Iklan

Senin, 16 Juli 2018

[Biologi] Pengaruh Media Tanam Cangkang Telur Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Cabai


KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik . Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini memuat tentangPengaruh Media Tanam Cangkang Telur Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Cabai. Yang dihasilkan dari pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai selama satu bulan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Umi Salamah yang telah membimbing penyusun agar dapat memahami tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah .
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami dalam pembuatan makalah. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberi masukan-masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah laporan yang sangat singkat ini berguna khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Cibinong, … September 2016


                                                                                                            Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................... 1
C.     Tujuan Penelitian.................................................................................... 2
D.    Manfaat Penulisan.................................................................................. 2
E.     Hipotesis................................................................................................. 2
F.      Metode Penelitian................................................................................... 2
G.    Sistematis Penulisan................................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI
A.    Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Tumbuhan................................ 4
1.    Pengertian.......................................................................................... 4
2.    Pertumbuhan Primer dan Sekunder................................................... 5
3.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang.................... 7
B.     Tanaman Cabai Rawit ............................................................................  11
1.    Kalasifikasi Ilmiah............................................................................. 11
2.    Komposisi Gizi................................................................................... 11
3.    Morfologi Tanaman Cabai Rawit....................................................... 12
C.     Cangkang Telur....................................................................................... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.    Tempat Penelitian................................................................................... 15
B.     Metode Penelitian................................................................................... 15
C.     Variabel penelitian.................................................................................. 16
D.    Rencana penelitian.................................................................................. 16
E.     Populasi dan Sampel............................................................................... 16
F.      Jadwal Penelitian.................................................................................... 16
G.    Prosedur Kerja........................................................................................ 17
BAB IV PENGAMATAN
A.    Pengamatan............................................................................................. 18
B.     Analisis................................................................................................... 19
BAB V PENUTUP      
A.    Kesimpulan............................................................................................. 20
B.     Saran....................................................................................................... 20
GAMBAR-GAMBAR…………………………………………………………....   21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 22

 BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Tidak terkecuali cangkang telur, siapa sangka kalau kulit telur yang kaya dengan zat kalsium adalah produk organik yang sangat berguna bagi tanaman dan kebun kita. Sebagian besar orang akan membuang kulit telur tersebut namun bagi beberapa orang yang kreatif serta mengerti terhadap kebutuhan tanaman langsung dapat melihat kegunaan lain dari kulit telur tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.        Apakah definisi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dan faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhinya.
2.        Bagaimanakah pengaruh media tanam cangkang telur bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai.
3.        Bagaimanakah perbedaan pertumbuhan dan perkembangan biji cabai yang menggunakan media tanam Cangkang telur dengan yang hanya menggunakan pupuk  kompos.

C.     Tujuan Penelitian
1.        Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai
2.        Untuk mengetahui pengaruh media tanam cangkang telur terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai
3.        Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam cangkang telur
4.        Untuk mengetahui perbandingan media tanam campuran cangkang kulit dengan media tanam kompos  terhadap pertumbuhan tanaman cabai

D.     Manfaat Penelitian
1.        Bagi petani
Dapat memanfaatkan media tanam lain untuk menggantikan tanah
2.        Bagi peneliti
Dapat mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam cangkang telur terhadap pertumbuhan cabai
3.        Bagi siswa
Sebagai bahan belajar tentang pengaruh pertumbuhan terhadap media tanam

E.     Hipotesis
Menurut prediksi akan ada perbedaan pada setiap pemberian pupuk terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman  cabai. Pengaruhnya yaitu bisa terhadap jumlah cabai yang dihasilkan, besar cabe yang dihasilkan, terutama tinggi batang yang dihasilkan oleh media tanam pupuk kompos dan cangkang telur yang dinilai akan tumbuh dengan pesat.

F.      Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis untuk pembuatan karya ilmiah yaitu observasi langsung yang dilakukan dikediaman penulis.

