
perbuatan belajar.
            Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai suatu
ketuntasan materi tidak dapat dilihat hanya pada satu faktor saja, akan tetapi banyak
faktor yang terlibat dan mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Faktor yang
dapat dipersoalkan adalah: siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi dan
kegiatan-kegiatan dalam proses belajar. Jadi, yang terpenting dalam kegiatan proses
diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan letak kesulitan belajar dan jenis
kesulitan belajar yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikan
yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
           Proses belajar merupakan hal yang kompleks, di mana siswa sendiri yang
menentukan terjadi atau tidak terjadinya aktivitas atau perbuatan belajar. Dalam
kegiatan-kegiatan belajarnya, siswa menghadapi masalah-masalah secara intern
ekstern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka siswa tidak dapat belajar
dengan baik. Dimyati dan Mudjiono (1994 : 228 – 235) mengatakan: Faktor-faktor
intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar
adalah sebagai berikut:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan belajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa.
           Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor ekstern ditinjau dari siswa, ditemukan
beberapa faktor yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Dimyati dan Mudjiono,
(1994) menyebutkan faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:
1. Guru sebagai pembina siswa belajar
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah.
              Dalam Buku II Modul Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial,
Depdikbud Universitas Terbuka (1985) menjelaskan: Bila telah ditemukan bahwa
sejumlah siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan ketuntasan materi yang
ditetapkan, maka kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan kepada:
1. Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antara satu dari yang lainnya,
2. Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai bahan yang
dipelajarinya
3. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat
siswa yang sifatnya individual dan usaha yang dilakukannya
4. Kualitas pengajaran yang tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan serta karakteristik individu
5. Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya
6. Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan
perbaikannya apa dengan cukup mengulang dengan cara yang sama mengambil
alternatif kegiatan lain melalui pengajaran remedial.
            Oleh karena itu ,dalam makalah ini ,sengaja kami bahas mengenai diagnostic kesulitan belajar , Karena sangat kental dalam proses pembelajaran . Disini pula banyak akan banyak dibahas mulai dari ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar  sampai tahapan dalam mengidentifakasi kesulitan belajar  .
B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalahnya , adalah “Bagaimana Diagnostik Kesulitan Belajar” yang kemudian dirinci menjadi beberapa fokus masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian Diagnosis ?
2.      Apa pengertian Kesulitan Belajar ?
3.      Apa Ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar ?
4.      Bagaimana tahapan dalam mengidentifikasi dalam kesulitan belajar ?
5.      Bagaimana cara mengetahui kesulitan belajar siswa ?
6.      Apa tujuan layanan Diagnostik ?
7.      Apa tujuan Identifikasi Kasus ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui pengertian Diagnosis
2.      Mengetahui pengertian kesulitan belajar
3.      Mengetahui ciri – ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar
4.      Mengetahui tahapan identifikasi dalam kesulitan belajar
5.      Mengetahui tujuan layanan diagnostic
6.      Mengetahui tujuan identifikasi kasus



BAB II
PEMBAHASAN 

A.    Konsep dasar diagnostik kesulitan belajar
1.      Pengertian Diagnosis
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari bidang medis. Menurut Abin (2003:309), diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.
Melalui adanya diagnostik terhadap permasalahan siswa terutama yang berkaitan dengan proses belajar siswa dilingkungan pendidikan, maka seorang pendidik ataupun pihak-pihak yang bersangkutan dengan siswa yang mengalami kegagalan tersebut, dapat mengupayakan adanya pemberian bantuan berupa layanan bimbingan kepada siswa tersebut agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapinya sehingga siswa dapat mencapai hasil yang diharapkan serta dapat mencapai tugas perkembangannya dengan baik.
Sedangkan menurut Thorndike dan hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai:
a.       Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya (symptoms);
b.      studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c.       keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian diatas, dapat kita maklumi bahwa didalam konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnostik nukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

2.      Pengertian kesulitan belajar
Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalua yang bersangkutan menunjukan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai berikut.
a.       Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru. Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia angka nilai bats lulus (passing grade, grade-standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60 atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal). Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan ke dalam lower group.
b.      Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya ( berdasarkan tingkat kemampuannya: intelegensi, bakat). Ia diramalkan (predict) akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
c.       Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (hisorganismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan ( norm-reference), kasus siswa bersankutan dapat dikategorikan kedalam slow learnes.
d.      Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai syarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Kasus siswa ini data digolongkan ke dalam slow learnes atau belum matang sehingga mungkin harus menjadi pengulang pelajaran

3.      Diagnostik kesulitan belajar
Dengan mengaitkan kedua pengertian dasar diatas (butir a dan b), kita dapat mengidentifikasi diagnostic kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristiknya serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin seingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.

