Iklan

Kamis, 02 Agustus 2018

[BK] Makalah Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik baiknya. Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan dan jihad dari dakwah beliau sekarang kita bisa merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama yang beliau sebarkan. Dan semoga kelak kita mendapat syafa’at darinya di yaumil akhir.
Makalah ini dibuat dengan judul “pendekatan dalam bimbingan konseling” diharapkan bisa membuat pembaca mengerti tentang pendekatan dalam bimbingan koseling, serta mengetahui cara-caranya.
Makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak sekali kekurangan baik isi , atau kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami sangat mengharap kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Demikian sebagai pengantar makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi para pembacanya.








Bandung, Maret 2018


Penyusun



DAFTAR ISI









BAB I        


1.1 Latar Belakang

      Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan atau masalah yang silih berganti. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain.
      Manusia adalah sasaran pendidikan. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang kearah kematangan. Masing-masing peserta didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat perbedaan individual diantara mereka, seperti menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan penyesuaian diri. Dalam dunia pendidikan, peserta didikpun tidak jarang mengalami masalah-masalah, sehingga tidak jarang dari peserta didik yang menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat.
      Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, maka perlu adanya pendekatan-pendekatan melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling. Disini, guru memiliki perananan yang sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa atau pesrta didik. Di dalam melakukan bimbingan dan konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.

1.2 Rumusan Masalah

       Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah?
2. Apa pendekatan-pendekatan umum dalam Bimbingan & Konseling?
3. Bagaimana strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling?

1.3  Tujuan Penyusunan

       Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah.
2. Mengetahui pendekatan-pendekatan umum dalam Bimbingan & Konseling.
3. Mengetahui strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.





BAB II    


Bimbingan dan konseling yang merupakan metode dalam melakukan pendekatan sebagai upaya mengetahui permasalahan siswa dan dapat memberikan berbagai solusi perlu di terapkan ketika kondisi siswa mulai bermasalah.
Pendekatan dalam bimbingan konseling pendidikan adalah cara atau strategi yang dilakukan oleh guru maupun guru BK dalam menjalin hubungan dengan siswa dalam rangka mengantisipasi masalah maupun menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa.

2.1 Pendekatan Preventif

Pendekatan preventif yaitu pendekatan bimbingan konseling dalam usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa atau sekelompok siswa yang belum bermasalah agar siswa tersebut dapat terhindar dari kesulitan-kesulitan yang mungkin akan mereka hadapi. Layanan bimbingan ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah-masalah pada seorang atau sekelompok siswa. Model pendekatan ini, didasarkan kepada pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing dapat mendidik siswa untuk menyadari bahaya dari berbagai kegiatan dan menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka pembimbing akan dapat mencegah siswa dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut. Berbagai teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini termasuk mengajar dan memberikan informasi.
Cara yang ditempuh bermacam-macam, antara lain : memelihara situasi yang baik dan menjaga situasi itu agar tetap baik. Dalam hal ini hubungan siswa dengan guru dan staf yang lain harus dijaga sebaik mungkin. Saling mengerti kedudukannya sehingga satu dengan yang lainnya tidak saling membenci. Demikian juga guru dalam menyampaikan materi harus disesuaikan dengan keadaan anak. Minat anak dan guru berusaha semaksimal mungkin menimbulkan semangat anak agar tidak merasa bosan terhadap guru dan materi yang diberikan.
Pendekatan berfungsi preventif, pencegahan terjadinya atau timbulnya masalah dari anak didik dan berfungsi preservation. Memelihara situasi dan menjaga supaya situasi itu tetap baik. (Sukardi, 1983:8).
Contoh Pendekatan Preventif :
1)      Masalah : Berkelahi, kenakalan, tidak menghargai guru
Layanan : Seorang guru mengajari siswa untuk bersikap toleran dan memahami orang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.
2)      Masalah :Putus sekolah, pacaran, menggunakan obat terlarang
Layanan  : Guru dapat mengajari siswa untuk dapat bertanggung jawab terhadap diri mereka dan orang lain sehingga dapat mencegah keinginan –keinginan yang dapat menganggu pendidikannya.