G.    Sistematika Penelitian
BAB I Pendahuluan : menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metode, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori : menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, tanaman cabai, dan cangkang telur serta hubungannya dengan pertumbuhan tanaman cabai.
BAB III Metodologi Penelitian : menjelaskan tempat penelitian, metode penelitian, variable penelitian, rencana penelitian, populasi, sampel, dan jadwal.
BAB IV Pengamatan : menjelaskan persiapan sebelum pengamatan dan saat pengamatan.
BAB V Penutup : menjelaskan kesimpulan dan saran.



BAB II
KAJIAN TEORI


A.     Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tumbuhan
1.       Pengertian
Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali kebentuk semula) dan terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel dan pembesaran dari tiap-tiap sel. Pada proses pertumbuhan biasa disertai dengan terjadinya perubahan bentuk. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif.
Perkembangan adalah proses menuju dewasa. Proses perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang tidak dapat diukur. Dengan kata lain,perkembangan bersifat kualitatif, tidak dapat dinyatakan dengan angka.
Organisme disebut telah dewasa apabila telah mampu berkembang biak secara generatif. Pada tumbuhan, hal itu ditandai dengan terbentuknya bunga. Sedang pada manusia dan mamalia lainnya ditandai dengan telah berkembangnya gonade yang menghasilkan sel-sel kelamin (gamet). Pada pria ditandai dengan dimulainya produksi sel sperma oleh testis, dan pada wanita menghasilkan ovum (sel telur) yang dibentuk di ovarium.
a.         Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan
Pada tanaman, pertumbuhan dimulai dari proses perkecambahan biji. Perkecambahan dapat terjadi apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air ke dalam biji melalui proses imbibisi. Apabila proses imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan.
Proses perkecambahan pada biji terjadi secara bertahap dari proses fisika dan kimia.
·           Proses Fisika
Proses perkecambahan secara fisika terjadi ketika biji menyerap air. Proses ini disebut imbibisi. Penyerapan air terjadi akibat pergerakan air dari potensial tinggi (pada lingkungan) ke potensial rendah (pada biji kering).
·           Proses Kimia
Proses kimia mulai saat air masuk ke dalam biji dan enzim dalam biji diaktifkan. Dengan masuknya air, biji akan berkembang dan kulitnya pecah. Air ini mengaktifkan embrio untuk mengeluarkan hormon giberelin (GA) yang mendorong aleuron (lapisan tipis bagian luar endosperma) yang menyebabkan sintesis dan pengeluaran enzim.
Enzim yang dikeluarkan ini bekerja dengan menghidrolisis cadangan makanan yang terdapat dalam kotiledon dan endosperma. Proses ini menghasilkan molekul yang larut dalam air. Contohnya seperti enzim amylase yang menghidrolisis pati dalam endosperma dan menghasilkan gula. Gula serta zat-zat hasil lainnya kemudian diserap dari endosperma ke kotiledon selama pertumbuhan embrio menjadi bibit tanaman.
Struktur yang pertama muncul, yang menyobek selaput biji adalah radikula yang merupakan calon akar primer. Radikula adalah bagian dari hipokotil. Pada bagian ujung sebelah atas terdapat epikotil (calon batang). Berdasar letak kotiledonnya, ada dua jenis perkecambahan yaitu tipe epigeal, dan tipe hipogeal.