4.      Ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Seperti telah dijelaskan murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan-hambatan sehingga menampakan gejala-gejala yang bisa diamati oleh oarng lain (guru pembimbing).
Berapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya:
a.       Menunjukan prestasi yang rendah/ di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
b.      hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
c.       Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
d.      Memumjukan sikap yang kurang wajar seprti; acuh tak acuh,berpura-pura, dusta, dan lain-lain.
e.       Menunjukan tingkah laku yang berlainan.
f.       Misalnya: Mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajr itu biasa dikenal dengan sebutan prestasi/kurang (under achiever). Anak ini terdorong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya belajar rendah (di bawah rata-rata kelas). Secara potensial mereka yang IQ-nya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Tetapi anak yang mengalami kesulitan belajar itu berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap, kebiasaan, pola-pola pendidikan yang diterima dari keluarganya.
Dari gejala-gejala yang tempak itu, guru (pembimbing) bisa menginterpretasi bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat gejala-gejala yang tampak, guru pun bisa mengadakan penyelidikan antara lain dengan:
a.       Observasi
Cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek.
Observasi mencatat gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuaun pendidikan. Data-data yang dapat diperoleh dengan observasi, misalnya:
1)      Bagaimana sikap siswa dalam menghikuti pelajaran, adalah tanda-tanda cepat lelah, mudah mengantuk, suka memusatkan perhatian pada pelajaran.
2)      Bagaimana kelengkpan catatan, peralatan dalam pelajaran.
Murid yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukan gejala cepat lelah, mudah mengantuk, sukar konsentreasi, catatanya tidak lengkap, dan sebagainya.
b.      Interview
Interview adalah cara mendapatkan data dengan waqwancara langsung terhadap orang yang siselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki (guru, orang tua, teman intim). Untuk menyelidiki murid yang mengalami kesulitan belajar, interview bisa dilaksanakan secara langsung atau gtidak langsung: kepada orang-orang yang tahu tentang keadaan diri anak.
c.       Tes diagnostic
Tes diagnostik adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut Cronbach, tes adalah: suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakuan dari dua orang atau lebih.
Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi, tes buatan guru (teacher made test) yang terkenal dengan tes diagnosting tes psikologis. sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya minder, dan lain-lain sehingga diperlukan tes psikologis.
Untuk mengetahui IQ bisa digunakan:
1)      Tes SPM (Standar Progressif Matrics).
2)      Tes WAIS (Weschler Adult Intelligency Scale).
3)      Tes Binet Simon (tes di buat oleh Binet dan Simon).
4)      Tes bakat khusus: FACT (Flanagan Aptitude Classification Tes).

d.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat :
1)      Riwayat hidupnya;
2)      kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran;
3)      memiliki daftar pribadinya;
4)      catatan hariannya;
5)      daftar hadist di sekolah;
6)      kumpulan ulangan;
7)      rapor, dan lain-lainnya.