2.1 Pendekatan Kuratif

Pendekatan kuartif yaitu pendekatan bimbingan konseling dalam usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa yang mengalami kesulitan (sudah bermasalah) agar setelah menerima layanan bimbingan ataupun konseling dapat memecahkan sendiri permasalahan atau kesulitannya. Layanan bimbingan ini dimaksudkan untuk “mengobati ataupun untuk menyembuhkan” masalah yang dihadapi siswa. Bimbingan yang bersifat kuratif biasanya diberikan secara individu dalam bentuk konseling[2]. Pendekatan ini juga tidak hanya membantu permasalahan siswa yang bersifat pribadi/individu tetapi juga memberikan bantuan kepada siswa yang memiliki masalah dengan siswa lain.
Pendekatan yang bersifat kuratif yaitu usaha bantuan yang diberikan pada murid selama atau setelah murid mengalami persoalaan serius. Dengan maksud utama agar murid yang bersangkutan terbebaskan dari kesulitan.
Dalam rangka pemberian bantuan yang diberikan secara sistematis kepada siswa digunakan berbagai langkah dan teknik agar orang yang bersangkutan mampu untuk memecahkan segala problem yang dihadapi, apakah itu yang bersifat pribadi yang mengganggu perasaan, frustasi dan menghadapi untuk menentukan pilihan yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
Pendekatan  yang bersifat kuratif berupa pemberitahuan, peringatan, hukuman dan ganjaran. (Anshari, 1991:67)
Contoh  Pendekatan Kuratif :
1)      Masalah : Berkelahi, kenakalan, tidak menghargai guru
Layanan : Guru dapat memberikan pengertian kepada siswa bahwa apa yang telah dia perbuat itu salah serta perbuatannya bahkan dapat melukai dirinya sendiri dan orang lain dan terlebih lagi hati gurunya sendiri. Hal ini dimaksudkan agar siswa ini tidak mengukangi perbuatannya lagi.
2)      Masalah :Putus sekolah, pacaran, menggunakan obat terlarang
Layanan : Seorang guru dapat memberikan pengertian kepada siswa bahwa hal yang dilakukanya bukan hanya dapat merugikan dirinya sendiri tetapi juga orang tuanya serta semua keluarganya bahkan dapat membuat orang tuanya malu karena perbuatannya.
Pendekatan ini merupakan usaha bimbingan konseling yang ditujukan kepada seorang siswa yang memiliki kemampuan/kelebihan, agar kemampuan/kelebihan itu dapat dapat direalisasikan serta ditingkatkan. Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi yang da pada siswa[3]. Pendekatan ini berfungsi distributif, Artinya fungsi bimbingan dalam hal membantu siswa untuk menyalurkan kemampuan (kecerdasan, bakat, minat, cita-cita, prestasi akademis, hobi dan sebagainya kearah pendidikan dan pekerjaan yang sesuai. Penyaluran dalam bidang pendidikan misalnya dalam pemilihan jurusan, pemilihan bidang studi, pemilihan sekolah lanjutan, dan sebagainya, Sedang penyaluran dalam bidang pekerjaan misalnya pemilihan jenis pekerjaan. Pendekatan development (pengembangan), yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada siswa agar ia mampu mengembangkan diri secara optimal. Siswa menyadari akan potensi yang dimiliki akan berusaha memanfaatkan potensi tersebut dengan sungguh-sungguh.
Pendekatan berfungsi mengembangkan secara maksimal apa yang dimiliki anak didik dan apa yang telah dicapainya. Dimana usaha-usaha yang bersifat preventif adalah berusaha menghindarkan atau mencegah terjadinya  pengaruh-pengaruh yang buruk dan menimbulkan masalah-masalah pada diri anak didik, memelihara situasi-situasi yang baik dan menjaga supaya situasi-situasi yang baik itu tetap baik. Sedangkan usaha pengembangan adalah mencoba untuk mengembangkan serta menumbuhkan cara berfikir dan bertingkah laku yang dapat membantu anak didik mengembangkan dirinya secara maksimal. Pengembanagan ini sudah barang tentu disesuaikan dengan berbagai kemungkinan yang ada pada diri anak serta lingkungannya.
Pengembangan diri inilah inti dari layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bimbingan dan konseling bukan hanya menangani siswa yang bermasalah saja, namun juga membantu para siswa untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Lebih dari itu misi utama bimbingan dan konseling adalah menjadikan orang lain sukses dan bahagia. Pengembangan diri secara optimal diharapkan dapat mengantarkan seseorang menuju kesuksesan.
Contoh :
1)      Masalah : siswa yang kurang berminat dengan kegiatan ekstrakurikuler
Layanan : Guru dapat memberikan pencerahan atau penjelasan tentang kegiatan tersebut serta menjelaskan manfaat-manfaat yang bisa didapat ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
2)      Masalah :Siswa yang cerdas tapi tidak meraih prestasi akademis
Layanan : Guru atau pembimbing memberikan pengertian bahhwa dia itu orangnya cerdas hanya kurang penyaluran saja jadi sebaiknya dia lebih serius dan konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.