2.       Pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder
Biji yang sudah berkecambah akan segera diikuti oleh pertumbuhan primer karena pada pucuk dan ujung akar terdapat jaringan yang bersifat meristematik (selalu membelah). Pemanjangan ujung akar dan ujung batang tersebut disebut pertumbuhan primer. Pada tumbuhan dikotil terdapat jaringan kambium yang merupakan meristem sekunder akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekunder (membesar). Kambium akan membelah ke arah luar membentuk kulit kayu (floem), dan membelah ke arah dalam membentuk kayu (xilem). Pada monokotil tidak terdapat kambium sehingga hanya mengalami pertumbuhan primer saja. Pertumbuhan primer dan sekunder berlangsung terus menerus selama tumbuhan tersebut hidup.
Pertumbuhan pada tanaman dibedakan atas pertumbuhan pada akar, batang, dan daun.
a.          Akar
Pertumbuhan pada akar terjadi pada 3 tempat yang berbeda, yaitu tudung akar (kaliptra), daerah meristem dan daerah pemanjangan, dan daerah diferensiasi.
·           Tudung akar
Tudung akar adalah daerah paling ujung akar. Fungsi tudung akar adalah untuk mengekresikan cairan polisakarida untuk melumasi tanah yang ada disekitar titik pertumbuhan akar tanaman. Cairan polisakarida ini membuat tanah disekitar titik pertumbuhan menjadi lunak sehingga mudah ditembus akar yang bertumbuh. Selain itu tudung akar juga untuk melindungi daerah meristem akar.
·           Daerah Meristem Dan Daerah Pemanjangan
Letak daerah meristem di belakang tudung akar. Pada daerah ini banyak terdapat sel meristem apikal dan derivate. Meristem apikal merupakan pusat pembelahan sel yang menghasilkan banyak sel-sel meristem primer yang akan menggantikan sel-sel di tudung akar yang rusak. Daerah pemanjangan adalah daerah dibelakang daerah meristem. Sel-sel didaerah ini membelah diri lebih lambat dari yang ada di meristem tetapi selnya tahan terhadap kerusakan serta memiliki fungsi sebagai penyimpan makanan.
·           Daerah Diferensiasi
Daerah diferensiasi terletak di paling belakang dan bercampur dengan daerah pemanjangan. Sel-sel meristem pada daerah ini menghasilkan 3 sistem jaringan, yaiut protoderma, meristem dasar, dan prokambium.
b.        Batang
Dalam pertumbuhan batang terjadi pemanjangan dan differensiasi. Pada tanaman dikotil, pertumbuhan yang terjadi dikenal sebagai pertumbuhan sekunder yang terjadi pada kambium (silem dan floem sekunder) dan kambium gabus. Jaringan pada cambium membelah secara mitosis dan silem dan floem dapat dibedakan menurut arah pembelahannya. Jika sel membelah ke arah dalam, maka itu adalah silem dan jika membelah ke arah luar, maka itu adalah floem. Untuk lebih jelas tentang posisinya, dapat diihat pada gambar berikut:
c.         Daun
Pertumbuhan daun biasa terjadi pada daun lembaga (kotiledon). Bakal daun (primodial) merupakan hasil pembelahan periklinal di daerah sisi lateral apeks pucuk. Pembelahan sel pada tempat tersebut membuat tonjolan yang disebut penyangga daun. Pertumbuhan daun biasa dibagi menjadi pertumbuhan apikal dan marginal. Pertumbuhan apikal membuat primodium menjadi lebih tinggi dan terjadi pad ujung daun. Pertumbuhan ini tidak berlangsung lama dan pertambahan panjang biasa dilakukan meristem interkalar. Berbeda dengan itu, pertumbuhan marginal menghasilkan pelebaran lateral dan membentuk 2 panel helaian daun. Pembelahan pada bidang antiklinal pada daun dilakukan oleh meristem papan dan penebalan oleh meristem abaksial dan adaksial.-
3.       Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan pada tumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
a.       Faktor Eksternal
Faktor luar adalah materi atau hal-hal yang terdapat diluar tanaman yang berdampak pada tanaman itu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Termasuk ke dalam faktor luar adalah cahaya, temperatur, air, garam-garam mineral, iklim, gravitasi bumi, dan lain-lain.
·           Nutrisi
Nutrisi yang diberikan ada beberapa macam yang dapat digolongkan menjadi 2 yaitu nutrisi yang mengandung unsure hara makro dan unsure hara mikro. Nutrisi yang mengandung unsure hara makro nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti N, P, K, S, Ca, dan Mg. Nutrisi yang mengandung unsure hara mikro merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti, Mn, Cu, Mo, Zn, dan Fe. Walaupun dalam jumlah sedikit unsure mikro harus tetap ada.
Unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi-fungsi yaitu :
Ø Nitrogen: memacu pertumbuhan daun dan batang serta membantu pembentukan akar
Ø Fosfor: membantu pembentukan bunga dan buah serta mendorong pertumbuhan akar muda
Ø Kalium: membantu pembentukan bunga dan buah serta menguatkan tanaman
Ø Kalsium: membantu pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu akar
Ø Magnesium: ikut dalam pembentukan zat hijau daun dan menyebarkan unsure fosfor keseluruh tanaman
Ø Sulfure (belerang): bernama unsure fosfor dapat mempertinggi keja unsure lain dan memproduksi energy
Ø Ferum: ikut dalam pembentukan zat hijau daun dan menghasilkan klorofil serta membantu pembentukan enzim pernapasan