B.     Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar
Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi kasus kesulitan belajar siswa yang harus dipahami.
1.      Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Seorang siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat dilihat melalui hasil ujian yang telah dikerjakan, kita dapat dilakukan dengan memberikan batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) atau passing grade dari suatu kelompok atau kelas kemudian setelah dilakukan tes ujian dan hasil nilai telah dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan acuan criterion-referenced atau criterion norm-referenced (PAP atau PAN), dapat dicatat kelompok maupun individu-individu yang belum bisa mencapai batas minimum kelulusan yang dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Ketika menggunakan penilaian PAP dengan asumsi soal yang diberikan telah ada pengembangannya sengan memenuhi syarat, langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
a.       Menetapkan angka kualifikas misalnya 5,5; 6 atau 7 sebagai batas lulus, atau jumlah kesalahan minimal dengan ketentuan tergantung pada guru yang bersangkutan;
b.      Bandingkan nilai setiap siswa dengan batas lulusan minimal yang telah ditetapkan dan catat siswa-siswa yang nilainya dibawah angka kelulusan, siswa-siswa tersebut dapat dipastikan sebagai siswa yang memiliki kesulitan belajar;
c.       Himpun siswa-siswa yang nilainya berada dibawah angka lulus, kemungkinan bisa sebagai kelompok mayoritas, seimbang maupun minoritas;
d.      Membuat ranking ketika akan mengadakan prioritas layanan dengan menyelisihkan nilai prestasi setiap siswa dengan angka kelulusan kemudian mengurutkan dari siswa yang memiliki selisih paling besar (kesalahan paling banyak).
Dari langkah tersebut diatas dapat kita tandai:
1)      Kelas atau kelompok sebagai kasus, penelitian dapat menunjukan ternyata mayoritas kelas atau kelompok tersebut nilai prestasinya dibawah batas lulus;
2)      Individu-individu siswa sebagai kasus, bahwasanya hanya sebagian kecil (minoritas) dari kelas atau kelompok yang nilainya dibawah kelulusan dan perlu adanya prioritas bimbingan berdasarkan hasil ranking.
Dari proses penandaan diatas maka akan dapat dengan mudah diketahui kelas. Kelompok atau individu mana yang belum memenuhi apa yang telah ditetapkan sehingga perlu adanya bimbingan belajar.
Berbeda halnya ketika pengukuran didasarkan pada criterion norm-referenced, maka nilai prestasi rata-rata yang dijadikan ukuran pembanding bagi setiap prestasi individu. Lengkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan formula tertentu (nilai berbobot keseluruhan dibagi dengan banyaknya jumlah anggota atau populasi kelas);
b.      Menandai siswa-siswa dengan nilai dibawah rata-rata;
c.       Membuat ranking siswa berdasarkan selisih nilai terhadap nilai rata-rata kelasnya.
Langkah diatas akan dijadikan acuan dalam memberikan layanan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa serta dapat juga dijadikan sebagai pembanding antara nilai rata-rata kelas yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah mendeteksi kesulitan belajar siswa dapat pula kita amati berdasarkan catatan-catatan selama proses kegiatan belajar mengajar dengan beberapa catatan tentang (1) cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); (2) ketekunan dalam mengikuti pelajaran (kehadiran); (3) partisipasi dalam tugas kelompok; (4) kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya. Secara lebih lanjut penjelasan tentang catatan proses belajar siswa adalah sebagai berikut:
a.       Penggunaan catatan waktu belajar efektif, berkaitan dengan hal ini lembaga-lembaga pendidikan tertentu, guru tertentu dan untuk bidang studi tertentu sudah mulai ditetapkan waktu belajar efektif dengan alokasi waktu tertentu (misal 40-50 menit tiap mata pelajaran). Dengan ketentuan waktu belajar efektif tersebut dapat diperoleh catatan tentang siapa saja individu atau kelompok yang biasa terlambat dalam menyelesaikan dan mengumpulkan tugas-tugasnya sehingga dapat diidentikkan dengan siswa yang memiliki kesulitan belajar sehingga perlu diadakan bimbingan bagi siswa tersebut.
b.      Penggunaan catatan kehadiran dan ketidak-hadiran, melalui catatan ini siswa-siswa yang didapati memiliki angka ketidak-hadiran tinggi (dapat juga diranking) dapat diduga mengalami kesulitan belajar (jika tingkat kehadiran dipehitungkan dalam penilaian).
c.       Penggunaan catatan atau bagan partisipasi (participation chart), melalui bidang studi tertentu yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, misalnya menjawab pertanyaan, memberikan sanggahan atas jawaban teman dan sebagainya. Dengan kualifikasi tertentu, kita akan mendapat gambaran berapa banyak aktivitas atau kontribusi setiap siswa dalam kelasnya. Kita dapat menandai mana siswa yang aktif, akomodatif dan pasif.
d.      Penggunaan catatan dan bagan sosiometrik, dalam kondisi tertentu siswa dituntut untuk dapat bekerjasama dan bisa saling menerima, saling percaya, dan saling menyenangi sesama anggota dan juga pemimpinnya. Dari keadaan ini dapat diperoleh gambaran tentang mana siswa yang banyak disenangi, dipilih oleh teman-temannya dan mana yang tidak memilih atau dipilih dan mana yang paling terisolasi.