2.3 Konseling Kelompok

2.3.1    Pengertian Konseling Kelompok

            Konseling kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompo untuk mendapatlan informasi yang berguna agar dapat menyesuaikan masalah yang dihadapi, mampu menyusun rencana, membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dalam membentuk perilaku yang lebih efektif.
            Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk membahas dan mengentaskan masalah yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang yang ditandai oleh interaksi antara sesama angota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.
Sedangkan menurut Prayitno konseling kelompok adalah layanan yang mengikuti sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok dengan mengaktifkan dinamika kelompok guna membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan, pribadi atau pemecahan masalah individu yang sifatnya pribadi yang menjadi peserta kegiatan kelompok.
Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Di sana ada konselor dan adaklien, yaitu para anggota kelompok. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

2.3.2      Tujuan Konseling Kelompok

            Layanan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Tujuan teoritis berkaitan dengan tujuan yang secara umum melalui proses konseling, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok agar masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok lain, sedangkan tujuan operasional disesuaikan dengan harapan siswa dan masalah yang dihadapi siswa.
            Tujuan umum dari layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi peserta didik, khususnya kemampuan berkomunikasi. Melalui konseling kelompok hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi peserta didik diungkap dan didinamikan melalui bebagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan komunikasi siswa berkembang secara optimal.

2.3.3 Asas-asas Konseling Kelompok

Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para anggota, asas-asas tersebut yaitu:
1.      Asas kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling kelompok.
2.      Asas Kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela, tanpa paksaan.



3.      Asas keterbukaan
Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena jika ketrbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keragu-raguan atau kekhawatiran dari anggota.
4.      Asas kegiatan
Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan–tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian masalah.
5.      Asas kenormatifan
Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih dahulu atau dengan kata lain tidak ada yang berebut.
6.      Asas kekinian
Masalah yang dibahas dalam kegiatan konseling kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil.