Ø Mangan: ikut dalam pembentukan zat hijau daun dan membantu menyerap nitrogen
Ø Borium: membantu pertumbuhan meristem
Ø Seng (Zn): ikut dalam pembentukan hormone auksin
Ø Molybdenum: mengikat nitrogen sehingga penting untuk sayuran
·           Cahaya
Cahaya mutlak diperlukan oleh semua tumbuhan hijau untuk melakukan fotosintesis, tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan perkecambahan tumbuhan adalah menghambat, karena cahaya dapat menyebabkan terurainya auxin sehingga dapat menghambat pertumbuhan. Hal ini dapat dibuktikan apabila kita meletakkan dua kecambah, yang satu di tempat gelap dan yang lain di tempat terang. Dalam jangka waktu yang sama, kecambah di tempat gelap tumbuh lebih cepat tetapi tidak normal. Pertumbuhan yang amat cepat di dalam gelap ini disebut etiolasi.
mengontrol pertumbuhan dan perkembangan kloroplas, sintesis klorofil, pembentukan hormon tumbuhan (misalnya giberelin), dan pengaturan posisi daun terhadap sinar matahari. Selain itu, fitokrom berpengaruh juga terhadap fotoperiodisme, yaitu pengaruh lamanya pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan dan pembentukan bunga.
Berdasarkan panjang dan intensitas penyinaran, tumbuhan dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
Ø Tumbuhan berhari pendek (shortday plant) : Berbunga dan berbuah bila periode penyinaran lebih pendek daripada periode kritis. Contohnya: strawberry, dahlia, aster, dan krisatinum.
Ø Tumbuhan berhari panjang (longday plant) : berbunga dan berbuah bila periode penyinaran lebih panjang daripada periode kritis. Contohnya: bayam selada, gandum, dan kentang.
Ø Tumbuhan netral (dayneutral plant) : Tidak dipengaruhi oleh lamanya periode penyinaran. Contoh: mawar, anyer, dan bunga matahari.
·           Suhu
Secara umum, suhu akan berpengaruh terhadap kerja enzim. Bila suhu terlalu tinggi, enzim akan rusak,  dan bila suhu terlalu rendah enzim menjadi tidak aktif.
·           Kelembaban atau kadar air
Sampai pada batas-batas tertentu, makin tinggi kadar air, pertumbuhan akan makin cepat. Karena lebih banyak kadar air yang diserap dan lebih sedikit yang diuapkan, akan menyebabkan pembentangan sel-sel, dengan demikian sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimalnya.
b.      Faktor dalam
Selain faktor genetik, yang termasuk faktor-faktor dalam adalah hormon-hormon yang terlibat dalam pertumbuhan tanaman. Hormon merupakan substansi yang dihasilkan oleh tumbuhan, biasanya dalam jumlah yang sangat sedikit yang berfungsi secara fisiologis mengendalikan arah dan kecepatan tumbuh bagian-bagian dari tumbuhan.
Berikut ini adalah macam-macam hormon pada tumbuhan beserta fungsinya:
·           Auksin 
Auksin dibentuk oleh ujung batang dan ujung akar. Auksin yang dihasilkan oleh ujung batang akan mendominasi pertumbuhan batang utama, sehingga pertumbuhan cabang relatif sedikit. Keadaan ini dikenal dengan istilah dominansi apikal (apical dominance). Dengan memotong ujung batang, dominansi apikal akan hilang, sehingga pertumbuhan cabang-cabang batang berjalan dengan baik. Auksin dapat terurai bila terkena cahaya. Bila suatu koleoptil dikenai cahaya dari samping, maka bagian koleoptil yang terkena cahaya auksinnya akan terurai sehingga pertumbuhannya lebih lambat daripada bagian koleoptil yang tidak terkena cahaya. Akibatnya koleoptil akan tumbuh membelok ke arah datangnya sinar.
·           Giberelin 
Hormon ini berfungsi mengatur pemanjangan batang (ruas batang), juga pertumbuhan pucuk dan pembentukan buah. Secara umum fungsi giberelin adalah untuk merangsang pertumbuhan meraksasa dan terbentuknya buah tanpa biji (partenokarpi).
·           Sitokinin
Hormon tumbuhan ini mempengaruhi pertumbuhan, pengaturan pembelahan sel, dan pemanjangan sel. Konsentrasi sitokinin dan auksin yang seimbang merupakan hal yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Sitokinin sendiri tampaknya mempunyai peranan dalam memperpanjang usia jaringan.
·           Asam Absisat
Asam absisat ditemukan pada umbi-umbian dan biji-biji yang dorman, beberapa jenis buah-buahan, daun, dan jaringan tumbuhan lain. Secara fungsi asam absisat adalah mempercepat penuaan daun, merangsang pengguguran daun, dan memperpanjang masa dormansi (menghambat perkecambahan biji).
·           Gas etilen 
Buah yang sudah tua menghasilkan gas etilen yang dianggap sebagai hormon yang dapat mempercepat pemasakan buah yang masih mentah. Gas etilen meningkatkan respirasi sehingga buah yang asalnya keras dan masam, menjadi empuk dan berasa manis.
·           Kalin
Kalin adalah hormon yang merangsang pembentukan organ tubuh.
·           Asam traumalin 
Batang atau akar tumbuhan dapat mengalami luka. Tumbuhan memiliki kemampuan untuk memperbaiki bagian yang luka, disebut daya restitusi atau regenerasi. Peristiwa ini terjadi dengan bantuan hormon luka atau kambium luka atau asam traumalin. Lukaluka yang terjadi dapat tertutup kembali dengan membentuk jaringan kalus dan jaringan yang rusak dapat diganti dengan yang baru. Bahkan dari luka pada bagian tertentu dari tubuh tumbuhan dapat tumbuh tunas baru.