2.      Melokalisasikan dimana Letak Kesuliatan
Setelah menemukan kelas, kelompok atau individu-individu yang diduga mengalami kesulitan, langkah selanjutnya adalah menelaah hal-hal sebagai berikut:
a)      Dalam mata pelajaran apa kesulitan itu terjadi?
b)      Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan itu terjadi?
c)      Pada bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah kesulitan itu terjadi?
d)     Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi?
a.       Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, dalam hal menganalisis mata pelajaran apa yang menjadi letak siswa mengalami kesulitan, kesulitan dapat dilihat ketika dalam mata pelajaran tertentu, kelompok maupun individu memperoleh hasil yang lebih rendah disbanding dengan mata pelajaran - mata pelajaran yang lainnya.
b.      Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah kesulitan itu terjadi, setiap bidang studi atau mata pelajaran tentunya memiliki ruang lingkup bahasan/materi yang berbeda-beda sehingga tingkat kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi satu mata pelajaran berbeda dengan kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi dalam mata pelajaran yang lainnya. Kesulitan siswa dapat dilihat pada bagian mana kebanyakan siswa mengalami kesalahan dan kegagalan dalam menjawab soal yang diberikan pada mata pelajaran tertentu.
c.       Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar, catatan tentang keterlambatan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya, catatan ketidakhadiran, kurang penyesuaian social, serta kekurangaktifannya dalam proses belajar mengajar telah dapat menjelaskan posisi dari kasus yang bersangkutan. 
3.      Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan siswa mengalami berbagai kesulitan
Pada garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yaitu:
a.       Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain disebabkan oleh :
1)      Kelemahan mental faktor kecerdasan, intelegensia,atau kecakapan / bakat: khusus tertentu yan dapat diketahui melalui test tertentu.
2)      Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, kaena sakit dan sebagainya.
3)      Gangguan, yang bersifat emosional
4)      Sikap dan kebiasaan yang  salah dalam mempelajari bahan pelajaran bahan  pelajaran tertentu.
5)      Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-pelajaran tertentu.
b.      Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:
1)      Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar secara aktif”student aktif learning”)
2)      Sifat kurikulum yang kuran fleksibel.
3)      Ketidak seragaman pola dan standar administrasi.
4)      Beban belajar yang terlampau berat.
5)      Metode mengajar yang kurang memadai.
6)      Sering pindah sekolah.
7)      Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.
8)      Situasi rumah yang kuran mendorong untuk melakukan aktivitas belajar.
4.      Perkiraan kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan, latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita akan dapat memperkirakan beberapa hal berikut:
a.       Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak.
b.      Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu.
c.       Kapan dan dimana pertolongan itu dapat di berikan.
d.      Siapa yang dapat memberikan pertolongan.
e.       Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif.
f.       Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut.
5.      Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana  atau alternatif-alternatif rencana yang akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi masalah kesulitan belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi :
a.       Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut.
b.      Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing penyuluh dan ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh guru mata kuliah yang tahu persis tentang berbagai kesulitan yang bisa di alami siswa dalam mata pelajarannya.
Rencana ini harus berisi tentang:
1)      Jadwal kegiatan pemberian bantuan.
2)      Cara bantuan diberikan.
3)      Tempat.
4)      Petugas yang akan memberikan bantuan.
5)      Tindak lanjut bantuan.
6.      Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat berupa :
a.       melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh motivasi.
b.      membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada siswa.
c.       Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi.
d.      Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut
.
C.     Tujuan layanan diagnostik
Setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai tujuan yang baik yang ingin dicapai, dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, begitu pula dengan kegiatan ini. Pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar melibatkan guru dan siswa, maka tujuan yang ingin dicapai juga berbeda antara guru dan siswa.
1.      Siswa
Tujuan yang hendak dicapai setelah pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan belajar ini bagi siswa adalah :
a.         Siswa memahami dan mengetahui kekeliruannya.
b.        Siswa memperbaiki kesalahannya.
c.         Siswa dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesalahannya.
d.        Siswa dapat mengusai pelajaran dengan baik.
e.         Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
2.      Guru
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar bagi Guru adalah :
a.         Guru mengetahui kelemahan dalam proses belajar –mengajar.
b.        Guru dapat memperbaiki kelemahannya tersebut.
c.         Guru dapat memberikan layanan yang optimal kepada siswa sesuai dengan keadaan diri siswa perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan baik.