2.3.4      Teknik Layanan Konseling Kelompok

Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok terdapat beberapa teknik untuk mendukung jalannya konseling kelompok, diantaranya:
1)      Teknik Umum, yaitu teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu pada berkembangnya dinamika kelompok yang diakui oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik secara garis besar meliputi:
a.       Komunikasi multi arah secara efektif dan terbuka
b.      Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi
c.       Dorongan minimal untuk memantapkan respon aktivitas kelompok
d.      Penjelasan, pendalaman, pemberian contoh untuk memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan
e.       Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku yang dikehendaki.
2)      Teknik permainan kelompok, yaitudalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan baik sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Sederhana
b.      Menggembirakan
c.       Menimbulkan rasa santai
d.      Meningkatkan keakraban.
3)      Modeling, yaitu suatu strategi di mana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan. Teknik ini dilaksanakan dengan mengamati dan menghadirkan model secara langsung saat konseling kelompok untuk mencapai tujuan, sehingga kecakapan-kecakapan pribadi atau sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati atau mencontoh tingkah laku model-model yang ada.
4)      Bermain Peran, merupakan suatu teknik konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anggota kelompok. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati yang disesuaikan dengan kejadian dalam kehidupan sebenarnya.
5)      Menggunakan humor, dapat digunakan sebagai selingan saat konseling kelompok yang mendorong suasana yang segar dan relaks agar tidak menimbulkan ketegangan.
6)      Home work assigments, teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah dapat melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
Kelebihan dan Kelemahan Konseling Kelompok
            Adapun kelebihan konseling kelompok adalah sebagai berikut.
a.       Anggota belajar berlatih perilaakunya yang baru
b.      Kelompok dapat dipikat untuk belajar mengekspresikan perasaan, perhatian dan pengalaman
c.       Anggota belajar keterampilan sosial, belajar berhubungan pribadi lebih mendalam
d.      Efisien dan ekonomis bagi konselor, karena dalam satu waktu tertentu dapat memberikan koseling lebih dari seorang peserta didik
e.       Kebanyakan masalah berkaitan dengan hubungan antar pribadi dalam lingkungan sosial. Konseling kelompok memberikan masalah lingkungan sosial yang dapat dipakai sebagai sarana pemecahan masalah
f.       Kebersamaan dalam kelompok lenih memberikan kesempatan untuk mempraktikkan perilaku baru pada konseling individu. Dalam kelompok, peserta didik mendapatkan dukungan dan umpan balik yang jujur mengenai perilaku yan dicoba dari teman-teman sebayanya bukan dari konselor
g.      Konseling kelompok memungkinkan peserta didik memaparkan masalahnya kepada peserta didik lainnya, dan menjajaki penyelesaiannya dengan bantuan perasaan, perhatian, dan pengalaman peserta didik lain
h.      Dalam memecahkan masalah pribadi maupun antara pribadi dalam konseling kelompok, peserta didik tidak hanya meningkatkan kemampuan sosial dalam pemecahan ini
i.        Dalam konseling kelompok peserta didik tidak hanya memecahkan masalah masing-masing tetapi juga masalah orang lain. Memberikan tanggapan masalah orang lain, dapat mengalihkan pusat perhatian dari masalahnya sendiri
Sedangkan kelemahan konseling kelompok adalah sebagai berikut:
1.      Tidak semua orang cocok dalam kelompok
2.      Perhatian konselor menyebar
3.      Sulit dibina kepercayaan
4.      Peserta didik mengharapkan banyak dari kelompok
5.      Kelompok bukan dijadikan sarana berlatih melakukan perubahan, tetapi sebagai tujuan.
Tahap-tahap Pelaksanaan Konseling Kelompok
1)      Pra konseling : pembentukan kelompok
Tahap ini merupakan tahap perisapan pelasanaan konseling. Pada tahap ini terutama saat pembentukan kelompok, dilakukan dengan seleksi anggota, kemudian menawarkan program kepada calon peserta konseling sekaligus membangun harapan bagi calon peserta. Ketentuan penting yang mendasari pada tahap ini adalah:
a.       Adanya minat bersama (common intest), dikatakan demikian jika secara potensial anggota itu memiliki kesamaan masalah dan perhatian yang akan dibahas
b.      Sukarela, karena hal ini berhubungan dengan hak pribadi peserta didik
c.       Adanya kemauan berpartisipasi di dalam proses kelompok
d.      Mampu berpartisipasi dalam proses kelompok
2)      Tahap 1 : Tahap awal konseling kelompok
Proses utama selama tahap awal adalah orientasi dan eksplorasi. Pada awalnya tahap ini akan diwarnai keraguan dan kekhawatiran, namun juga harapan dari peserta. Namun apabila konselor mampu memfasilitasi kondisi tersebut, tahap ini akan memunculkan kepercayaan terhadap kelompok. Langkah-langkah pada tahap awal kelompok adalah:
a.       Pembukaan pada awal proses konseling kelompok. Apabila kelompok bertemu untuk pertama kalinya, para peserta didik disambut oleh konselor dan kemudian seluruh anggota kelompok termasuk konselor saling memperkenalkan diri. Perkenalan ini sedikit banyak berfungsi agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru dan mengurangi rasa tegang, tetap bila kelompok sudah pernah bertemu, konselor menyambut kedatangan peserta didik dan kemudian mengajak untuk melakukan diskusi bersama dalam keseluruhan proses konseling.
b.      Pada tahap ini konselor memberikan rangkaian penjelasan yang diperlukan, mulai dari pengertian mengapa diadakan konseling kelompok, tujuan dari kegiatan konseling kelompok sampai prosedur atau aturan yang akan dilaksanakan pada kelompok.
c.       Kemudian konselor mempersilahkan peserta didik untuk mengemukakan masalah yang mereka alami berkaitan dengan materi pokok yang menjadi bahan diskusi
3)      Tahap II : Tahap transisi
Tujuan tahap ini adalah membangun rasa saling percaya yang mendorong anggota mengahadapi rasa takut yang muncul pada tahap awal. Konselor memahami karakteristik dan dinamika yang terjadi pada tahap masa transisi.
Peran konselor pada tahap ini adalah:
a.       Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok
b.      Tanya jawab tenang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut
c.       Mengenali suasana apanila anggota secara keseluruhan atau sebagian belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana tersebut.