B.     Tanaman Cabai
1.       Pengertian
Cabai atau adalah sayuran buah semusim yang termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak diperlukan oleh masyarakat sebagai penyedap rasa masakan. Di Indonesia, cabai tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan. Di Malaysia dan Singapura cabai dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu.
Manfaat cabai bagi kesehatan diantaranya adalah meningkatkan sirkulasi darah, membantu nyeri otot membantu detoksifikasi
2.       Komposisi Gizi Cabai
Buah cabai mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, besi), vitamin, dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin, capsaicin, bioflavonoid, minyak asiri, karotenoid (kapsantin, kapsorubin, karoten, dan lutein). Cabai rawit juga mengandung flavonoid, anti-oksidan, abu dan serat kasar.
Pada umumnya, cabai mengandung 0.1%-1% rasa pedas, yang disebabkan oleh kandungan zat capsaicin dan dihidrocapsaicin. Dibandingkan dengan jenis cabai besar (termasuk paprika), kandungancapsaicin dan dihidrocapsaicin pada cabai rawit cukup tinggi. Oleh karena itu, cabai rawit memiliki rasa lebih pedas daripada jenis cabai lainnya. Kandungan gizi (komposisi kimia) buah cabai rawit secara lengkap ditunjukkan dalam tabel berikut.