D.    Tujuan Identifikasi kasus
Tujuan dari identifikasi kasus adalah untuk menentukan siswa yang mendapat masalah belajar Bahasa Inggris khususnya dan yang memerlukan bantuan atau penanganan untuk meningkatkan motivasi atau hasil belajarnya.
1.      Menentukan Pendekatan Dalam Menghadapi Permasalahan
Melihat masalah yang berkaitan dengan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran atau belajar di kelas, maka dapat dilakukan beberapa pendekatan sebagai berikut :
a.       Pendekatan perintah dan larangan
Maksud dari pendekatan ini sebagai suatu pemecahan masalah yang berkaitan dengan rendahnya motivasi untuk berprestasi adalah dalam memberikan atau mengampu sebuah pembelajaran hendaknya seorang guru mampu melakukan perintah lepada para siswanya untuk dapat belajar secara optimal. Atau dengan kata lain perintah yang dimaksud adalah ketika tidak memenuhi sebuah kewajiban belajar maka akan mendapat teguran, baik oleh sekolah maupun orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan seorang anak. Sedangkan pendekatan larangan yang dimaksud adalah dengan mensosialisasikan tata tertib atau aturan yang mengikat kepada siswa agar dalam proses belajar mengajar dapat berlangsung secara baik dan penyampaian materi dapat optimal. Kemudian ada bentuk lain dari pendekatan ini, yaitu ketika siswa berada pada sebuah kelompok belajar, maka  seorang siswa diharuskan atau dianjurkan untuk dapat bekerjasama dengan anggota lain, dan dilarang untuk menonjolkan atau mementingkan kebutuhan pribadi yang nantinya dapat menimbulkan kesenjangan.
b.      Pendekatan Pemberian motivasi
Penerapan pendekatan jenis ini maksudnya adalah dalam setiap diri seorang siswa sebenarnya terdapat berbagai potensi yang antara satu dengan lanilla tidak sama. Seperti yang dikenal yaitu dengan kecerdasan majemuk, melalui pendekatan motivasi inilah dapat digunakan untuk mengungkapkan setiap potensi tersebut. Agar seorang siswa ketika berada di sekolah tidak hanya berorientasi pada pencapaian nilai akademis atau nilai raport yang tinggi melainkan ada aspek lain yang menjadi alasan bagi seseorang untuk berangkat ke sekolah. Yaitu salah satunya ada beberapa  materi yang menjadi hobi atau kegemaran setiap anak tersebut. Selain itu juga dalam pendekatan ini harusnya setiap guru mampu untuk mengenali setiap karakteristik dari para siswa, baik itu yang pandai, kurang pandai, yang pendiam, yang hiperaktif, harus dapat dilihat oleh seorang guru, hal ini dimaksudkan agar dalam pemberian motivasi juga tidak salah.
c.       Pendekatan akal sehat
Pelaksanaan dari pendekatan ini adalah seorang siswa diajak untuk berfikir sekaligus melakukan sebuah perencanaan tentang kehidupan masa mendatang yang akan dilalui atau dilaksanakan. Contohnya adalah bahwa seorang guru dapat mengatakan, suatu saat siswanya akan mengalami sebuah zaman yang ditandai dengan zaman komunikasi instan, kemudian disusul berturut-turut dengan dunia yang tidak punya batas ekonomi sehingga seseorang dapat menjalin kerjasama ekonomi dengan negara manapun tanpa terhalang oleh batas tertentu, semakin sulitnya dalam mencari pekerjaan ketika kualifikasi yang dimiliki tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena ketika harapannya adalah ketika siswa mendapat cerita yang semacam itu akan dapat termotivasi untuk belajar lebih giat dan mengembangkan setiap potensi yang dimiliki agar dapat hidup lebih baik.
d.      Pendekatan isntruksional
Dalam hal ini, seorang guru dapat melakukan beberapa langkah dibawah ini untuk menerapkan pedekatan ini, yaitu :