4)      Tahap III: Tahap kegiatan konseling
Berdasarkan permasalahan yang sudah digali, konselor dan peserta didik membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peserta didik harus ikut berfikir, memandang dan mempertimbangkan, namun peran konselor dalam hal ini biasanya lebih besar. Oleh karena itu, peserta didik mendengarkan terlebih dahulu penjelasan konselor tentang hal-hal yang perlu ditinjau dan didiskusikan. Berdiskusi disebut juga musyawarah, karena masing-masing orang yang berdiskusi diminta atau diharapkan mengeluarkan dan mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah yang dibicarakan. Pada tahap ini konselor harus mengarahkan arus pembicaraan dalam kelompok, sesuai dengan pendekatan yang telah ditetapkannya. Konselor menjelaskan lebih dahulu hal-hal yang perlu ditinjau dan menegaskan kembali sasaran yang ingin dicapai oleh kelompok.
5)      Tahap IV : Tahap akhir
Pada tahap ini pelaksanaan konseling ditandai dengan anggota kelompok mulai melakukan perubahan tingkah laku di dalam kelompok. Langkah-langkah pada tahap akhir adalah:
a.       Menjelaskan bahwa kegiatan konseling kelompok akan diakhiri.
b.      Anggota kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan yang dicapai masing-masing.
c.       Membahas kegiatan lanjutan.
d.      Pesan serta tanggapan anggota kelompok.
e.       Ucapan terima kasih
f.       Berdoa
g.      Perpisahan

2.3.5                    Teknik Individual dalan Bimbingan Konseling dalam Menyelesaikan Masalah

1.    Pengertian.
    Bimbingan individual merupakan upaya pemberian bantiuan diberikan secara individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing (konselor) dengan siswa. Dengan kata lain pemberian bantuan yang diberikan secara face to face relationship  yang dipecahkan melalui teknik konseling,adalah masalah-masalah yang bersifat pribadi
     Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukkan oleh konselor melalui sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan siswa. Sedangkan emphati adalah usaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala amsalah yang dihadapinya. Keberhasilan konselor dalam bersimpati dan berempati akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor, dan juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling.
    Ada tiga cara konseling dalam teknik individual yang biasa dilakukan :
1.         Konseling Direktif (Directive Counselling)
Dalam metode ini, yang paling berperan adalah konselor. Dalam praktiknya konselor berusaha mengarahkan siswa sesuai dengan masalahnya. Selain itu juga, konselor memberikan saran, anjuran dan nasihat kepada siswa secara langsung tanpa melalui perantara apapun.
2.         Konseling non direktif.
Dalam praktiknya, konselor hanya menampung pembicaraan dan mengarahkan. Konseling atau siswa bebas berbicara tanpa ada paksaan dari siapapun. Metode ini tentu sulit diterapkan untuk siswa yang berkepribadian tertutup, karena siswa dengan kepribadian tertutup biasanya pendiam dan akan sulit diajak bicara.
Dalam metode ini konseling atau siswa berperan aktif, dan terjadi atas kehendak atau inisiatif dari konseling itu sendiri.
3.         Konseling Ekletif. (Ecletive Counselling).
Teknik ini menggunakan penggabungan direktif dan non direktif. Dengan teknik ini, pelayanan tidak dipusatkan pada pembimbing atau siswa, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes, sehingga tentang apa yang dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan. Kondisi ini menuntut bahwa seorang konselor harus fleksibel dengan keahlian yang memadai dan pengalaman yang cukup.
2. Langkah – langkah Konseling.
    a. Analisa: Pengumpulan data, fakta dan informasi tentang diri siswa.    
    b. Sintesa: Merangkum dan menyusun data untuk memperoleh gambaran diri siswa.
    c. Diagnosa: Perumusan kesimpulan sementara tentang hakikat atau sebab yang dihadapi.
    d. Prognosa: Ramalan tentang hasil yang dicapai dalam proses konseling.
   e. Treatment: Proses konseling.
   f. Tindak lanjut/follow up: Mengevaluasi hasil konseling yang telah dilakukan dan mengambil langkah selanjutnya.





BAB III             

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.       Pendekatan dalam bimbingan konseling pendidikan adalah cara atau strategi yang dilakukan oleh guru maupun guru BK dalam menjalin hubungan dengan siswa dalam rangka mengantisipasi masalah maupun menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa.
b.      melalui pendekatan kelompok untuk mendapatlan informasi yang berguna agar dapat menyesuaikan masalah yang dihadapi, mampu menyusun rencana, membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dalam membentuk perilaku yang lebih efektif.
c.       Bimbingan individual merupakan upaya pemberian bantiuan diberikan secara individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing (konselor) dengan siswa.

DAFTAR PUSTAKA


http://marwahyunitatahir.blogspot.co.id/2015/11/konsep-dasar-bk-belajar.html?m=1
http://bpibisa.blogspot.co.id/2016/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammadﷺ menjadi Rasul

Peristiwa Diangkatnya Nabi Muhammad ﷺ menjadi Rasul Ketika usia Rasulullah ﷺ telah mendekati 40 tahun, beliau lebih senang mengasingkan ...