Komposisi Gizi Buah Cabai Segar dalam 100g
Bahan yang Dapat Dimakan

No.
Jenis Zat
Kadar

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Zat Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin C
Niasin (vitamin B3)
Air

     103   kal
      4,7   g
      2,4   g
    19,9   g
       45   mg
       85   mg
      2,5   mg
11.050  SI
    0,24   mg
        --
       70   mg
        --
    71,2   g

3.       Morfologi Tanaman Cabai
    Secara morfologi, bagian-bagian atau organ-organ penting dari tanaman cabai rawit dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a.        Batang
Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus, dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30cm-45cm. Cabang tanaman beruas-ruas; setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).
b.        Daun
Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata (tidak bergerigi/berlekuk). Ukuran daun lebih kecil dibanding dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip, dan tangkai tunggal yang melekat pada batang atau cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun.
c.         Bunga
Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri
d.        Batang
Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus, dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30cm-45cm. Cabang tanaman beruas-ruas; setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).

C.     Cangkang Telur
Cangkang telur merupakan lapisan berkapur yang menyusun 9-12% dari berat telur total. Cangkang telur tersusun kira-kira 94% kalsium karbonat, 1% magnesium karbonat, 1% kalsium fosfat, dan 4% bahan organik terutama protein.
Telur di dalam uterus tinggal selama 20 jam 45 menit. Selain kelenjar uterus mensekresikan albumen juga menghasilkan bahan cangkang telur, yang terdiri dari sebagian besar CaCO3.CaCO3 di bawa aliran darah ke dalam kelenjar uterus. Pada temperatur yang tinggi, lubang pori-pori ini semakin besar dan cangkang telur cenderung menjadi tipis karena Ca dalam aliran darah sedikit. Pigmentasi terjadi di uterus 5 jam terakhir sebelum dikeluarkan. Disini disekresikan mucus yang ditimbun diluar cangkang telur. Mucus ini mempermudah dan memperlicin keluarnya telur. Setelah telur dikeluarkan mucus ini dengan segera mengering, sehingga meninggalkan sisa yang disebut kutikula.
 Lama telur berada dalm oviduct adalah ± 25 jam. Jadi lamanya pembentukan telur sejak awal pertumbuhan ovum dalam ovarium adalah ± 11 hari 2 jam. Kandungan utama cangkang telur adalah CaCO3, MgCO3, CaSO4 dan bahan organik
Secara umum struktur cangkang telur terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan kutikula, lapisan spons, dan lapisan lamelar. Lapisan kutikula merupakan permukaan terluar yang mengandung sejumlah protein. Lapisan spons dan lamelar membentuk matriks yang dibentuk oleh serat protein yang terikat oleh kalsium karbonat dalam cangkng telur. Cangkang telur mewakili 11% dari total bobot telur dan tersusun oleh kalsium karbonat (94%), kalsium fosfat (1%), material organik (4%), dan magnesium karbonat (1%) (Rivera et al.1999).  
Sebagian besar kalsium dalam cangkang telur mengendap dalam kurun waktu 16 jam. Tidak ada ayam yang dapat menkonsumsi kalsium begitu cepat untuk memenuhi tuntutan ini. Sebagai gantinya, kalsium dipasok oleh massa- massa tulang khusus yang terdapat pada tulang ayam, yang mengumpulkan cadangan kalsium dalam jumlah besar untuk pembentukan cangkang. Jika ayam diberi pakan rendah kalsium, cangkang telurnya menjadi semakin tipis, ayam dapat menggunakan 10% dari jumlah seluruh kalsium dalam tulangnya hanya untuk membentuk sebutir telur. Bila pakannya terus-menerus rendah kalsium, produksi telur pada akhirnya akan berhenti. 
Biasanya, bahan bakunya ion Ca2+ dan ion CO32-, dipasok oleh darah ke kelenjar cangkang. Proses kalsifikasinya adalah reaksi pengendapan: Ca2+(aq) + CO32-(aq)  CaCO3(s)  
Dalam darah, ion Ca2+ bebas akan berada dalam kesetimbangan dengan ion kalsium yang terikat pada protein. Ketika ion bebas diambil oleh kelenjar  cangkang lebih banyak lagi akan dihasilkan dari penguraian kalsium yang terikat protein (Chang, R. 2005).


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.   Tempat Penelitian
  1. Tempat Penelitian       : Kediaman Muhammad Satria Ramadhan (Halaman Depan)
  2. Tanggal Penelitian       : Jum’at, 5 Agustus – Senin, 5 September 2016
B.   Metode Penelitian
1.      Metode Eksperimen
Metode Eksperimen merupakan suatu metode yang dipergunakan dalam memperoleh data yakni melakukan percobaan secara langsung dengan menanam tanaman cabai rawit pada media cangkang telur.
2.      Metode Observasi
Metode Observasi merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data secara langsung pada percobaan. Tanaman cabai rawit diamati dan dicatat pertumbuhan tinggi tanaman.
3.       Metode Studi Pustaka
Metode Studi Pustaka adalah suatu metode untuk mencari materi dan buku-buku atau sumber yang dikutip secara langsung maupun tidak langsung sebagai landasan dalam melakukan penelitian.