1)      Seorang guru memberikan ceramah kepada siswa, selanjutnya setelah 20 menit pertama memberikan pertanyaan tentang materi yang diberikan. Dan mengatakan yang dapat menjawab akan mendapat tambahan nilai.
2)      Guru memberikan pertanyaan setelah 15 menit pertama, tetapi dengan cara menunjuk salah seorang siswa, jadi terdapat kemungkinan siswa untuk mendapat pertanyaan.
3)      Guru memerintahkan kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran  yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Dan pada pertemuan berikutnya semua siswa yang ditunjuk oleh guru wajib memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi, dan selanjutnya guru juga menunjuk siswa lain untuk menjawab pertanyaan, jadi semua siswa juga mendapat kemungkinan untuk menjawab maupun memberikan pertanyaan. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan siswa dapat termotivasi untuk dapat belajar.
4)      Guru membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa siswa dengan karakteristik yang berbeda dalam satu kelompok. Kemudian memberikan instruksi untuk setiap kelompok dapat mengenali setiap anggotanya. Setelah itu  guru mengajak semua siswa melakukan observasi atau belajar di luar kelas tetapi masih dalam kelompok. Tujuannya adalah agar setiap kelompok dapat melakukan tugas yang diberikan oleh guru dapat berlangsung secara maksimal dan tidak ada kesenjangan antar siwa.
5)      Guru hendaknya menyiapkan rencana mengajar dalam satu jam pelajaran, yaitu ketika waktu belajar dikelas dalam satu pertemuan adalah 90 menit, maka guru harus mampu membaginya kedalam beberapa bagian agar penyampaian materi dapat lebih efektif dan efisien. Contohnya adalah, 20 menit pertama untuk memberikan materi, kemudian dilanjutkan dengan 20 menit berikutnya dengan tugas kelompok yaitu mendiskusikan materi yang diberikan, kemudian 35 menit untuk diskusi kelas, yaitu antara satu kelompok dengan kelompok yang lain saling memberikan dan menjawab pertanyaan. 15 menit yang terakhir untuk mengevaluasi dan memberikan kesimpulan terhadap pemberian materi pembelajaran.
6)      Pendekatan Sosioemosional
Bentuk pendekatan ini dapat dilakukan dengan mengajak para siswa untuk melakukan pembelajaran di luar kelas. Atau lebih dikhususkan pada kehidupan manusia. Yaitu contohnya di panti-panti asuhan yang ada beberapa orang anak tidak dapat bersekolah, karena sudah ditinggalkan atau ditelantarkan oleh orang tuanya, yang tidak memiliki biaya cukup untuk hidup. Sehingga ketika melihat fenomena tersebut setiap siswa dapat mempelajari bagaimana sebaiknya dirinya bersikap menghadapi masa depan yang semakin berat, dan tidak terkendali. Lantas dari pembelajaran tersebut, guru selanjutnya memberikan tugas untuk melihat bagaimana keadaan atau kondisi lingkungan tempat setiap siswa tinggal, lantas mencatat dan memberikan laporan. Atas apa yang dilihat serta bagaimana langkah agar dapat menghadapainya atau memecahkan fenomena tersebut.


Daftar Pustaka


Prof.Dr.H. Abi Syamsuddin Makmum, M.A. (2016). Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Partowisastro K. dan Hadisuparto. (1986). Diagnosa Pemecah Kesulitan Belajar. Jakarta : Erlangga.

Drs. Nasution N dkk. (1992). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan TErtinggi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammadﷺ menjadi Rasul

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammad ﷺ menjadi Rasul Ketika usia Rasulullah ﷺ telah mendekati 40 tahun, beliau lebih senang mengasingkan ...