4.       Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat keterangan yang telah didokumentasikan dan mengambil dokumentasi penelitian dengan menggunakan kamera.

C.   Variabel
  1. Variabel Bebas            : Cangkang Telur
  2. Variabel Terikat          : Tanaman Cabai
  3. Variabel Kontrol         : Pupuk Kompos
D.   Rencana Penelitian
  1. Perlakuan I      : Tanaman Cabai ditanam dengan media kompos
  2. Perlakuan II    : Tanaman Cabai ditanam dengan media campuran cangkang telur
E.   Populasi Dan Sampel
  1. Populasi           : Tanaman Cabai
  2. Sampel            : 2 Tanaman Cabai dengan media tanam pupuk kompos dan 2 tanaman cabai dengan media tanam campuran cangkang telur.
F.    Jadwal Penelitian
  1. Tahap I            : Menyiapkan alat dan bahan
  2. Tahap II          : Melakukan penelitian
  3. Tahap III         : Analisa data
  4. Tahap IV         : Menyusun laporan
G.  Prosedur Kerja
1.        Alat dan Bahan
a.    2 buah polybag yang sudah diberikan pupuk kompos.
b.    2 buah polybag yang sudah diberikan campuran antara pupuk kompos dengan cangkang telur yang telah dihancurkan.
c.    Penggaris Ukur.
d.   Tanaman Cabai yang telah direndam dengan air hangat selama semalaman.
e.    Air.
f.     Membuat Tabel Penelitian
2.        Langkah Kerja
a.    Menyiapkan alat dan bahan.
b.    Mengambil biji yang telah direndam dengan air hangat.
c.    Menanam biji cabai kedalam polybag yang telah diberikan media tanam, yaitu 3 biji tanaman didalam setiap 1 bolybag.
d.   Meletakkan tanaman ditempat yang terkena cahaya matahari kemudian berikan tanda disetiap polybag dengan nama yaitu  ‘Tanaman 1 & 2 Pupuk Kompos´ dan seterusnya.
e.    Menyirami tanaman setiap hari dengan perlakuan yang sama disetiap polybag.
f.     Mengukur tanaman sekali dalam 1 minggu.
g.    Mencatat hasil pengukuran kedalam tabel penelitian

BAB IV
PENGAMATAN

A.    Pengamatan
1.        Tabel hasil Penelitian (/minggu)
Minggu ke-
(Tanggal)
Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Cabai
Polybag 1
Media Kompos (P1)
Polybag 2
Media Campuran Cangkang Telur (P2)
T1
T2
 T1
T2
12 Agustus 2016
Minggu ke-1
Tinggi
1,7 cm
1,2 cm
1,5 cm
3,2 cm
Jumlah Daun
1 Helai
1 Helai
1 Helai
1 Helai
19 Agustus 2016
Minggu ke-2
Tinggi
2,4 cm
2,8 cm
2,7 cm
5,8 cm
Jumlah Daun
2 Helai
2 Helai
3 Helai
3 Helai
26 Agustus 2016
Minggu ke-3
Tinggi
5,1 cm
4 cm
5,4 cm
9,6 cm
Jumlah daun
4 Helai
5 Helai
4 Helai
5 Helai
2 September 2016
Minggu ke-4
Tinggi
8 cm
5,3 cm
8,4 cm
12,3 cm
Jumlah Daun
6 Helai
6 Helai
6 Helai
7 Helai


B.     Analisis
1.      Tinggi Tanaman Minggu ke-1
Dari hasil analisis data pengaruh media campuran cangkang kulit (P2) pada pertumbuhan tanaman cabai, menunjukkan bahwa pada minggu ke-1 setelah penanaman, tinggi tanaman cabai telah mencapai 1,5 cm pada Tanaman 1 dan 3,2 pada Tanaman 2. Sedangkan pada kontrol (P1) yaitu media kompos menunjukkan tinggi Tanaman 1 berkisar 1,7 cm dan Tanaman 2 1,2 cm. Jadi kandungan media campuran cangkang kulit memberikan dampak baik pada minggu pertama.
2.       Tinggi Tanaman Minggu ke-2
Pada minggu kedua setelah penanaman, tinggi tanaman cabai di (P2) mengalami peningkatan yang berbeda antara tanaman yang satu dan dua yaitu untuk Tanaman 1 hanya naik sekitar 1,2 cm menjadi 2,7 cm dan Tanaman 2 naik fantastis menjadi 5,8 cm. Sedangkan pada perlakuan control (P1) media kompos menunjukkan hasil  yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman cabai yang diberi perlakuan bebas (P2) yaitu untuk Tanaman 1 tinggi naik menjadi 2,4 cm dan Tanaman 2 naik menjadi 2,8 cm. Hal ini terjadi karena perbedaan kandungan unsur yang terdapat dalam kompos dan campuran cangkang telur, dimana kandungan yang terdapat pada campuran cangkang telur memiliki tingkat kalsium yang cukup tinggi dibanding kompos. Kalsium berguna sebagai asupan penguat batang dan perangsang petumbuhan pada tanaman.
3.       Tinggi Tanaman Minggu ke-3
Pada minggu ketiga setelah penanaman, tinggi tanaman cabai di (P2) kembali mengalami peningkatan yang berbeda antara tanaman yang satu dan dua yaitu untuk Tanaman 1 naik dua kali lipat menjadi 5,4 cm dan Tanaman 2 naik menjadi 9,6 cm. Sedangkan pada perlakuan control (P1) kembali menunjukkan hasil yang lebih rendah yaitu pada Tanaman 1 naik menjadi 5,1 cm dan Tanaman 2 menjadi 4 cm. Media campuran cangkang telur dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Hal ini dikarenakan cangkang kulit yang semakin terurai akan terus melepaskan zat kalsium kedalam tanah atau media kompos sehingga semakin mempercepat proses pertumbuhan.
4.       Tinggi Tanaman Minggu ke-4
Pada minggu keempat setelah penanaman, penggunaan media campuran cangkang telur (P2) tetap menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Pada perlakuan P2 memberi pengaruh yang paling baik pada pertumbuhan tanaman cabai dengan tinggi 8,4 cm pada Tanaman 1 dan 12,3 cm pada Tanaman 2. Sedangkan pada perlakuan control (P1) menunjukkan hasil yang lebih rendah yaitu dengan 8 cm pada Tanaman 1 dan 5,3 cm pada Tanaman 2. Jadi pertunbuhan paling tinggi adalah pada perlakuan (P2), hal ini disebabkan karena cangkang telur memiliki unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti kalsium, fosfor, zat besi, kitin dll.



BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa campuran cangkang telur dapat dimanfaatkan sebagai penambah nutrisi pada pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum frutescens L.). Dengan perbandingan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat menonjol, jadi pertumbuhan tanaman cabe (Capsicum frutescens L.) tertinggi adalah pada pemakaian media campuran cangkang telur.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, kiranya dapat menambah pengetahuan kita dalam pembudidayaan cabai, bukan hanya asal tanam, akan tetapi bagaimana agar kita bisa memperoleh hasil panen yang lebih maksimal.
Selanjutnya dengan pengetahuan yang kita miliki, hendaknya kita bisa berbagi kepada masyarakat dilingkungan sekitar dan terutama bagi mereka yang membudidayakan cabai, dengan harapan dapat memperoleh hasil yang maksimal melalui salah satu upaya yang telah dipaparkan diatas, yaitu dengan melakukan pencampuran media tanam menggunakan cangkang telur yang telah dihancurkan.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammadﷺ menjadi Rasul

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammad ﷺ menjadi Rasul Ketika usia Rasulullah ﷺ telah mendekati 40 tahun, beliau lebih senang mengasingkan ...